Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan pemerintah siap menggandeng Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam proses meratifikasi perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif atau Comprehensive Economy Partnership Agreement antara Indonesia dan Australia (IA CEPA).



“Pemerintah RI siap bekerja bersama DPR dalam proses ratifikasi. Sementara itu, pemerintah juga terus menyosialisasikan keuntungan IA-CEPA kepada publik, termasuk pelaku usahadan asosiasi di berbagai sektor agar memanfaatkan perjanjian ini untuk kepentingan ekonomi secara luas,” kata Mendag di Jakarta, Senin.



Enggar berharap, peningkatan ekspor dan penguatan daya saing dapat terwujud dengan ditandatanganinya IA-CEPA.



IA-CEPA merupakan perjanjian dagang bilateral ke-5 yang ditandatangani Indonesia dalam tiga tahun terakhir, setelah Indonesia-Chile CEPA (Desember 2017), Preferensi unilateral Indonesia-Palestina (Desember 2017), pengkajian ulang perjanjian perdagangan preferensial Indonesia-Pakistan (Januari 2018), dan Indonesia-EFTA CEPA (Desember 2018).



Australia merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-17 dan negara sumber impor nonmigas ke-8 bagi Indonesia.



Total perdagangan Indonesia-Australia pada 2018 sebesar 8,6 miliar dolar AS, dengan ekspor Indonesia tercatat senilai 2,8 miliar dolar AS dan impor sebesar 5,8 miliar dolar AS, sehingga Indonesia mengalami defisit sebesar 3 miliar dolar AS.



Namun, dari sepuluh besar komoditas impor Indonesia dari Australia mayoritas merupakan bahan baku atau bahan penolong industri, seperti gandum, batubara, bijih besi, alumunium, seng, gula mentah, serta susu dan krim.



Produk ekspor utama Indonesia ke Australia pada 2018 adalah petroleum (636,7 juta dolar AS); kayu dan furnitur (214,9 juta dolar AS); panel LCD, LED, dan panel display lainnya (100,7 juta dolar AS); alas kaki (96,9 juta dolar AS); dan ban (61,7 juta dolar AS).



Sedangkan, produk impor utama Indonesia dari Australia adalah gandum (639,6 juta dolar AS), batu bara (632 juta dolar AS), hewan hidup jenis lembu (573,9 juta dolar AS), gula mentah atau tebu lainnya(314,7 juta dolar AS), serta bijih besi dan bijih lainnya (209,3 juta dolar AS).



Adapun investasi Australia di Indonesia pada 2018 mencapai 597,4 juta dolar AS dengan 635 proyek terdiri lebih dari 400 perusahaan Australia yang beroperasi di berbagai sektor seperti pertambangan, pertanian, infrastruktur, keuangan, kesehatan, makanan, minuman, dan transportasi.