Ribuan umat Hindu ikuti Tawur Agung di Candi Prambanan
6 Maret 2019 15:15 WIB
Menteri Agama Luqman Hakim Saifudin memukulkan gong pada Upacara Tawur Agung tahun 1914 Saka di Candi Prambanan.(Foto Antara/Victorianus Sat Pranyoto)
Sleman (ANTARA) - Ribuan umat Hindu mengikuti prosesi Tawur Agung Kesanga Tahun 1941 Saka Nasional yang dipusatkan di pelataran selatan Komplek Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu.
Ribuan umat Hindu yang mayoritas mengenalkan baju berwarna putih tersebut bukan hanya datang dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, namun juga dari Bali dan sejumlah kota di Indonesia.
Sebelumnya direncanakan Presiden Joko Widodo akan menghadiri upacara Tawur Agung Kesanga ini, namun kemudian diwakilkan kepada Menteri Agama Luqman Hakim Saifudin.
Tawur Kesanga ini dilakukan sehari sebelum pelaksanaan hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941.
Upacara diawali sejumlah umat bersama para resi dan wasi atau pimpinan umat Hindu melakukan prosesi Pradaksina. Prosesi ini dilakukan dengan mengitari Candi Brahma, Wisnu dan Syiwa yang ada di kompleks Candi Prambanan.
Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya mengatakan Tawur Agung Kesanga ini untuk membangun harmoni dengan unsur unsur alam, yaitu air, udara, tanah, api, dan angkasa.
"Dalam kondisi disharmoni, kelima unsur tersebut dapat menimbulkan bencana bagi semua makhluk, sehingga unsur tersebut diharmoniskan demi tercapainya kebahagian alam semesta dan semua makhluk," katanya.
Menurut dia, dengan mengangkat tema 'Melalui Catur Berata Penyepian Kita Sukseskan Pemilu 2019", diharapkan agar di tahun pesta demokrasi ini, para pemimpin bisa menjadi lokomotif yang menarik gerbong di atas rel, konstitusi, aturan. Sehingga rakyat tidak jatuh ke jurang dan selamat untuk mencapai tujuan nasional.
"Kami mengajak semuanya, terutama generasi millenial sekarang agar kita semua memiliki cita-cita, namun cita-cita perorangan, organisasi tidak lepas dari cita-cita berbangsa dan negara," katanya.
Ia mengatakan, cita-cita negara Republik Indonesia adalah merdeka, bersatu adil dan makmur.
"Sedangkan tujuan kita bernegara adalah melindungi tumpah darah, mencerdaskan kehidupan bangsa kemudian memajukan kesejahteraan dan menjaga ketertiban," katanya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam sambutannya juga mengajak umat Hindu turut serta mewujudkan Pemilu 2019 yang aman dan damai.
"Terima kasih karena umat Hindu melalui refleksi mendalam, sangat peka dengan situasi dan kondisi bangsa yang mengalami banyak ujian di tahun politik. Kepekaan itu digaungkan secara masif dalam perayaan Hari Suci Nyepi bertema sentral Melalui Catur Berata Penyepian Kita Sukseskan Pemilu 2019," katanya.
Menurut dia, Tawur Agung Kesanga menjelang Hari Suci Nyepi merupakan momentum untuk introspeksi dan mawas diri agar kita mengenal kepada Sang Pencipta kita dalam menjalani aktivitas ke depannya.
"Dalam momentum menghadapi pesta demokrasi 17 April nanti, harapannya, meski kita memiliki perbedaan pilihan karena opsi-opsi yang ada, baik capres, cawapres, calon anggota legislatif, tapi kita harus diikat kesamaan pandangan bahwa hakikatnya kita ini satu keluarga besar satu bangsa," katanya.
Setelah Upacara Tawur Agung Kesanga, pada sore harinya dilanjutkan dengan prosesi "pengerupukan" atau mengarak ogoh-ogoh di pura masing-masing yaitu di Pura Jagadnatha, Pura Widya Darma dan Pura Padma Buana.
Ogoh-ogoh merupakan simbol dari hal-hal negatif, sehingga pada malam pengerupukan ogoh-ogoh itu harus dinetralisir agar tidak menganggu umat hindu yang akan melakukan brata penyepian pada pagi harinya.
Pada Kamis (07/03) merupakan pergantian tahun baru saka. Pada saat itu, Umat Hindu akan melaksanakan brata penyepian di rumah masing-masing.
Ada empat brata yang harus dilakukan pada saat nyepi yakni amati karya (tidak bekerja), amati geni (tidak menyalakan api.
Dalam hal ini mematikan hawa nafsu), amati lunga (tidak bepergian), amati lelanguan (tidak menikmati hiburan).
Ribuan umat Hindu yang mayoritas mengenalkan baju berwarna putih tersebut bukan hanya datang dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, namun juga dari Bali dan sejumlah kota di Indonesia.
Sebelumnya direncanakan Presiden Joko Widodo akan menghadiri upacara Tawur Agung Kesanga ini, namun kemudian diwakilkan kepada Menteri Agama Luqman Hakim Saifudin.
Tawur Kesanga ini dilakukan sehari sebelum pelaksanaan hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941.
Upacara diawali sejumlah umat bersama para resi dan wasi atau pimpinan umat Hindu melakukan prosesi Pradaksina. Prosesi ini dilakukan dengan mengitari Candi Brahma, Wisnu dan Syiwa yang ada di kompleks Candi Prambanan.
Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya mengatakan Tawur Agung Kesanga ini untuk membangun harmoni dengan unsur unsur alam, yaitu air, udara, tanah, api, dan angkasa.
"Dalam kondisi disharmoni, kelima unsur tersebut dapat menimbulkan bencana bagi semua makhluk, sehingga unsur tersebut diharmoniskan demi tercapainya kebahagian alam semesta dan semua makhluk," katanya.
Menurut dia, dengan mengangkat tema 'Melalui Catur Berata Penyepian Kita Sukseskan Pemilu 2019", diharapkan agar di tahun pesta demokrasi ini, para pemimpin bisa menjadi lokomotif yang menarik gerbong di atas rel, konstitusi, aturan. Sehingga rakyat tidak jatuh ke jurang dan selamat untuk mencapai tujuan nasional.
"Kami mengajak semuanya, terutama generasi millenial sekarang agar kita semua memiliki cita-cita, namun cita-cita perorangan, organisasi tidak lepas dari cita-cita berbangsa dan negara," katanya.
Ia mengatakan, cita-cita negara Republik Indonesia adalah merdeka, bersatu adil dan makmur.
"Sedangkan tujuan kita bernegara adalah melindungi tumpah darah, mencerdaskan kehidupan bangsa kemudian memajukan kesejahteraan dan menjaga ketertiban," katanya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam sambutannya juga mengajak umat Hindu turut serta mewujudkan Pemilu 2019 yang aman dan damai.
"Terima kasih karena umat Hindu melalui refleksi mendalam, sangat peka dengan situasi dan kondisi bangsa yang mengalami banyak ujian di tahun politik. Kepekaan itu digaungkan secara masif dalam perayaan Hari Suci Nyepi bertema sentral Melalui Catur Berata Penyepian Kita Sukseskan Pemilu 2019," katanya.
Menurut dia, Tawur Agung Kesanga menjelang Hari Suci Nyepi merupakan momentum untuk introspeksi dan mawas diri agar kita mengenal kepada Sang Pencipta kita dalam menjalani aktivitas ke depannya.
"Dalam momentum menghadapi pesta demokrasi 17 April nanti, harapannya, meski kita memiliki perbedaan pilihan karena opsi-opsi yang ada, baik capres, cawapres, calon anggota legislatif, tapi kita harus diikat kesamaan pandangan bahwa hakikatnya kita ini satu keluarga besar satu bangsa," katanya.
Setelah Upacara Tawur Agung Kesanga, pada sore harinya dilanjutkan dengan prosesi "pengerupukan" atau mengarak ogoh-ogoh di pura masing-masing yaitu di Pura Jagadnatha, Pura Widya Darma dan Pura Padma Buana.
Ogoh-ogoh merupakan simbol dari hal-hal negatif, sehingga pada malam pengerupukan ogoh-ogoh itu harus dinetralisir agar tidak menganggu umat hindu yang akan melakukan brata penyepian pada pagi harinya.
Pada Kamis (07/03) merupakan pergantian tahun baru saka. Pada saat itu, Umat Hindu akan melaksanakan brata penyepian di rumah masing-masing.
Ada empat brata yang harus dilakukan pada saat nyepi yakni amati karya (tidak bekerja), amati geni (tidak menyalakan api.
Dalam hal ini mematikan hawa nafsu), amati lunga (tidak bepergian), amati lelanguan (tidak menikmati hiburan).
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: