Puluhan ribu pelajar telah kunjungi Museum Multatuli
8 Maret 2019 16:08 WIB
Seorang pemandu Museum Multatuli di Rangkasbitung, Jumat (7/3/2019) tengah menguraikan kepada pelajar tentang sejarah pahit yang dialami warga Kabupaten Lebak pada zaman pemerintahan kolonial Belanda dengan bantuan perangkat multimedia.
Lebak (ANTARA) - Jumlah pengunjung Museum Multatuli di Rangkasbitung, Provinsi Banten yang baru diresmikan setahun yang lalu mencapai 58.000 orang lebih yang sebagian besar merupakan pelajar.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Wawan Ruswandi mengatakan, pengunjung museum yang baru diresmikan 11 Februari 2018 itu, hingga akhir Februari 2019 tercatat 57.945 wisatawan lokal dan 250 wisatawan mancanegara.
"Pengunjung bukan hanya warga dari Kabupaten Lebak saja, tetapi banyak dari Serang, Tangerang, Jakarta dan Bandung. Kami menargetkan kunjungan ke Gedung Museum Multatuli tahun 2019 sebanyak 35.000 wisatawan," katanya di Rangkasbitung, Jumat.
Para pelajar bisa belajar sejarah karena di Museum Multatuli memiliki tujuh ruang pamer yang sesuai perjalanan sejarah Banten dan Indonesia. Misalnya ruang kedua mengisahkan masa awal kedatangan penjelajah Eropa ke Nusantara, ruang ketiga tentang periode tanam paksa dengan fokus budidaya kopi, ruang keempat, ruang Multatuli dan pengaruhnya kepada para tokoh gerakan kemerdekaan dan ruang kelima tentang gerakan perlawanan rakyat Banten.
Pelajar juga bisa menyaksikan satu surat dari Multatuli alias Eduard Douwes Dekker untuk Raja Belanda Willem III yang memuat protes atas situasi di tanah jajahan Hindia Belanda karena banyak merugikan rakyat.
Dari pantauan, Jumat, puluhan pelajar Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Hikam Rangkasbitung mengunjungi gedung museum yang berada di sekitar alun-alun Rangkasbitung.
"Kami merasa senang dapat mengetahui sejarah Multatuli secara jelas setelah mendengar uraian petugas pemandu itu," kata Okta, seorang pelajar MTS Al Hikam Rangkasbitung Kabupaten Lebak.
Begitu juga Herman, pelajar SMPN Cimarga Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya bersama puluhan teman sengaja mengunjungi gedung Museum Max Havelaar karena tertarik kisah seorang residen Belanda yang membela kaum pribumi.
"Kami sangat tertarik mempelajari sejarah Multatuli itu, karena warga Belanda sendiri menolak tindakan pemerintahan kolonial saat itu," ujarnya.
Wawan Ruswandi berharap para pelajar bisa memetik pelajaran dari perjalanan hidup Multatuli dan sejarah perjuangan rakyat Lebak.
Baca juga: Museum Multatuli dipadati ribuan pengunjung saat Hari Pahlawan
Baca juga: Multatuli simbol perjuangan bangsa Indonesia
Baca juga: Museum Multatuli Rangkasbitung mendapat apresiasi
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Wawan Ruswandi mengatakan, pengunjung museum yang baru diresmikan 11 Februari 2018 itu, hingga akhir Februari 2019 tercatat 57.945 wisatawan lokal dan 250 wisatawan mancanegara.
"Pengunjung bukan hanya warga dari Kabupaten Lebak saja, tetapi banyak dari Serang, Tangerang, Jakarta dan Bandung. Kami menargetkan kunjungan ke Gedung Museum Multatuli tahun 2019 sebanyak 35.000 wisatawan," katanya di Rangkasbitung, Jumat.
Para pelajar bisa belajar sejarah karena di Museum Multatuli memiliki tujuh ruang pamer yang sesuai perjalanan sejarah Banten dan Indonesia. Misalnya ruang kedua mengisahkan masa awal kedatangan penjelajah Eropa ke Nusantara, ruang ketiga tentang periode tanam paksa dengan fokus budidaya kopi, ruang keempat, ruang Multatuli dan pengaruhnya kepada para tokoh gerakan kemerdekaan dan ruang kelima tentang gerakan perlawanan rakyat Banten.
Pelajar juga bisa menyaksikan satu surat dari Multatuli alias Eduard Douwes Dekker untuk Raja Belanda Willem III yang memuat protes atas situasi di tanah jajahan Hindia Belanda karena banyak merugikan rakyat.
Dari pantauan, Jumat, puluhan pelajar Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Hikam Rangkasbitung mengunjungi gedung museum yang berada di sekitar alun-alun Rangkasbitung.
"Kami merasa senang dapat mengetahui sejarah Multatuli secara jelas setelah mendengar uraian petugas pemandu itu," kata Okta, seorang pelajar MTS Al Hikam Rangkasbitung Kabupaten Lebak.
Begitu juga Herman, pelajar SMPN Cimarga Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya bersama puluhan teman sengaja mengunjungi gedung Museum Max Havelaar karena tertarik kisah seorang residen Belanda yang membela kaum pribumi.
"Kami sangat tertarik mempelajari sejarah Multatuli itu, karena warga Belanda sendiri menolak tindakan pemerintahan kolonial saat itu," ujarnya.
Wawan Ruswandi berharap para pelajar bisa memetik pelajaran dari perjalanan hidup Multatuli dan sejarah perjuangan rakyat Lebak.
Baca juga: Museum Multatuli dipadati ribuan pengunjung saat Hari Pahlawan
Baca juga: Multatuli simbol perjuangan bangsa Indonesia
Baca juga: Museum Multatuli Rangkasbitung mendapat apresiasi
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: