Wall Street lanjutkan penurunan dipicu kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global
8 Maret 2019 06:55 WIB
Illustrasi: Tanda jalan Wall Street terlihat di luar Bursa Efek New York, Amerika Serikat (REUTERS/Andrew Kelly)
New York (ANTARA) - Indeks-indeks utama Wall Street turun untuk hari keempat berturut-turut pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan akan menunda kenaikan suku bunga dan menawarkan putaran baru pinjaman murah kepada bank-bank, meningkatkan kekhawatiran baru tentang pertumbuhan ekonomi global.
Presiden ECB Mario Draghi mengatakan, "Kami (dalam) periode berlanjutnya pelemahan dan ketidakpastian" ketika ia mengumumkan pemotongan perkiraan pertumbuhan dan inflasi bank sentral.
"Di satu sisi, pembicaraan dovish bisa menjadi bullish. Di sisi lain, mungkin itu menunjukkan betapa lambatnya keadaan di sana," kata CEO Horizon Investment Services, Chuck Carlson di Hammond, Indiana.
"Anda bertanya-tanya berapa lama AS bisa menjadi satu-satunya kuda penghela ekonomi global ini maju," kata Carlson. "Berita tentang ECB jelas menunjukkan, mungkin Anda tidak akan mendapatkan banyak bantuan dari Eropa."
Saham-saham telah terhenti setelah reli yang kuat memulai 2019 yang dipicu oleh optimisme atas kesepakatan perdagangan AS-China serta ekspektasi bahwa Federal Reserve (Fed) akan kurang agresif pada suku bunga.
Indeks acuan S&P 500 telah naik 9,7 persen tahun ini, tetapi investor mengatakan tidak jelas apa yang akan mendorong langkah selanjutnya lebih tinggi untuk saham-saham.
"Lebih dari segalanya, kami telah naik dalam garis lurus selama delapan minggu dan perlu istirahat," kata Kepala Investasi Greenwood Capital Walter Todd, di Greenwood, Carolina Selatan.
Pada Kamis (7/3), Indeks Dow Jones Industrial Average turun 200,23 poin atau 0,78 persen, menjadi berakhir di 25.473,23 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 22,52 poin, atau 0,81 persen, menjadi ditutup pada 2.748,93 poin. Indeks Komposit Nasdaq berkurang 84,46 poin atau 1,13 persen, menjadi berakhir di 7.421,46 poin.
Dow Jones Transport Average yang diawasi ketat turun 1,0 persen, penurunan ke-10 berturut-turut dan penurunan beruntun terpanjang sejak Februari 2009. Indeks transportasi terseret oleh saham FedEx Corp yang jatuh 3,0 persen karena Citigroup Inc memangkas estimasi laba kuartalan dan target harga untuk perusahaan pengiriman paket tersebut.
S&P 500 ditutup di bawah rata-rata pergerakan (MA) 200-hari, level teknis yang diawasi ketat, untuk pertama kalinya dalam sekitar sebulan.
Consumer discretionary (kebutuhan sekunder konsumen) dan keuangan adalah sektor utama S&P 500 berkinerja terburuk. Utilitas, kelompok defensif, adalah satu-satunya sektor utama yang berada di wilayah positif.
Menambah nada pasar yang masam, saham Kroger Co anjlok 10,0 persen setelah penjual bahan makanan ini memproyeksikan laba tahunan di bawah perkiraan Wall Street.
Jumlah saham turun melebihi jumlah yang naik, di NYSE dengan rasio 2,43 banding 1; di Nasdaq dengan rasio 2,14 banding 1.
S&P 500 membukukan 18 tertinggi baru dalam 52-minggu dan enam terendah baru; Komposit Nasdaq mencatat 20 tertinggi baru dan 61 terendah baru.
Sekitar 7,8 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di atas 7,4 miliar rata-rata harian selama 20 sesi terakhir.
Baca juga: Dolar AS menguat didukung data ekonomi dan penurunan tajam euro
Baca juga: Harga emas jatuh di tengah penguatan dolar AS
Baca juga: Harga minyak naik dipicu pengurangan pasokan OPEC dan sanksi-sanksi Amerika
Presiden ECB Mario Draghi mengatakan, "Kami (dalam) periode berlanjutnya pelemahan dan ketidakpastian" ketika ia mengumumkan pemotongan perkiraan pertumbuhan dan inflasi bank sentral.
"Di satu sisi, pembicaraan dovish bisa menjadi bullish. Di sisi lain, mungkin itu menunjukkan betapa lambatnya keadaan di sana," kata CEO Horizon Investment Services, Chuck Carlson di Hammond, Indiana.
"Anda bertanya-tanya berapa lama AS bisa menjadi satu-satunya kuda penghela ekonomi global ini maju," kata Carlson. "Berita tentang ECB jelas menunjukkan, mungkin Anda tidak akan mendapatkan banyak bantuan dari Eropa."
Saham-saham telah terhenti setelah reli yang kuat memulai 2019 yang dipicu oleh optimisme atas kesepakatan perdagangan AS-China serta ekspektasi bahwa Federal Reserve (Fed) akan kurang agresif pada suku bunga.
Indeks acuan S&P 500 telah naik 9,7 persen tahun ini, tetapi investor mengatakan tidak jelas apa yang akan mendorong langkah selanjutnya lebih tinggi untuk saham-saham.
"Lebih dari segalanya, kami telah naik dalam garis lurus selama delapan minggu dan perlu istirahat," kata Kepala Investasi Greenwood Capital Walter Todd, di Greenwood, Carolina Selatan.
Pada Kamis (7/3), Indeks Dow Jones Industrial Average turun 200,23 poin atau 0,78 persen, menjadi berakhir di 25.473,23 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 22,52 poin, atau 0,81 persen, menjadi ditutup pada 2.748,93 poin. Indeks Komposit Nasdaq berkurang 84,46 poin atau 1,13 persen, menjadi berakhir di 7.421,46 poin.
Dow Jones Transport Average yang diawasi ketat turun 1,0 persen, penurunan ke-10 berturut-turut dan penurunan beruntun terpanjang sejak Februari 2009. Indeks transportasi terseret oleh saham FedEx Corp yang jatuh 3,0 persen karena Citigroup Inc memangkas estimasi laba kuartalan dan target harga untuk perusahaan pengiriman paket tersebut.
S&P 500 ditutup di bawah rata-rata pergerakan (MA) 200-hari, level teknis yang diawasi ketat, untuk pertama kalinya dalam sekitar sebulan.
Consumer discretionary (kebutuhan sekunder konsumen) dan keuangan adalah sektor utama S&P 500 berkinerja terburuk. Utilitas, kelompok defensif, adalah satu-satunya sektor utama yang berada di wilayah positif.
Menambah nada pasar yang masam, saham Kroger Co anjlok 10,0 persen setelah penjual bahan makanan ini memproyeksikan laba tahunan di bawah perkiraan Wall Street.
Jumlah saham turun melebihi jumlah yang naik, di NYSE dengan rasio 2,43 banding 1; di Nasdaq dengan rasio 2,14 banding 1.
S&P 500 membukukan 18 tertinggi baru dalam 52-minggu dan enam terendah baru; Komposit Nasdaq mencatat 20 tertinggi baru dan 61 terendah baru.
Sekitar 7,8 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di atas 7,4 miliar rata-rata harian selama 20 sesi terakhir.
Baca juga: Dolar AS menguat didukung data ekonomi dan penurunan tajam euro
Baca juga: Harga emas jatuh di tengah penguatan dolar AS
Baca juga: Harga minyak naik dipicu pengurangan pasokan OPEC dan sanksi-sanksi Amerika
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: