Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan penurunan harga Bahan Bakar Minyak non-subsidi pada 10 Februari 2019 lalu dan juga harga komoditas bahan makanan menjadi penyebab utama deflasi di Februari 2019 yang sebesar 0,08 persen.

"Komoditas yang berikan andil deflasi itu untuk bensin khususnya untuk yang nonsubsidi, antara lain dari turunnya harga Pertamax, Pertamax Turbo," kata Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS Yunita Rusanti di Jakarta, Jumat.

Pada 10 Februari 2019 lalu, PT. Pertamina Persero menurunkan harga BBM nonsubsidi seri Pertamax dengan besaran penurunan yang bervariasi hingga Rp800 per liter.

Penurunan harga BBM nonsubsidi ini mengurangi tekanan harga dari berbagai tarif kelompok transportasi. Pasalnya, di kelompok yang sama, tarif transportasi angkutan udara dan transportasi mobil menyumbang inflasi masing-masing 0,03 persen dan 0,01 persen.

Secara keseluruhan, pergerakan harga di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan terjadi inflasi 0,05 persen dengan andil inflasi sebesar 0,01 persen.

Penyumbang deflasi lainnya pada Februari 2019 ini adalah kelompok bahan makanan. Pergerakkan harga di kelompok bahan makanan ini terjadi deflasi 1,11 persen.

Komoditas bahan makanan yang terjadi deflasi, ujar Yunita, antara lain daging ayam ras, cabai merah, telur ayam ras, bawang merah, cabai rawit, ikan segar, wortel, dan jeruk.

"Tidak semua bahan makanan terjadi deflasi, ada juga yang terjadi inflasi antara lain, beras mi kering, mi instan, bawang putih meskipun andilnya kecil 0,01 persen di masing masing komoditas," ujar dia. Dengan dinamika harga tersebut, kelompok bahan makanan menyumbang deflasi 0,24 persen.

Sedangkan, kelompok pengeluaran lainnya yakni makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat inflasi 0,31 persen dengan andil 0,06 persen terhadap inflasi secara keseluruhan.

"Komoditasnya antara lain ini yang berikan andil inflasi nasi dengan lauk dengan andil 0,01 persen, rokok kretek filter andil inflasinya 0,01 persen," ujar dia.

Kemudian, kelompok pengeluaran sandang terjadi inflasi 0,27 persen dengan andil terhadap inflasi keseluruhan 0,01 persen.

Pada kelompok pengeluaran kesehatan juga terjadi inflasi 0,36 persen dengan andil terhadap inflasi keseluruhan sebesar 0,01 persen.

"Sedangkan untuk kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga inflasinya 0,11 persen dan andil terhadap inflasi secara keseluruhan 0,01 persen," ujarnya.

Selanjutnya, kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar berikan inflasi 0,25 persen, dengan kontribusi terhadap inflasi secara keseluruhan 0,06 persen.

Dengan demikian, secara keseluruhan di Indonesia terjadi deflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan (mtm) pada Februari 2019. Pergerakan harga konsumen itu berbalik dari dinamika harga barang jika dibandingkan Februari 2018 yang infasi 0,17 persen (mtm) dan Februari 2017 yang inflasi 0,23 persen (mtm).

Dengan deflasi 0,08 persen di Februari 2019, maka secara tahun berjalan terjadi inflasi 0,24 persen hingga Februari 2019 (year to date/ytd) dan secara tahunan 2,57 persen (year on year/yoy).

Baca juga: Presiden dan Ibu Riana blusukan di Pasar Sentral Kota Gorontalo

Baca juga: Kemenkeu sediakan pembiayaan ultra mikro Rp7 triliun