"Street photography" bisa keren meski cuma pakai smartphone
26 Februari 2019 20:59 WIB
Fotografer memotret dengan smartphone di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (26/2/2019). (ANTARA News/Aditya Pradana Putra)
Jakarta (ANTARA) - Smartphone atau telepon seluler (ponsel) pintar bisa menjadi alat untuk menghasilkan karya "street photography" atau fotografi jalanan yang keren, kata fotografer yang juga Kepala Redaksi Foto Perum LKBN Antara Prasetyo Utomo.
"Asal tahu fungsi-fungsi fitur dan teknologi kamera ponsel pintar kita sendiri, dapet gambar keren bukan mustahil lagi," kata Pras, sapaan akrab Prasetyo Utomo di Jakarta, Selasa.
Teknologi fotografi pada smartphone yang semakin canggih menjadi faktor penggiat fotografi mulai meliriknya sebagai media dalam memotret, khususnya dalam genre fotografi yang menangkap momen secara spontan di jalanan dan ruang publik itu.
"Semakin praktisnya teknologi kamera smartphone, sebaiknya juga diimbangi skill dan wawasan yang baik pula pada sang fotografer untuk menghasilkan karya fotografi jalanan yang keren," kata pria asal Blora, Jawa Tengah itu.
Langkah awal yang fotografer lakukan, kata Pras, mengatur ukuran file foto pada kamera menjadi yang terbesar agar gambar tidak pecah saat perlu dilakukan "cropping".
Kendati demikian, lanjutnya, pastikan baterai smartphone memadai dan ruang dalam memori gawai mencukupi.
"Untuk kondisi tertentu yang kurang cahaya, kamera smartphone memiliki keterbatasan," kata Pras.
Dia mengatakan, fotografer perlu mengetahui waktu yang tepat agar memperoleh cahaya yang pas dalam menghasilkan karya fotografi jalanan, dengan memanfaatkan cahaya alami.
"Golden hour" fotografi yakni waktu pagi dan sore, kata Pras, menjadi waktu yang ideal untuk dapat memaksimalkan cahaya alami dalam fotografi jalanan.
"Selain itu, fotografer dengan smartphone tetap menjaga sopan santun pengambilan gambar," kata dia.
Meski terkadang bisa memotret secara diam-diam alias candid, lanjut Pras, dalam kondisi tertentu lainnya, misal memotret seseorang pedagang di pasar perlu meminta izin terlebih dahulu.
"Menggunakan smartphone bukan berarti fotografer bisa sembarangan memotret, dengan pendekatan kepada subyek foto yang baik akan menghasilkan karya yang lebih keren," kata Prasetyo Utomo.
Sementara itu, fotografer media berbasis daring dari CNN Indonesia Adhi Wicaksono mengatakan, penggiat fotografi jalanan yang biasa menggunakan kamera SLR akan merasakan perbedaan yang signifikan saat menjadikan smartphone sebagai media rekam.
"Smartphone memiliki keterbatasan dalam kecepatan fokus dan rana," kata pria yang telah menggeluti fotografi jurnalistik profesional sekitar sepuluh tahun itu.
Oleh karena itu, lanjutnya, fotografer perlu mengenal karakter kamera smartphone mereka dalam mengunci fokus dan seberapa cepat rana menangkap gambar.
Selain itu, kata dia, jangan gunakan zoom pada lensa dan yang paling sepele, "pastikan lensa tidak kotor,".
Tidak hanya kemampuan memahami alat, menurut dia, kepekaan fotografer dalam menangkap momen juga dibutuhkan.
"Dengan seperti itu, karya fotografi jalanan tidak mustahil kita hasilkan dengan smartphone kita," kata Adhi.
(Penulis: Peserta Susdape XIX/Aditya Pradana Putra)
Baca juga: Kegiatan Jojo dan Ginting kala senggang
Baca juga: Bersaing dengan milenial, generasi Z juga makin gemar melancong dan berfoto
Baca juga: Ridwan Kamil melepas penat dengan berburu foto
"Asal tahu fungsi-fungsi fitur dan teknologi kamera ponsel pintar kita sendiri, dapet gambar keren bukan mustahil lagi," kata Pras, sapaan akrab Prasetyo Utomo di Jakarta, Selasa.
Teknologi fotografi pada smartphone yang semakin canggih menjadi faktor penggiat fotografi mulai meliriknya sebagai media dalam memotret, khususnya dalam genre fotografi yang menangkap momen secara spontan di jalanan dan ruang publik itu.
"Semakin praktisnya teknologi kamera smartphone, sebaiknya juga diimbangi skill dan wawasan yang baik pula pada sang fotografer untuk menghasilkan karya fotografi jalanan yang keren," kata pria asal Blora, Jawa Tengah itu.
Langkah awal yang fotografer lakukan, kata Pras, mengatur ukuran file foto pada kamera menjadi yang terbesar agar gambar tidak pecah saat perlu dilakukan "cropping".
Kendati demikian, lanjutnya, pastikan baterai smartphone memadai dan ruang dalam memori gawai mencukupi.
"Untuk kondisi tertentu yang kurang cahaya, kamera smartphone memiliki keterbatasan," kata Pras.
Dia mengatakan, fotografer perlu mengetahui waktu yang tepat agar memperoleh cahaya yang pas dalam menghasilkan karya fotografi jalanan, dengan memanfaatkan cahaya alami.
"Golden hour" fotografi yakni waktu pagi dan sore, kata Pras, menjadi waktu yang ideal untuk dapat memaksimalkan cahaya alami dalam fotografi jalanan.
"Selain itu, fotografer dengan smartphone tetap menjaga sopan santun pengambilan gambar," kata dia.
Meski terkadang bisa memotret secara diam-diam alias candid, lanjut Pras, dalam kondisi tertentu lainnya, misal memotret seseorang pedagang di pasar perlu meminta izin terlebih dahulu.
"Menggunakan smartphone bukan berarti fotografer bisa sembarangan memotret, dengan pendekatan kepada subyek foto yang baik akan menghasilkan karya yang lebih keren," kata Prasetyo Utomo.
Sementara itu, fotografer media berbasis daring dari CNN Indonesia Adhi Wicaksono mengatakan, penggiat fotografi jalanan yang biasa menggunakan kamera SLR akan merasakan perbedaan yang signifikan saat menjadikan smartphone sebagai media rekam.
"Smartphone memiliki keterbatasan dalam kecepatan fokus dan rana," kata pria yang telah menggeluti fotografi jurnalistik profesional sekitar sepuluh tahun itu.
Oleh karena itu, lanjutnya, fotografer perlu mengenal karakter kamera smartphone mereka dalam mengunci fokus dan seberapa cepat rana menangkap gambar.
Selain itu, kata dia, jangan gunakan zoom pada lensa dan yang paling sepele, "pastikan lensa tidak kotor,".
Tidak hanya kemampuan memahami alat, menurut dia, kepekaan fotografer dalam menangkap momen juga dibutuhkan.
"Dengan seperti itu, karya fotografi jalanan tidak mustahil kita hasilkan dengan smartphone kita," kata Adhi.
(Penulis: Peserta Susdape XIX/Aditya Pradana Putra)
Baca juga: Kegiatan Jojo dan Ginting kala senggang
Baca juga: Bersaing dengan milenial, generasi Z juga makin gemar melancong dan berfoto
Baca juga: Ridwan Kamil melepas penat dengan berburu foto
Pewarta: Peserta Susdape XIX/Aditya Pradana Putra
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019
Tags: