Ajang "SHOF 2019" sebagai tradisi budaya di Denpasar
8 Maret 2019 18:33 WIB
Para pemuda dan pemudi melakukan tradisi "Omed-Omedan" di Banjar Sesetan Kaja, Kota Denpasar, Jumat (8/3). (Antaranews Bali/Komang Suparta/IST/2019)
Denpasar (ANTARA) - Pemuda-pemudi Banjar Sesetan Kaja. Kota Denpasar, Bali menggelar "Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival (SHOF) 2019" sebagai rangkaian menyambut Tahun Baru Saka 1941 dengan tema "Cakra Bawa" yang berarti lingkaran kehidupan.
Ajang SHOF 2019 tersebut dibuka Wali Kota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Jumat, ditandai dengan pelepasan balon ke udara.
Sebelum dimulai ajang "Omed-omedan", pengunjung dari berbagai daerah disuguhkan dengan penampilan parade seni, lomba busana adat Bali tingkat TK,
Gamelan Adi Merdangga Sanggar Kertha Jaya Pedungan, Barongsai Naga Langit Denpasar, Saet-saetan oleh komunitas Alep Seni Tari Seniman Polos, Fragmen Tari Jananu Raga oleh IKIP PGRI Bali, dan Sekaa Cak Tanjung Mekar Batubulan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Wali Kota mengatakan pelestarian seni budaya yang ada di Denpasar harus di dukung, terutama bagi generasi penerusnya. Menurutnya kebudayaan yang berkelanjutan memang harus dimulai sejak dini, sehingga dapat lestari.
Ia mengatakan untuk melestarikan kebudayaan tersebut, maka Pemerintah Kota(Pemkot) Denpasar melaksanakan berbagai pelatihan setiap libur sekolah.
"Untuk melestarikan kebudayaan harus dimulai sejak dini. Oleh karena itu, kami di Pemkot Denpasar memberikan berbagai pelatihan mulai dari 'megender wayang, megambel' dan lain sebagainya," ujarnya.
Dengan langkah tersebut, kata dia, kebudayaan tersebut berharap bisa dilaksanakan secara berkelanjutan dan dilestarikan oleh pewaris.
Sementara itu Ketua Panitia SHOF 2019, I Made Putra Wirya Brata mengatakan atraksi "Omed-omedan" merupakan tradisi unik yang telah diwariskan secara turun-temurun dan keberadaannya telah dikenal luas, baik di dalam negeri maupun mancanegara.
"Kami telah menyakini ajang "Omed-Omedan" ini juga memiliki nilai sakral dan ada kaitannya dengan 'sesuhunan' (manefestasi Tuhan) kami di Banjar, sehingga kami bertekad untuk terus melestarikan dan menjadikannya sebagai alat pemersatu," ucapnya.
Putra Wirya lebih lanjut mengatakan kegiatan ini juga untuk menumbuhkan-kembangkan jiwa kewirausahaan menuju ekonomi kreatif serta meningkatkan kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara ke Kota Denpasar khususnya, dan Bali pada umumnya.
Dia mengemukakan, ajang SHOF 2019 tersebut di kelompokan menjadi tiga, yaitu pasar rakyat atau yang lebih dikenal dengan "peken paiketan", parade seni dari beberapa komunitas seni dan band musik dan tradisi "Omed-omedan".
"Untuk kegiatan 'Omed-Omedan' tersebut sudah menjadi tradisi yang diselenggarakan sehari setelah Nyepi atau pada saat 'Ngembak Geni" (mulai aktivitas," ujar Putra. Wirya
Ajang SHOF 2019 tersebut dibuka Wali Kota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Jumat, ditandai dengan pelepasan balon ke udara.
Sebelum dimulai ajang "Omed-omedan", pengunjung dari berbagai daerah disuguhkan dengan penampilan parade seni, lomba busana adat Bali tingkat TK,
Gamelan Adi Merdangga Sanggar Kertha Jaya Pedungan, Barongsai Naga Langit Denpasar, Saet-saetan oleh komunitas Alep Seni Tari Seniman Polos, Fragmen Tari Jananu Raga oleh IKIP PGRI Bali, dan Sekaa Cak Tanjung Mekar Batubulan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Wali Kota mengatakan pelestarian seni budaya yang ada di Denpasar harus di dukung, terutama bagi generasi penerusnya. Menurutnya kebudayaan yang berkelanjutan memang harus dimulai sejak dini, sehingga dapat lestari.
Ia mengatakan untuk melestarikan kebudayaan tersebut, maka Pemerintah Kota(Pemkot) Denpasar melaksanakan berbagai pelatihan setiap libur sekolah.
"Untuk melestarikan kebudayaan harus dimulai sejak dini. Oleh karena itu, kami di Pemkot Denpasar memberikan berbagai pelatihan mulai dari 'megender wayang, megambel' dan lain sebagainya," ujarnya.
Dengan langkah tersebut, kata dia, kebudayaan tersebut berharap bisa dilaksanakan secara berkelanjutan dan dilestarikan oleh pewaris.
Sementara itu Ketua Panitia SHOF 2019, I Made Putra Wirya Brata mengatakan atraksi "Omed-omedan" merupakan tradisi unik yang telah diwariskan secara turun-temurun dan keberadaannya telah dikenal luas, baik di dalam negeri maupun mancanegara.
"Kami telah menyakini ajang "Omed-Omedan" ini juga memiliki nilai sakral dan ada kaitannya dengan 'sesuhunan' (manefestasi Tuhan) kami di Banjar, sehingga kami bertekad untuk terus melestarikan dan menjadikannya sebagai alat pemersatu," ucapnya.
Putra Wirya lebih lanjut mengatakan kegiatan ini juga untuk menumbuhkan-kembangkan jiwa kewirausahaan menuju ekonomi kreatif serta meningkatkan kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara ke Kota Denpasar khususnya, dan Bali pada umumnya.
Dia mengemukakan, ajang SHOF 2019 tersebut di kelompokan menjadi tiga, yaitu pasar rakyat atau yang lebih dikenal dengan "peken paiketan", parade seni dari beberapa komunitas seni dan band musik dan tradisi "Omed-omedan".
"Untuk kegiatan 'Omed-Omedan' tersebut sudah menjadi tradisi yang diselenggarakan sehari setelah Nyepi atau pada saat 'Ngembak Geni" (mulai aktivitas," ujar Putra. Wirya
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019
Tags: