Harga ayam turun, Dirjen Peternakan bantah pasokan ayam DOC berlebih
6 Maret 2019 21:15 WIB
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita (tengah) dalam konferensi pers di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu (6/3/2019). (ANTARA/M Razi Rahman)
Jakarta (ANTARA) - Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita memastikan saat ini pasokan ayam berumur 1-14 hari (day old chicken/DOC) tidak berlebih.
"Tidak ada oversupply terkait DOC. Ini semata-mata karena demand (permintaan) yang menurun bulan ini," katanya kepada wartawan di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu.
Menurut dia, penurunan permintaan memang kerap terjadi pada Maret.
Untuk tingkat harga, lanjutnya, sekarang rata-rata adalah sebesar Rp19.000 per kilogram dan diharapkan beberapa hari akan naik menjadi Rp20.000 per kilogram.
Ia juga menegaskan bahwa tim analisis risiko yang berasal dari beberapa pakar perguruan tinggi seperti IPB, Unpad dan UGM, bekerja secara independen.
"Saya tidak pernah mengintervensi untuk berapa harus mengimpor atau berapa yang harus tidak diimpor," katanya.
Ketut juga menyatakan bahwa hasil rapat dengan sejumlah pihak terkait termasuk tim analisis risiko mengemukakan hasil antara lain memaksimalkan pemotongan unggas di rumah potong hewan unggas (RPHU) dan memenuhi terus kapasitas di cold storage.
Selain itu, ujar dia, solusi lainnya antara lain meningkatkan kualitas DOC dengan menerapkan SNI serta meningkatkan kampanye konsumsi hewani sekaligus bermanfaat dalam rangka meningkatkan konsumsi per kapita per tahun di masyarakat.
"Semoga terjadi perubahan harga di tingkat peternak dan konsumen. Harapan saya peternak untung dan konsumen tidak dirugikan," katanya.
Sebelumnya, Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra Fatika mengingatkan penurunan harga ayam hidup bisa merugikan peternak dalam jangka panjang.
Ia menyatakan penurunan harga ayam hidup telah terjadi sejak Oktober 2018, sehingga patut mendapatkan perhatian pemerintah.
Berdasarkan pantauan, harga rata-rata ayam hidup pada Februari 2019 mencapai kisaran Rp17.300 per kilogram atau menurun dari periode Oktober 2018 sebesar Rp19.000 per kilogram.
Ia memperkirakan dengan penurunan harga Rp3.000 per kilogram dan asumsi terdapat 18 juta ekor ayam hidup serta tingkat kematian lima persen, maka kerugian peternak dapat mencapai Rp2 triliun.
Menurut dia, kondisi ini bisa memberikan dampak lanjutan yaitu jumlah petani unggas rakyat mandiri makin berkurang.
Baca juga: Pengamat ingatkan penurunan harga ayam hidup rugikan peternak
"Tidak ada oversupply terkait DOC. Ini semata-mata karena demand (permintaan) yang menurun bulan ini," katanya kepada wartawan di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu.
Menurut dia, penurunan permintaan memang kerap terjadi pada Maret.
Untuk tingkat harga, lanjutnya, sekarang rata-rata adalah sebesar Rp19.000 per kilogram dan diharapkan beberapa hari akan naik menjadi Rp20.000 per kilogram.
Ia juga menegaskan bahwa tim analisis risiko yang berasal dari beberapa pakar perguruan tinggi seperti IPB, Unpad dan UGM, bekerja secara independen.
"Saya tidak pernah mengintervensi untuk berapa harus mengimpor atau berapa yang harus tidak diimpor," katanya.
Ketut juga menyatakan bahwa hasil rapat dengan sejumlah pihak terkait termasuk tim analisis risiko mengemukakan hasil antara lain memaksimalkan pemotongan unggas di rumah potong hewan unggas (RPHU) dan memenuhi terus kapasitas di cold storage.
Selain itu, ujar dia, solusi lainnya antara lain meningkatkan kualitas DOC dengan menerapkan SNI serta meningkatkan kampanye konsumsi hewani sekaligus bermanfaat dalam rangka meningkatkan konsumsi per kapita per tahun di masyarakat.
"Semoga terjadi perubahan harga di tingkat peternak dan konsumen. Harapan saya peternak untung dan konsumen tidak dirugikan," katanya.
Sebelumnya, Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra Fatika mengingatkan penurunan harga ayam hidup bisa merugikan peternak dalam jangka panjang.
Ia menyatakan penurunan harga ayam hidup telah terjadi sejak Oktober 2018, sehingga patut mendapatkan perhatian pemerintah.
Berdasarkan pantauan, harga rata-rata ayam hidup pada Februari 2019 mencapai kisaran Rp17.300 per kilogram atau menurun dari periode Oktober 2018 sebesar Rp19.000 per kilogram.
Ia memperkirakan dengan penurunan harga Rp3.000 per kilogram dan asumsi terdapat 18 juta ekor ayam hidup serta tingkat kematian lima persen, maka kerugian peternak dapat mencapai Rp2 triliun.
Menurut dia, kondisi ini bisa memberikan dampak lanjutan yaitu jumlah petani unggas rakyat mandiri makin berkurang.
Baca juga: Pengamat ingatkan penurunan harga ayam hidup rugikan peternak
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: