Gorontalo Utara (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia perlu membuka pasar ekspor untuk komoditas jagung guna menjaga stabilitas harga jagung saat panen raya.

"Ekspornya sudah 380.000 ton, ini untuk menjaga keseimbang agar suplai tidak melimpah sementara demand berkurang," kata Presiden Jokowi usai panen jagung dan dialog dengan petani jagung di Desa Botuwombato, Kabupaten Gorontalo Utara, Jumat.

Menurut Presiden, kalau suplai melimpah sementara permintaan turun, maka harganya akan jatuh. Kalau turun semua petani tidak akan mau menanam jagung lagi.

"Itu yang selalu kita jaga sehingga tahun kemarin ada ekspor 380.000 ton, dan impornya 180.000 ton," jelasnya.

Presiden Jokowi menyebutkan untuk jagung saat ini pasar ekspor masih bagus, masih banyak permintaan.

"Pokoknya harga kita kompetitif, harga ekspor itu harus, mesti kompetitif, kualitas mesti harus baik, itu yang harus dipegang, bahwa pasar masih membutuhkan untuk pakan ternak di hampir semua negara," katanya.

Sementara menanggapi keluhan petani tentang kesulitan mendapatkan pupuk, Presiden mengakui masih ada kekurangan dalam distribusi.

"Kadang-kadang terlalu banyak di sebuah provinsi, kurang di provinsi lain, kita harus ngomong apa adanya seperti itu sehingga memang diperlukan tambahan kapasitas untuk produksi pupuk kita," katanya.

Sebelumnya dalam dialog dengan petani, Jokowi mengatakan pemerintah ingin produksi jagung terus meningkat, namun harganya tidak anjlok.

"Saya setuju kalau ada kelebihan produksi jangan hanya untuk dalam negeri, tapi juga ekspor sehingga harga menguntungkan. Kalau banyak tidak bisa ekspor, harganya akan jatuh," katanya.

Baca juga: Penurunan harga BBM dan makanan sumbang deflasi Februari

Baca juga: Presiden dan Ibu Riana blusukan di Pasar Sentral Kota Gorontalo

Baca juga: Kemenkeu sediakan pembiayaan ultra mikro Rp7 triliun