BKKBN dorong deteksi dini kanker untuk tekan angka kesakitan
6 Maret 2019 12:05 WIB
Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Dwi Listyawardani usai memberikan pidato dalam acara Seminar Kesehatan Reproduksi di kantor BKKBN Jakarta, Rabu (6/3/2019). (ANTARA/Aditya Ramadhan)
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong peningkatan angka deteksi dini kanker, khususnya kanker payudara dan serviks, untuk menekan angka kesakitan penyakit tersebut.
Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Dwi
Listyawardani dalam Seminar Kesehatan Reproduksi di kantor BKKBN Jakarta, Rabu mengatakan perlu adanya target bersama yang dilaksanakan oleh kementerian-lembaga terkait untuk meningkatkan angka deteksi dini kanker pada perempuan.
“Informasi dari Jurnal Kesehatan, meskipun itu tahun 2015, bahwa wanita di Indonesia yang sudah melakukan deteksi dini itu angkanya baru 5 persen dari wanita usia subur. Pasangan usia subur di Indonesia ada kurang lebih saat ini sekitar 50 juta pasangan,” kata dia.
Dwi berharap ada rencana kerja bersama dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari Kementerian Kesehatan, BKKBN, termasuk organisasi perempuan yang mencapai akar rumput, untuk meningkatkan deteksi dini.
“Jangan dibiarkan 5 persen. Sampai lima tahun ke depan harusnya sudah 50 persen, kita bikin target tahunan naik 10 persen atau 15 persen per tahun,” kata dia.
Dia menjelaskan deteksi dini untuk kanker serviks dengan metode IVA bahkan sebenarnya sudah dibiayai oleh BPJS Kesehatan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional dan bisa dilakukan di puskesmas.
“Tujuan dari deteksi dini itu adalah supaya kalau ada gejala-gejala harus bisa ditangani secara lebih awal. Lebih awal penyembuhannya juga akan lebih berhasil dibandingkan jika sudah stadium lanjut,” kata Dwi.
Data Kementerian Kesehatan per Januari 2019 menyebutkan angka kesakitan kanker payudara sebanyak 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Sementara angka kesakitan kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. (*)
Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Dwi
Listyawardani dalam Seminar Kesehatan Reproduksi di kantor BKKBN Jakarta, Rabu mengatakan perlu adanya target bersama yang dilaksanakan oleh kementerian-lembaga terkait untuk meningkatkan angka deteksi dini kanker pada perempuan.
“Informasi dari Jurnal Kesehatan, meskipun itu tahun 2015, bahwa wanita di Indonesia yang sudah melakukan deteksi dini itu angkanya baru 5 persen dari wanita usia subur. Pasangan usia subur di Indonesia ada kurang lebih saat ini sekitar 50 juta pasangan,” kata dia.
Dwi berharap ada rencana kerja bersama dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari Kementerian Kesehatan, BKKBN, termasuk organisasi perempuan yang mencapai akar rumput, untuk meningkatkan deteksi dini.
“Jangan dibiarkan 5 persen. Sampai lima tahun ke depan harusnya sudah 50 persen, kita bikin target tahunan naik 10 persen atau 15 persen per tahun,” kata dia.
Dia menjelaskan deteksi dini untuk kanker serviks dengan metode IVA bahkan sebenarnya sudah dibiayai oleh BPJS Kesehatan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional dan bisa dilakukan di puskesmas.
“Tujuan dari deteksi dini itu adalah supaya kalau ada gejala-gejala harus bisa ditangani secara lebih awal. Lebih awal penyembuhannya juga akan lebih berhasil dibandingkan jika sudah stadium lanjut,” kata Dwi.
Data Kementerian Kesehatan per Januari 2019 menyebutkan angka kesakitan kanker payudara sebanyak 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Sementara angka kesakitan kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. (*)
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019
Tags: