Brisbane (ANTARA News) - Brisbane Roar , klub sepak bola profesional Australia yang berbasis di Brisbane, Queensland, melawan dan tidak menoleransi rasisme di antara para pemain sepak bola.

"Tidak ada toleransi terhadap rasisme terhadap olahraga kami. Dan jika itu benar-benar terjadi, itu akan ditangani dengan sangat serius," kata Chief Executive Officer dari Brisbane Roar, David Pourre kepada wartawan di Kantor Brisbane roar, Brisbane, Queensland, Australia, Sabtu.

David menuturkan pemerintah sangat menentang keras rasisme dan akan menindak dengan tegas perbuatan yang mengarah pada rasisme.

Brisbane Roar yang didirikan sejak 1957 itu saat ini melakukan kontrak kerja sama dengan 23 pemain yang mana lima di antaranya merupakan pemain internasional seperti dari Yunani dan Denmark.

"Kami tidak melihat asal mereka, kami mencari pemain terbaik dan mengundang mereka untuk bergabung dengan klub kami," ujarnya.

Menurut David, penting untuk merekrut anak-anak muda sebagai pemain sepak bola karena mereka adalah generasi penerus pemain sepak bola di Australia sehingga membangun kapasitas pemain sejak muda juga menjadi perhatian Brisbane Roar.

"Tidak masalah dari mana asal mereka, setidaknya kami mempunyai pemain di bawah umur 23 tahun," tuturnya.



Menarik pemain Indonesia

Chief Executive Officer dari Brisbane Roar, David Pourre mengatakan pihaknya membuka peluang besar bagi pemain-pemain Indonesia yang ingin bergabung dengan klub itu.

"Saya pikir tantangan terbesar dari setiap orang yang datang dari negara lain selain untuk berlibur adalah untuk memahami budaya Australia," ujarnya.

Bagi pemain yang berasal dari luar Australia, dia memberikan dukungan dan bantuan untuk mereka merasa nyaman dan berkembang di Australia.

"Kami berupaya agar mereka dapat merasa aman dan nyaman di negara ini, dan kami menyediakan sistem pendukung dan budaya di sini sangat ramah. Jadi saya pikir itu adalah pesan yang perlu kami kirimkan kepada orang-orang di Indonesia bahwa jika mereka ingin bermain sepakbola yang sangat baik, Australia tentu saja merupakan peluang untuk melakukannya," ujarnya.*


Baca juga: Blaise Matuidi diperlakukan rasis di Cagliari