Kenapa hoax berujung ujaran kebencian?
28 Februari 2019 15:30 WIB
Seorang warga membubuhkan tanda tangan untuk mendukung Pemilu 2019 anti hoax saat berlangsung Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Kawasan Bundaran HI Jakarta, Minggu (10/2/2019). Kegiatan tersebut untuk melawan informasi palsu atau hoax serta mengajak masyarakat menggunakan hak suara pada Pemilu 2019. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/ama.
Jakarta (ANTARA) - Hoax melalui media sosial maupun menyebar langsung dari mulut ke mulut menurut Masyarakat Anti Fitnah Indonesia jika berlangsung terus-menerus dapat berdampak pada kehidupan sosial, salah satunya rasa tidak percaya pada orang atau kelompok lain
"Kita sekarang rawan, akibat hoax, mudah terpecah-belah, rasa tidak percaya terhadap kelompok lain," kata Presidium Mafindo, Anita Wahid, dalam peluncuran kanal anti-hoax BaBe Ungkap Fakta, Kamis.
Menurut dia, keadaan yang ditemui saat ini merupakan akibat dari kumpulan hoax yang muncul sejak lama, bukan hanya dari satu hoax saja. Anita menjelaskan hoax menyasar emosi atau perasaan manusia
Dia mencontohkan jika kita mendapatkan berita miring tentang seseorang dan terus-menerus mendapatkan informasi serupa, secara perlahan diri sendiri akan terlarut dalam informasi tersebut.
"Hoax yang terus menerus dijejalkan, membuat kita curiga, lalu tidak percaya pada seseorang," kata Anita.
Ketidakpercayaan tersebut membuat kita lupa atau tidak terpikir untuk mem-verifikasi langsung dengan bertanya ke orang yang bersangkutan. Akibatnya, akan muncul prasangka negatif ke orang tersebut hingga melontarkan ujaran kebencian.
"Maka itu, hoax dekat dengan ujaran kebencian," kata dia.
Menurut Anita, hoax yang menimbulkan kebencian umumnya berkaitan dengan identitas sebagai manusia. Hoax lainnya yang berkaitannya dengan kesejahteraan manusia, misalnya kesehatan dan bencana, membuat orang merasa cemas sehingga dia rentan terpengaruh informasi tersebut dan ikut menyebarkannya.
Baca juga: BaBe luncurkan kanal cek fakta hoaks
Baca juga: Kominfo: ponsel untuk dagang bukan sebar hoaks
"Kita sekarang rawan, akibat hoax, mudah terpecah-belah, rasa tidak percaya terhadap kelompok lain," kata Presidium Mafindo, Anita Wahid, dalam peluncuran kanal anti-hoax BaBe Ungkap Fakta, Kamis.
Menurut dia, keadaan yang ditemui saat ini merupakan akibat dari kumpulan hoax yang muncul sejak lama, bukan hanya dari satu hoax saja. Anita menjelaskan hoax menyasar emosi atau perasaan manusia
Dia mencontohkan jika kita mendapatkan berita miring tentang seseorang dan terus-menerus mendapatkan informasi serupa, secara perlahan diri sendiri akan terlarut dalam informasi tersebut.
"Hoax yang terus menerus dijejalkan, membuat kita curiga, lalu tidak percaya pada seseorang," kata Anita.
Ketidakpercayaan tersebut membuat kita lupa atau tidak terpikir untuk mem-verifikasi langsung dengan bertanya ke orang yang bersangkutan. Akibatnya, akan muncul prasangka negatif ke orang tersebut hingga melontarkan ujaran kebencian.
"Maka itu, hoax dekat dengan ujaran kebencian," kata dia.
Menurut Anita, hoax yang menimbulkan kebencian umumnya berkaitan dengan identitas sebagai manusia. Hoax lainnya yang berkaitannya dengan kesejahteraan manusia, misalnya kesehatan dan bencana, membuat orang merasa cemas sehingga dia rentan terpengaruh informasi tersebut dan ikut menyebarkannya.
Baca juga: BaBe luncurkan kanal cek fakta hoaks
Baca juga: Kominfo: ponsel untuk dagang bukan sebar hoaks
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: