Kemenristekdikti kucurkan Rp1,52 triliun untuk riset
8 Maret 2019 16:59 WIB
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati memberikan keterangan kepada wartawan di sela acara Peluncuran Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2019, Jakarta, Jumat sore.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengucurkan dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) untuk riset dan pengabdian kepada masyarakat tahun anggran 2019 sebesar Rp1,52 triliun.
"Untuk penelitian persaingannya tidak seketat pengabdian masyarakat.Pada 2019, penelitian hanya 1:2 kalau pengabdian masyarakat 1:5. Teman-teman yang mendapatkan pengabdian masyarakat ini harus lebih percaya diri karena pegabdian masyarakat yang kita masukkan ke sini adalah men-'deliver' hasil-hasil penelitian yang tahun sebelumnya untuk bisa didorong ke masyarakat dan itu persaingannya lebih ketat dibandingkan penelitian," kata Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Muhammad Dimyati kepada wartawan di sela acara Peluncuran Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2019, Jakarta, Jumat sore.
Pendaftaran untuk penelitian dan pengabdian masyarakat itu telah dibuka setahun sebelumnya untuk menyaring penelitian yang dibutuhkan.
Total Rp1,52 triliun tersebut terdiri dari dana penelitian sebesar Rp1,39 triliun dengan jumlah penelitian sebanyak 16,253 judul dan dana pengabdian kepada masyarakat sebesar Rp133,85 miliar dengan jumlah sebanyak 2.281 judul.
Dimyati menuturkan jumlah judul penelitian diklasifikasikan berdasarkan bidang fokus, yakni pangan dan pertanian sebanyak 2.176 judul, kesehatan dan obat sebanyak 2.807 judul, energi dan energi terbarukan sebanyak 799 judul.
Kemudian, sebanyak 68 judul untuk bidang pertahanan dan keamanan, 1.737 judul untuk bidang teknologi informasi dan komunikasi, 348 judul untuk bidang kemaritiman, 579 judul untuk bidang kebencanaan, 287 judul untuk transportasi, 1.015 judul untuk material maju, 6.437 judul untuk sosial humaniora.
Dimyati mengatakan sepuluh perguruan tinggi dengan jumlah penelitian terbanyak terdiri dari Universitas Gadjah Mada dengan 485 judul, Universitas Indonesia dengan 480 judul, Institut Teknologi Bandung dengan 424 judul, Institut Pertanian Bogor dengan 323 judul, Institut Teknologi Sepuluh Nopember dengan 316 judul, Universitas Diponegoro dengan 313 judul, Universitas Hasanuddin dengan 279 judul, Universitas Padjadjaran dengan 275 judul, Universitas Airlangga dengan 266 judul, dan Universitas Sumatera Utara dengan 250 judul.
Dimyati menuturkan dana penelitian disebar sesuai dengan klaster penelitian perguruan tinggi. Untuk klaster Mandiri, ada sebanyak 4.553 judul, dengan dana sekitar Rp598, 24 miliar.
Untuk klaster Utama, ada sebanyak 2.824 judul dengan dana sekitar Rp375, 63 miliar
Pada klaster Madya, ada 1.244 judul dengan dana sekitar Rp 175, 15 miliar. Dan untuk klaster Binaan, ada sebanyak 7.632 judul dengan dana sekitar Rp239, 30 miliar.
Sementara, ada beberapa penugasan yang menggunakan dana untuk pengabdian kepada masyarakat, yakni enam proposal terkait Citarum, 27 proposal terkait mitigasi bencana, 70 proposal terkait desa prioritas, dan 14 proposal terkait Papua dan Papua Barat.
Dimyati menuturkan persentase jumlah peneliti untuk program penelitian sesuai gender mencakup laki-laki sebesar 51 persen dan perempuan sebesar 49 persen.
Sedangkan, persentase jumlah peneliti dalam program pengabdian kepada masyarakat mencakup 48 persen untuk laki-laki dan 52 persen untuk perempuan.
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ocky Karna Radjasa menuturkan pendanaan untuk riset dan pengabdian kepada masyarakat tersebut merupakan upaya Kemenristekdikti untuk mewujudkan keunggulan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi dan meningkatkan daya saing perguruan tinggi di bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat pada tingkat nasional dan internasional.
Tujuan lain adalah meningkatkan angka partisipasi dosen atau peneliti dalam melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bermutu, meningkatkan kapasitas pengelolaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi, dan mendorong perguruan tinggi dalam menopang daya saing bangsa.
Menurut dia, pihaknya berupaya adalah memberikan kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan penelitian kepada perguruan tinggi melalui program desentralisasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
"Untuk isu-isu yang dipandang strategis, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan dapat memberikan penugasan kepada Perguruan Tinggi yang mempunyai kompetensi tinggi dalam bidang tertentu melalui skema penugasan," ujar Ocky.
Pendanaan untuk pengabdian kepada masyarakat pada 2019 difokuskan pada penerapan teknologi hasil penelitian dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya menyelesaikan tantangan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat sehingga dapat meningkatkan tingkat kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
"Pada 2019, untuk pertama kalinya dilakukan kontrak penelitian dengan sistem tahun jamak yang mengacu pada Perpres Nomor 16 Tahun 2018 dan Permenristekdikti Nomor 20 Tahun 2018," tutur Ocky.
"Untuk penelitian persaingannya tidak seketat pengabdian masyarakat.Pada 2019, penelitian hanya 1:2 kalau pengabdian masyarakat 1:5. Teman-teman yang mendapatkan pengabdian masyarakat ini harus lebih percaya diri karena pegabdian masyarakat yang kita masukkan ke sini adalah men-'deliver' hasil-hasil penelitian yang tahun sebelumnya untuk bisa didorong ke masyarakat dan itu persaingannya lebih ketat dibandingkan penelitian," kata Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Muhammad Dimyati kepada wartawan di sela acara Peluncuran Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2019, Jakarta, Jumat sore.
Pendaftaran untuk penelitian dan pengabdian masyarakat itu telah dibuka setahun sebelumnya untuk menyaring penelitian yang dibutuhkan.
Total Rp1,52 triliun tersebut terdiri dari dana penelitian sebesar Rp1,39 triliun dengan jumlah penelitian sebanyak 16,253 judul dan dana pengabdian kepada masyarakat sebesar Rp133,85 miliar dengan jumlah sebanyak 2.281 judul.
Dimyati menuturkan jumlah judul penelitian diklasifikasikan berdasarkan bidang fokus, yakni pangan dan pertanian sebanyak 2.176 judul, kesehatan dan obat sebanyak 2.807 judul, energi dan energi terbarukan sebanyak 799 judul.
Kemudian, sebanyak 68 judul untuk bidang pertahanan dan keamanan, 1.737 judul untuk bidang teknologi informasi dan komunikasi, 348 judul untuk bidang kemaritiman, 579 judul untuk bidang kebencanaan, 287 judul untuk transportasi, 1.015 judul untuk material maju, 6.437 judul untuk sosial humaniora.
Dimyati mengatakan sepuluh perguruan tinggi dengan jumlah penelitian terbanyak terdiri dari Universitas Gadjah Mada dengan 485 judul, Universitas Indonesia dengan 480 judul, Institut Teknologi Bandung dengan 424 judul, Institut Pertanian Bogor dengan 323 judul, Institut Teknologi Sepuluh Nopember dengan 316 judul, Universitas Diponegoro dengan 313 judul, Universitas Hasanuddin dengan 279 judul, Universitas Padjadjaran dengan 275 judul, Universitas Airlangga dengan 266 judul, dan Universitas Sumatera Utara dengan 250 judul.
Dimyati menuturkan dana penelitian disebar sesuai dengan klaster penelitian perguruan tinggi. Untuk klaster Mandiri, ada sebanyak 4.553 judul, dengan dana sekitar Rp598, 24 miliar.
Untuk klaster Utama, ada sebanyak 2.824 judul dengan dana sekitar Rp375, 63 miliar
Pada klaster Madya, ada 1.244 judul dengan dana sekitar Rp 175, 15 miliar. Dan untuk klaster Binaan, ada sebanyak 7.632 judul dengan dana sekitar Rp239, 30 miliar.
Sementara, ada beberapa penugasan yang menggunakan dana untuk pengabdian kepada masyarakat, yakni enam proposal terkait Citarum, 27 proposal terkait mitigasi bencana, 70 proposal terkait desa prioritas, dan 14 proposal terkait Papua dan Papua Barat.
Dimyati menuturkan persentase jumlah peneliti untuk program penelitian sesuai gender mencakup laki-laki sebesar 51 persen dan perempuan sebesar 49 persen.
Sedangkan, persentase jumlah peneliti dalam program pengabdian kepada masyarakat mencakup 48 persen untuk laki-laki dan 52 persen untuk perempuan.
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ocky Karna Radjasa menuturkan pendanaan untuk riset dan pengabdian kepada masyarakat tersebut merupakan upaya Kemenristekdikti untuk mewujudkan keunggulan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi dan meningkatkan daya saing perguruan tinggi di bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat pada tingkat nasional dan internasional.
Tujuan lain adalah meningkatkan angka partisipasi dosen atau peneliti dalam melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bermutu, meningkatkan kapasitas pengelolaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi, dan mendorong perguruan tinggi dalam menopang daya saing bangsa.
Menurut dia, pihaknya berupaya adalah memberikan kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan penelitian kepada perguruan tinggi melalui program desentralisasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
"Untuk isu-isu yang dipandang strategis, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan dapat memberikan penugasan kepada Perguruan Tinggi yang mempunyai kompetensi tinggi dalam bidang tertentu melalui skema penugasan," ujar Ocky.
Pendanaan untuk pengabdian kepada masyarakat pada 2019 difokuskan pada penerapan teknologi hasil penelitian dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya menyelesaikan tantangan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat sehingga dapat meningkatkan tingkat kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
"Pada 2019, untuk pertama kalinya dilakukan kontrak penelitian dengan sistem tahun jamak yang mengacu pada Perpres Nomor 16 Tahun 2018 dan Permenristekdikti Nomor 20 Tahun 2018," tutur Ocky.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019
Tags: