Gajah masih berkeliaran pemukiman warga di Pidie
26 Februari 2019 17:48 WIB
Kawanan gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) liar berada di kebun warga di Desa Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Minggu (10/2/2019). Conservation Respont Unit (CRU) DAS Peusangan dari BKSDA Aceh mengerahkan satu tim untuk melakukan penggiringan 32 ekor gajah liar yang sejak lima hari terakhir memasuki kawasan permukiman dan merusak perkebunan warga. (ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA)
Banda Aceh (ANTARA News) - Kawanan gajah liar hingga kini masih berkeliaran dan bahkan sempat mengamuk akibat habitatnya di hutan telah rusak karena alih fungsi lahan dilakukan masyarakat, sehingga pemukiman penduduk menjadi sasaran dalam mencari makanan di empat gampong (desa), Kabupaten Pidie, Aceh.
"Di empat gampong, yakni Pulo Lhoih dan Keune di Geumpang, serta Alue Calong dan Lhok Keutapang di Tangse," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Selasa.
Ia mengaku, konflik gajah liar dan manusia ini telah terjadi pekan lalu dengan kondisi lahan perkebunan dan persawahan warga setempat menjadi sasaran amukan hewan memiliki belalai panjang tersebut.
Pemerintah setempat telah memberikan bantuan berupa petasan kepada kelompok masyarakat di empat gampong tersebut guna menghalau gajah liar demi menjaga lahan pertanian, terutama di malam hari.
Ia memastikan, Pemerintah Kabupaten(Pemkab) Pidie telah berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh untuk melakukan penanganan, termasuk mengusir hewan bertubuh tambun yang memiliki daya ingat kuat ini kembali ke dalam hutan.
"Akibat konflik ini, belum menimbulkan korban jiwa baik anak-anak maupun dewasa. Walau kawanan gajah ini, masih berkeliaran di dekat lahan-lahan pertanian milik penduduk," ujar Dadek.
Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Lhokseumawe, Dedi Irvansyah mengatakan, populasi gajah Sumatera liar, baik di wilayah Utara, Timur maupun Barat-Selatan di Aceh diperkirakan cuma tinggal sekitar 800 ekor.
"Jumlah tersebut meningkat sekitar 10 persen dari 2018. "Hal itu dikarenakan terlihat anak gajah di dalam kelompoknya masing-masing," katanya.
Ia mengemukakan, satwa yang dilindungi dengan nama latin Elephas maximus sumatranus di provinsi paling Barat di Indonesia ini tersebar di beberapa daerah, akibat memiliki habitat yang selalu dilintasi setiap tahun dalam mencari makanan.
Dia merujuk Aceh Timur dan Tamiang sendiri terdapat sekitar empat sampai lima kelompok kawanan gajah, sedangkan Aceh Utara ada tiga kelompok, dan Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Bireuen diperkirakan sekitar empat kelompok.
Sedangkan, Pidie Jaya dan Pidie terdapat dua kelompok.
"Yang terpantau kita di beberapa wilayah tersebut, ada beberapa kelompok gajah. Dalam satu kelompok kawanan gajah ini berjumlah mulai dari 15 hingga 20 ekor lebih," katanya.*
Baca juga: Konflik gajah dan manusia di Aceh Utara
Baca juga: Kelompok gajah di Aceh tersebar di beberapa daerah
Baca juga: Ketika "Poe Meurah" tak lagi bersahabat dengan manusia
"Di empat gampong, yakni Pulo Lhoih dan Keune di Geumpang, serta Alue Calong dan Lhok Keutapang di Tangse," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Selasa.
Ia mengaku, konflik gajah liar dan manusia ini telah terjadi pekan lalu dengan kondisi lahan perkebunan dan persawahan warga setempat menjadi sasaran amukan hewan memiliki belalai panjang tersebut.
Pemerintah setempat telah memberikan bantuan berupa petasan kepada kelompok masyarakat di empat gampong tersebut guna menghalau gajah liar demi menjaga lahan pertanian, terutama di malam hari.
Ia memastikan, Pemerintah Kabupaten(Pemkab) Pidie telah berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh untuk melakukan penanganan, termasuk mengusir hewan bertubuh tambun yang memiliki daya ingat kuat ini kembali ke dalam hutan.
"Akibat konflik ini, belum menimbulkan korban jiwa baik anak-anak maupun dewasa. Walau kawanan gajah ini, masih berkeliaran di dekat lahan-lahan pertanian milik penduduk," ujar Dadek.
Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Lhokseumawe, Dedi Irvansyah mengatakan, populasi gajah Sumatera liar, baik di wilayah Utara, Timur maupun Barat-Selatan di Aceh diperkirakan cuma tinggal sekitar 800 ekor.
"Jumlah tersebut meningkat sekitar 10 persen dari 2018. "Hal itu dikarenakan terlihat anak gajah di dalam kelompoknya masing-masing," katanya.
Ia mengemukakan, satwa yang dilindungi dengan nama latin Elephas maximus sumatranus di provinsi paling Barat di Indonesia ini tersebar di beberapa daerah, akibat memiliki habitat yang selalu dilintasi setiap tahun dalam mencari makanan.
Dia merujuk Aceh Timur dan Tamiang sendiri terdapat sekitar empat sampai lima kelompok kawanan gajah, sedangkan Aceh Utara ada tiga kelompok, dan Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Bireuen diperkirakan sekitar empat kelompok.
Sedangkan, Pidie Jaya dan Pidie terdapat dua kelompok.
"Yang terpantau kita di beberapa wilayah tersebut, ada beberapa kelompok gajah. Dalam satu kelompok kawanan gajah ini berjumlah mulai dari 15 hingga 20 ekor lebih," katanya.*
Baca juga: Konflik gajah dan manusia di Aceh Utara
Baca juga: Kelompok gajah di Aceh tersebar di beberapa daerah
Baca juga: Ketika "Poe Meurah" tak lagi bersahabat dengan manusia
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: