Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian memacu ekspor produk manufaktur guna memperkuat perekonomian nasional sesuai dengan tujuan pemerintah untuk memperkuat pertumbuhan berbasis industri di Tanah Air.

“Sejalan dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo, bahwa pertumbuhan ekonomi ke depannya berbasis pada pertumbuhan industri. Pemerintah sedang mencarikan formulanya untuk semakin meningkatkan ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.

Menperin Airlangga Hartarto menyampaikan hal itu pada pertemuan dengan para pelaku usaha di Bogor, Jawa Barat.

Kegiatan ini dihadiri sebanyak 230 orang yang terdiri dari direkur hingga CEO perusahaan swasta dan BUMN serta perwakilan asosiasi, yang meliputi berbagai sektor manufaktur, di antaranya industri kimia, tekstil, farmasi, logam, mesin, alat transportasi, elektronika, dan agro.

Menperin menjelaskan, dalam upaya mendongkrak ekspor dari sektor industri, perlu diperhatikan tingkat utilisasi. Oleh karenanya, langkah strategis yang dipacu antara lain melalui penambahan investasi dan ekspansi. Ini juga akan membawa dampak pada penyerapan tenaga kerja dan hilirisasi.

“Kalau kita lihat, 80 persen impor besar Indonesia adalah bahan baku penolong. Artinya, ini adalah untuk menunjang produktivitas sektor industri. Sisanya capital goods. Tetapi menariknya, ekspor capital goods kita juga meningkat. Ini menandakan kemampuan industri kita sudah kompetitif di kancah global,” paparnya.

Pada 2018, ekspor nonmigas mencapai 162,65 miliar dolar AS atau naik 6,25 persen dibanding perolehan tahun 2017 sebesar 153,03 miliar dolar AS.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas tahun ini sebesar 7-9 persen.

"Industri konsisten memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDB nasional. Salah satunya terlihat dari capaian ekspor, di mana tahun lalu menyumbang sebesar 72,25 persen. Maka ini yang harus kita dorong terus," ungkap Airlangga.