Rendahnya minat baca diakui tingkatkan penyebaran konten negatif
27 Februari 2019 15:56 WIB
Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), H Syafruddin saat membuka Islamic Book Fair ke-18 tahun 2019/1440 Hijriah bertema "Literasi Islam untuk Kejayaan Bangsa” di Jakarta, Rabu (27/2/2019) (Humas MenPANRB).
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), H Syafruddin mengutarakan, rendahnya minat baca dapat meningkatkan penyebaran konten negatif, termasuk di antaranya berbagai ujaran kebencian, hoaks, isu radikalisme dan intoleransi.
Syafruddin saat membuka Islamic Book Fair yang ke-18 tahun 2019/1440 Hijriah bertema "Literasi Islam untuk Kejayaan Bangsa” dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu, mengatakan, konten negatif yang disebarkan tanpa disaring terlebih dahulu merupakan akibat dari dangkalnya pemikiran dan pemahaman mengenai informasi yang berkembang di kalangan masyarakat Indonesia.
"Melalui literasi, pemahaman masyarakat mengenai informasi yang berkembang, khususnya tentang dunia Islam dapat diperkuat sehingga informasi negatif dapat dicegah peredarannya, bahkan masyarakat bisa meluruskan karena memiliki pemahaman yang benar terhadap informasi tersebut," ujar Syafruddin.
Syafruddin yang juga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mengatakan, sejak awal sejarah kelahirannya, agama Islam telah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada ilmu pengetahuan, yaitu pemikiran secara ilmiah yang merujuk kepada Al Quran dan Al Hadits.
Al Quran tidak akan pernah musnah atau hilang hingga generasi terakhir nantinya dan akan melahirkan karya-karya besar. Ilmuwan Islam yang mempunyai andil yang besar di antaranya, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Budaya membaca sebagai kegiatan yang mulia dapat dilihat dari sejarah pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan malaikat Jibril ketika Rasulullah mendapat perintah untuk membaca surah Al Alaq atau Iqra. Sejarah inilah yang kemudian menunjukkan bahwa Allah SWT memuliakan atau menjunjung tinggi martabat manusia melalui proses membaca.
"Hanya dengan membaca kita dapat menguasai ilmu-ilmu pengetahuan dan informasi karena manusia terlahir tidak mengetahui apa-apa. Melalui buku kita dapat bangkit dan mengelola perbedaan yang di dalamnya terdapat proses pembelajaran baru untuk mengubah masa depan namun esensinya adalah kreatifitas dalam berkarya," ujar Syafruddin.
Syafruddin juga mengemukakan bahwa ilmu pengetahuanlah yang membawa kejayaan Islam, membentang dari jazirah Arab sampai ke Eropa di belahan barat, dari jazirah Arab sampai Asia di belahan timur, atau dari jazirah Arab sampai ke Afrika di belahan Selatan.
Bahkan, jejak kejayaan Islam terlihat sampai ke negara-negara balkan di belahan utara, yang menandakan bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki umat Islam pada masa itu sudah maju dan berkembang pesat.
Selaku Wakil Ketua Umum DMI, Syafruddin telah menginstruksikan kepada pemuda dan remaja masjid sebagai generasi penerus untuk menggalakkan program peningkatan minat baca, menjadikan masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah namun juga pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam dan pusat kajian keislaman.
Baca juga: DMI dorong pemberdayaan ekonomi berbasis masjid
Baca juga: DMI ajak Majelis Taklim jaga keberagaman dan persatuan
Syafruddin saat membuka Islamic Book Fair yang ke-18 tahun 2019/1440 Hijriah bertema "Literasi Islam untuk Kejayaan Bangsa” dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu, mengatakan, konten negatif yang disebarkan tanpa disaring terlebih dahulu merupakan akibat dari dangkalnya pemikiran dan pemahaman mengenai informasi yang berkembang di kalangan masyarakat Indonesia.
"Melalui literasi, pemahaman masyarakat mengenai informasi yang berkembang, khususnya tentang dunia Islam dapat diperkuat sehingga informasi negatif dapat dicegah peredarannya, bahkan masyarakat bisa meluruskan karena memiliki pemahaman yang benar terhadap informasi tersebut," ujar Syafruddin.
Syafruddin yang juga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mengatakan, sejak awal sejarah kelahirannya, agama Islam telah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada ilmu pengetahuan, yaitu pemikiran secara ilmiah yang merujuk kepada Al Quran dan Al Hadits.
Al Quran tidak akan pernah musnah atau hilang hingga generasi terakhir nantinya dan akan melahirkan karya-karya besar. Ilmuwan Islam yang mempunyai andil yang besar di antaranya, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Budaya membaca sebagai kegiatan yang mulia dapat dilihat dari sejarah pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan malaikat Jibril ketika Rasulullah mendapat perintah untuk membaca surah Al Alaq atau Iqra. Sejarah inilah yang kemudian menunjukkan bahwa Allah SWT memuliakan atau menjunjung tinggi martabat manusia melalui proses membaca.
"Hanya dengan membaca kita dapat menguasai ilmu-ilmu pengetahuan dan informasi karena manusia terlahir tidak mengetahui apa-apa. Melalui buku kita dapat bangkit dan mengelola perbedaan yang di dalamnya terdapat proses pembelajaran baru untuk mengubah masa depan namun esensinya adalah kreatifitas dalam berkarya," ujar Syafruddin.
Syafruddin juga mengemukakan bahwa ilmu pengetahuanlah yang membawa kejayaan Islam, membentang dari jazirah Arab sampai ke Eropa di belahan barat, dari jazirah Arab sampai Asia di belahan timur, atau dari jazirah Arab sampai ke Afrika di belahan Selatan.
Bahkan, jejak kejayaan Islam terlihat sampai ke negara-negara balkan di belahan utara, yang menandakan bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki umat Islam pada masa itu sudah maju dan berkembang pesat.
Selaku Wakil Ketua Umum DMI, Syafruddin telah menginstruksikan kepada pemuda dan remaja masjid sebagai generasi penerus untuk menggalakkan program peningkatan minat baca, menjadikan masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah namun juga pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam dan pusat kajian keislaman.
Baca juga: DMI dorong pemberdayaan ekonomi berbasis masjid
Baca juga: DMI ajak Majelis Taklim jaga keberagaman dan persatuan
Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: