Bakal ada produk unggulan UKM Kulon Progo di bandara baru Yogyakarta
8 Maret 2019 07:10 WIB
Illustrasi: Menteri BUMN Rini Soemarno (ketiga kanan) didampingi Dirut PT. Angkasa Pura I Faik Fahmi (kiri) meninjau pembangunan Terminal 1 Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulon Progo, DI Yogyakarta, Kamis (21/2/2019). Kunjungan tersebut guna melihat secara langsung sejauh mana perkembangan pembangunan bandara NYIA yang ditargetkan akan beroperasi pada bulan April mendatang. )ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko).
Kulon Progo (ANTARA) - Sebanyak lima jenis produk unggulan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan dibuatkan gerai khusus di Bandara New Yogyakarta International Airport.
Empat dari lima produk unggulan yang berpotensi masuk di Bandara NYIA antara lain gula semut, kopi, cokelat dan teh.
"Produk tersebut khas Kulonprogo dan telah dibina langsung oleh Dinas Koperasi dan UKM. Sisanya nanti kami cari lagi, tapi kami tidak main tunjuk aja, meski itu produk unggulan kalau tidak memenuhi standar tidak bisa masuk," kata Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kulon Progo Sri Harmintarti di Kulon Progo, Jumat.
Ia mengatakan prouduk unggulan yang dijual di gerai khusus bandara harus memiliki syarat khusus dan standar pengolahan yang tinggi, seperti PIRT dari UMKM yang mengampu, sertifikat halal dan BPOM.
"Kemasan produk juga menjadi salah satu indikator kelolosan dalam seleksi tersebut," katanya.
Bagi UMKM yang terpilih, Sri meminta agar tidak jumawa. Sebab penempatan produk di NYIA itu hanya berlangsung temporer selama enam bulan pertama, yang tiap tiga bulan mendapat evaluasi. "Kalau produknya tidak bagus atau ada produk lain yang lebih bagus bukan tidak mungkin akan diganti. Dengan kondisi ini maka UMKM tidak bisa leha-leha dan harus selalu kompetitif," katanya.
Sri Harmintarti juga mengatakan Dinas Koperasi dan UKM sendiri tidak hanya fokus menempatkan produk UMKM di dalam NYIA. Dinas Koperasi dan UIM tersebut memiliki rencana jangka panjang, di mana UMKM yang belum masuk bisa ikut merasakan efek adanya bandara. Salah satu yang tengah diupayakan dengan mendirikan Toko Milik Rakyat (Tomira) di sekitar bandara.
"Kami berharap ada dua Tomira di kawasan bandara. Yang satu kita koperasi diafiliasi dengan anak perusahaan AP (Angkasa Pura) I, sementara satunya lagi koperasi hasil lelang bisnis. Tapi dua duanya tetap dikelola koperasi," katanya.
Sementara itu, General Manager Bandara Adisucipto PT AP I Agus Pandu Purnama meminta Dinas Koperasi dan UKM benar-benar menyeleksi produk yang akan dijual di gerasi Bandara NYIA.
Produk yang disajikan juga harus berstandar dan layak pakai dan berkualitas tinggi. Kemudian, produk kuliner maka harus layak konsumsi.
Rencananya, kelima produk unggulan akan menempati satu dari total lima stan komersial seluas 50 meter persegi di dalam terminal bandara yang digunakan untuk pengoperasian perdana pada April mendatang. Produk lokal tersebut akan bersanding dengan produk-produk lain milik mitra AP I di NYIA. Selain Kulonprogo, stan produk lokal juga dibuka untuk ditempati UMKM dari kabupaten lain di DIY.
Produk UMKM yang ditempatkan di NYIA tetap akan dikenakan harga sewa stan. Kendati begitu tarifnya jauh lebih rendah dibandingkan produk lain milik mitra AP I. Saat ini soal tarif masih dalam tahap penggodokan, dengan kata lain belum ada keputusan final.
"Yang pasti kami akan nengenakan tarif seminimum mungkin, agar tidak menjadi beban UMKM. Untuk sharing ini diperlukan juga untuk AP I, tapi besarnya seperti apa tentu prinsipnya jangan sampai UMKM tidak mendapatkan apa-apa," kata Agus.
Baca juga: Promosi pariwisata, bus Wonderful Indonesia berkeliling di jalan utama Berlin
Empat dari lima produk unggulan yang berpotensi masuk di Bandara NYIA antara lain gula semut, kopi, cokelat dan teh.
"Produk tersebut khas Kulonprogo dan telah dibina langsung oleh Dinas Koperasi dan UKM. Sisanya nanti kami cari lagi, tapi kami tidak main tunjuk aja, meski itu produk unggulan kalau tidak memenuhi standar tidak bisa masuk," kata Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kulon Progo Sri Harmintarti di Kulon Progo, Jumat.
Ia mengatakan prouduk unggulan yang dijual di gerai khusus bandara harus memiliki syarat khusus dan standar pengolahan yang tinggi, seperti PIRT dari UMKM yang mengampu, sertifikat halal dan BPOM.
"Kemasan produk juga menjadi salah satu indikator kelolosan dalam seleksi tersebut," katanya.
Bagi UMKM yang terpilih, Sri meminta agar tidak jumawa. Sebab penempatan produk di NYIA itu hanya berlangsung temporer selama enam bulan pertama, yang tiap tiga bulan mendapat evaluasi. "Kalau produknya tidak bagus atau ada produk lain yang lebih bagus bukan tidak mungkin akan diganti. Dengan kondisi ini maka UMKM tidak bisa leha-leha dan harus selalu kompetitif," katanya.
Sri Harmintarti juga mengatakan Dinas Koperasi dan UKM sendiri tidak hanya fokus menempatkan produk UMKM di dalam NYIA. Dinas Koperasi dan UIM tersebut memiliki rencana jangka panjang, di mana UMKM yang belum masuk bisa ikut merasakan efek adanya bandara. Salah satu yang tengah diupayakan dengan mendirikan Toko Milik Rakyat (Tomira) di sekitar bandara.
"Kami berharap ada dua Tomira di kawasan bandara. Yang satu kita koperasi diafiliasi dengan anak perusahaan AP (Angkasa Pura) I, sementara satunya lagi koperasi hasil lelang bisnis. Tapi dua duanya tetap dikelola koperasi," katanya.
Sementara itu, General Manager Bandara Adisucipto PT AP I Agus Pandu Purnama meminta Dinas Koperasi dan UKM benar-benar menyeleksi produk yang akan dijual di gerasi Bandara NYIA.
Produk yang disajikan juga harus berstandar dan layak pakai dan berkualitas tinggi. Kemudian, produk kuliner maka harus layak konsumsi.
Rencananya, kelima produk unggulan akan menempati satu dari total lima stan komersial seluas 50 meter persegi di dalam terminal bandara yang digunakan untuk pengoperasian perdana pada April mendatang. Produk lokal tersebut akan bersanding dengan produk-produk lain milik mitra AP I di NYIA. Selain Kulonprogo, stan produk lokal juga dibuka untuk ditempati UMKM dari kabupaten lain di DIY.
Produk UMKM yang ditempatkan di NYIA tetap akan dikenakan harga sewa stan. Kendati begitu tarifnya jauh lebih rendah dibandingkan produk lain milik mitra AP I. Saat ini soal tarif masih dalam tahap penggodokan, dengan kata lain belum ada keputusan final.
"Yang pasti kami akan nengenakan tarif seminimum mungkin, agar tidak menjadi beban UMKM. Untuk sharing ini diperlukan juga untuk AP I, tapi besarnya seperti apa tentu prinsipnya jangan sampai UMKM tidak mendapatkan apa-apa," kata Agus.
Baca juga: Promosi pariwisata, bus Wonderful Indonesia berkeliling di jalan utama Berlin
Pewarta: Sutarmi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: