"Pasar Tani" di Banda Aceh bebas pengawet
6 Maret 2019 15:00 WIB
Ilustrasi - Peluncuran Toko Tani Indonesia Petugas mengecek bawang merah murah yang akan dijual saat peluncuran Toko Tani Indonesia Centre di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (15/6/2016). Tempat yang menyediakan aneka produk pangan dan sudah memiliki 1000 cabang di seluruh Indonesia tersebut merupakan salah satu langkah pemerintah untuk memperpendek tata niaga pangan Tanah Air. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh menyatakan, produksi pertanian provinsi paling barat Sumatera yang dijual di Pasar Tani, Jalan T Panglima Nyak Makan, Lampineung, Banda Aceh, bebas dari zat kimia maupun pengawet.
"Semua sayur-mayur yang dijual di sini (Pasar Tani) masih sangat segar dan petani lokal masih mempertahankan pupuk organik," kata Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh Cut Huzaimah di Pasar Tani, Lampineung, Banda Aceh, Rabu.
Semua sayur mayur, buah-buahan, dan pangan yang diperdagangkan di Pasar Tani merupakan produksi petani lokal sertai bebas dari bahan pengawet atau zat kimia, kata Cut Huzaima.
Ia menjelaskan, Pasar Tani hadir untuk menyuarakan aspirasi warga tani dan masyarakat secara umum karena petani mengeluh harga jual murah saat panen dan sebaliknya pembeli pun mengeluh harga barang mahal di pasar.
Biasanya kata Cut Huzaimah, petani menjual hasil panen ke pengumpul, kemudian pengumpul menjualnya ke pedagang eceran, lalu pedagang eceran mendagangkan barang tersebut ke konsumen.
Rantai perdagangan itu semua sering tidak menguntungkan petani dan memberatkan masyarakat yang ekonomin menengah ke bawah.
"Pasar Tani hadir memberikan keuntungan lebih besar kepada petani dibandingkan barang yang dijual kepada pengumpul, sebaliknya masyarakat pun diuntungkan karena barang lebih murah dibandingkan di pasar. Putaran uang di sini lebih dari Rp200 juta ujar," kata Sekretaris Distanbun Aceh.
Pasar Tani juga melibatkan Asosiasi Pelaku Usaha Pertanian, UMKM, Kelompok Tani Wanita (KTW) dan warga tani binaan penyuluh pertanian lainnya.
Distanbun Aceh meluncurkan ‘Pasar Tani’ sejak 10 Oktober 2018 dan setiap bulan digelar dua kali yakni pada Rabu awal bulan dan akhir bulan.
"Semua sayur-mayur yang dijual di sini (Pasar Tani) masih sangat segar dan petani lokal masih mempertahankan pupuk organik," kata Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh Cut Huzaimah di Pasar Tani, Lampineung, Banda Aceh, Rabu.
Semua sayur mayur, buah-buahan, dan pangan yang diperdagangkan di Pasar Tani merupakan produksi petani lokal sertai bebas dari bahan pengawet atau zat kimia, kata Cut Huzaima.
Ia menjelaskan, Pasar Tani hadir untuk menyuarakan aspirasi warga tani dan masyarakat secara umum karena petani mengeluh harga jual murah saat panen dan sebaliknya pembeli pun mengeluh harga barang mahal di pasar.
Biasanya kata Cut Huzaimah, petani menjual hasil panen ke pengumpul, kemudian pengumpul menjualnya ke pedagang eceran, lalu pedagang eceran mendagangkan barang tersebut ke konsumen.
Rantai perdagangan itu semua sering tidak menguntungkan petani dan memberatkan masyarakat yang ekonomin menengah ke bawah.
"Pasar Tani hadir memberikan keuntungan lebih besar kepada petani dibandingkan barang yang dijual kepada pengumpul, sebaliknya masyarakat pun diuntungkan karena barang lebih murah dibandingkan di pasar. Putaran uang di sini lebih dari Rp200 juta ujar," kata Sekretaris Distanbun Aceh.
Pasar Tani juga melibatkan Asosiasi Pelaku Usaha Pertanian, UMKM, Kelompok Tani Wanita (KTW) dan warga tani binaan penyuluh pertanian lainnya.
Distanbun Aceh meluncurkan ‘Pasar Tani’ sejak 10 Oktober 2018 dan setiap bulan digelar dua kali yakni pada Rabu awal bulan dan akhir bulan.
Pewarta: Irman Yusuf
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: