Singapura (ANTARA) - Harga minyak merosot dalam perdagangan Asia pada Senin pagi, di tengah prospek pertumbuhan permintaan bahan bakar yang lemah, tetapi upaya-upaya yang dipimpin OPEC untuk memangkas produksi memberikan dukungan.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di 56,46 dolar AS per barel pada pukul 01.36 GMT (08.36 WIB), turun 13 sen AS atau 0,2 persen, dari penyelesaian terakhir mereka, sedangkan minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan pada 65,60 dolar AS per barel, turun tujuh sen atau 0,1 persen.

“Dalam waktu dekat ... sulit bagi harga minyak untuk menjadi sangat bullish. Pasar masih bekerja berdasarkan surplus yang dibangun pada semester kedua, menjaga persediaan komersial OECD tertahan di atas rata-rata lima tahun," kata analis energi di perusahaan riset ekonomi TS Lombard.

Meskipun ada optimisme bahwa Amerika Serikat dan China segera mengakhiri perselisihan perdagangan, pertumbuhan permintaan minyak telah melambat seiring dengan perlambatan ekonomi terutama di Eropa dan Asia.

Sementara itu, efisiensi bahan bakar meningkat, mengurangi pertumbuhan permintaan. "2018 adalah tahun pertumbuhan terlemah untuk permintaan (produk olahan) sejak 2011," kata Bank of America Merrill Lynch dalam sebuah catatan.

Untuk menopang pasar, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memimpin upaya sejak awal tahun untuk menahan pasokan sekitar 1,2 juta barel per hari (bph).

Pengurangan pasokan yang dipimpin OPEC, serta sanksi-sanksi AS terhadap anggotanya Iran dan Venezuela, dilakukan pada saat yang sama ketika produksi minyak mentah AS mengejar rekor baru, naik lebih dari 2 juta barel per hari (bph) sejak awal 2018 ke atas 12 juta barel per hari untuk pertama kali pada Februari.

Pengurangan pasokan OPEC telah mendorong patokan harga minyak mentah internasional Brent karena ada kekurangan minyak mentah berat yang sebagian besar dihasilkan OPEC, sementara lonjakan produksi AS membebani harga WTI AS karena ada banyak pasokan minyak mentah ringan Amerika yang sebagian besar berasal dari cadangan minyak serpihnya.

Karena itu, para peneliti energi di TS Lombard mengatakan "kesenjangan Brent-WTI diperkirakan tetap lebar."

Spread harga WTI bulan depan terhadap Brent menurun dari dekat paritas pada 2016 menjadi diskon rata-rata 8,5 dolar AS per barel sejak awal 2019.

Selama waktu yang sama, produksi minyak mentah AS telah meningkat hampir 3 juta barel per hari.