Kebakaran pemukiman di Aceh masih tinggi, sebut BPBA
5 Maret 2019 20:09 WIB
Kebakaran Pemukiman Nelayan Warga melihat puing bangunan bekas kebakaran di permukiman nelayan, Desa Pusong Lama, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (6/4/2017). Kebakaran yang terjadi Rabu malam (5/4/2017) itu diketahui akibat api lilin dari salah satu rumah saat pemadaman listrik bergilir, yang kemudian membakar sembilan rumah semi permanen, akibatnya 12 KK keluarga nelayan mengungsi. (ANTARA /Rahmad)
Banda Aceh (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan, frekuensi kebakaran permukiman penduduk di Provinsi Aceh masih tinggi, di mana tercatat ada 21 kali dari total 41 kejadian bencana di berbagai kabupaten/kota provinsi itu dengan total kerugian mencapai Rp5 miliar selama Februari 2019.
"Dari seluruh kejadian bencana di Aceh ada 41 kali selama Februari, lebih separuhnya didominasi kebakaran permukiman," kata Kepala Pelaksana BPBA, Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Selasa.
Ia menjelaskan kebakaran permukiman penduduk paling banyak terjadi di Aceh Tengah sebanyak empat kali, disusul Aceh Selatan tiga kali, Aceh Barat, Aceh Besar, dan Bireuen di antaranya masing-masing dua kali kejadian.
Kebakaran permukiman penduduk cuma dapat diminimalisasi dengan meningkatkan kewaspadaan masyarakat setempat, misalnya memeriksa instalasi listrik yang sudah tua dan lazim menjadi sebab utama kebakaran.
"Penyebab lain, perlu kewaspadaan dalam mengelola sumber panas di rumah, seperti mematikan kompor dan barang-barang eletronik yang tidak terpakai," katanya.
Ia mengatakan sebanyak 20 kali kejadian bencana di Aceh -- di luar permukiman -- yakni kebakaran hutan dan lahan sebanyak delapan kali, longsor enam kali, banjir genangan empat kali, dan angin kencang puting beliung terjadi dua kali.
Sedangkan wilayah paling banyak mengalami kejadian bisa, yaitu Aceh Barat, diikuti Aceh Selatan, lalu Aceh Tengah, Lhokseumawe, Bener Meriah, dan Pidie.
"Dampak yang ditimbulkan akibat bencana di Aceh, antara lain banyaknya masyarakat yang terdampak sebanyak 348 keluarga atau 529 Jiwa, dan 17 orang di antaranya mengungsi," katanya.
"Kerugian paling besar dialami oleh Aceh Selatan tercatat Rp685 juta, disusul Pidie Rp655 juta, Bener Meriah Rp625 juta, Aceh Tengah RP620 juta, Gayo Lues, dan Sabang masing-masing Rp400 juta," kata Dadek.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengingatkan, dewasa ini cuaca untuk wilayah di Aceh menunjukkan sedang masuki masa peralihan dari musim penghujan menuju ke musim kemarau.
"Cuaca panas seperti saat ini berpotensi muncul angin kencang, dan cenderung terjadi puting beliung di suatu wilayah akibat tumbuhnya awan Cumulonimbus," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Aceh, Zakaria Ahmad.
Baca juga: Alat berat dikerahkan BPBA Aceh atasi kebakaran gambut
Baca juga: 1,5 hektare lahan kosong di Lhokseumawe-Aceh terbakar
"Dari seluruh kejadian bencana di Aceh ada 41 kali selama Februari, lebih separuhnya didominasi kebakaran permukiman," kata Kepala Pelaksana BPBA, Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Selasa.
Ia menjelaskan kebakaran permukiman penduduk paling banyak terjadi di Aceh Tengah sebanyak empat kali, disusul Aceh Selatan tiga kali, Aceh Barat, Aceh Besar, dan Bireuen di antaranya masing-masing dua kali kejadian.
Kebakaran permukiman penduduk cuma dapat diminimalisasi dengan meningkatkan kewaspadaan masyarakat setempat, misalnya memeriksa instalasi listrik yang sudah tua dan lazim menjadi sebab utama kebakaran.
"Penyebab lain, perlu kewaspadaan dalam mengelola sumber panas di rumah, seperti mematikan kompor dan barang-barang eletronik yang tidak terpakai," katanya.
Ia mengatakan sebanyak 20 kali kejadian bencana di Aceh -- di luar permukiman -- yakni kebakaran hutan dan lahan sebanyak delapan kali, longsor enam kali, banjir genangan empat kali, dan angin kencang puting beliung terjadi dua kali.
Sedangkan wilayah paling banyak mengalami kejadian bisa, yaitu Aceh Barat, diikuti Aceh Selatan, lalu Aceh Tengah, Lhokseumawe, Bener Meriah, dan Pidie.
"Dampak yang ditimbulkan akibat bencana di Aceh, antara lain banyaknya masyarakat yang terdampak sebanyak 348 keluarga atau 529 Jiwa, dan 17 orang di antaranya mengungsi," katanya.
"Kerugian paling besar dialami oleh Aceh Selatan tercatat Rp685 juta, disusul Pidie Rp655 juta, Bener Meriah Rp625 juta, Aceh Tengah RP620 juta, Gayo Lues, dan Sabang masing-masing Rp400 juta," kata Dadek.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengingatkan, dewasa ini cuaca untuk wilayah di Aceh menunjukkan sedang masuki masa peralihan dari musim penghujan menuju ke musim kemarau.
"Cuaca panas seperti saat ini berpotensi muncul angin kencang, dan cenderung terjadi puting beliung di suatu wilayah akibat tumbuhnya awan Cumulonimbus," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Aceh, Zakaria Ahmad.
Baca juga: Alat berat dikerahkan BPBA Aceh atasi kebakaran gambut
Baca juga: 1,5 hektare lahan kosong di Lhokseumawe-Aceh terbakar
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: