Metropolitan
Usaha kecil di Pelabuhan Muara Baru pun terdampak kapal terbakar
26 Februari 2019 09:00 WIB
Seorang warga memperhatikan puing-puing kapal yang terbakar di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (25/2/2019). (ANTARA News/Ahmad Faishal Adnan)
Jakarta (ANTARA News) - Terbakarnya 34 kapal ikan di Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (23/2) berdampak terhadap warga yang sehari-hari mengandalkan pendapatan dari aktivitas pelabuhan, termasuk pemilik usaha kecil seperti warung.
Salah satunya, Sri Wahyuni (42) yang sehari-hari membuka warung kelontong di Pelabuhan Muara Baru.
"Banyak Anak Buah Kapal (ABK) yang belum bisa melunasi utangnya. Mereka mau bayar pakai apa, kan nggak punya uang karena tidak melaut," tutur Sri yang ditemui di pelabuhan itu pada Senin (25/2).
Dia mengatakan, biasanya para ABK berbelanja keperluan untuk melaut pada hari Sabtu dan Minggu. Satu orang ABK bisa berbelanja di warung Sri mulai satu hingga dua juta rupiah dengan sistem utang atau "kasbon"
Pemilik warung lainnya adalah Wastirah (28) yang berjualan nasi. Selama dua hari ini ia praktis hanya membuka warungnya selepas pukul 12.00 WIB dan tutup lebih awal dari biasanya.
"Warung saya sepi sekali, hampir tidak ada pembeli. Pendapatan warung saya menurun lebih dari setengah dibandingkan hari biasa," ungkap Wastirah yang mengandalkan keberadaan ABK sebagai pelanggan utama warungnya.
Hingga Senin (25/2) kondisi Pelabuhan Muara Baru terlihat sepi dari aktivitas.
Pihak pelabuhan telah mengevakuasi dan memeriksa kondisi fisik kapal di Pelabuhan Muara Baru ke lokasi yang dinilai aman.
Kebakaran telah menghanguskan 34 kapal ikan di pelabuhan itu pada Sabtu (23/2) sore. Api berhasil dipadamkan pada Minggu (24/2) pagi.
Pihak Kepolisian telah menyatakan tidak ada korban jiwa dalam insiden itu. Untuk mengusut kebakaran ini telah diperiksa sejumlah saksi.
Baca juga: Kerugian materi kebakaran kapal Muara Baru belum bisa diperkirakan
Baca juga: Kapal terbakar di Muara Baru mulai dievakuasi
Baca juga: Polisi sebut 34 kapal terbakar di Muara Baru
Salah satunya, Sri Wahyuni (42) yang sehari-hari membuka warung kelontong di Pelabuhan Muara Baru.
"Banyak Anak Buah Kapal (ABK) yang belum bisa melunasi utangnya. Mereka mau bayar pakai apa, kan nggak punya uang karena tidak melaut," tutur Sri yang ditemui di pelabuhan itu pada Senin (25/2).
Dia mengatakan, biasanya para ABK berbelanja keperluan untuk melaut pada hari Sabtu dan Minggu. Satu orang ABK bisa berbelanja di warung Sri mulai satu hingga dua juta rupiah dengan sistem utang atau "kasbon"
Pemilik warung lainnya adalah Wastirah (28) yang berjualan nasi. Selama dua hari ini ia praktis hanya membuka warungnya selepas pukul 12.00 WIB dan tutup lebih awal dari biasanya.
"Warung saya sepi sekali, hampir tidak ada pembeli. Pendapatan warung saya menurun lebih dari setengah dibandingkan hari biasa," ungkap Wastirah yang mengandalkan keberadaan ABK sebagai pelanggan utama warungnya.
Hingga Senin (25/2) kondisi Pelabuhan Muara Baru terlihat sepi dari aktivitas.
Pihak pelabuhan telah mengevakuasi dan memeriksa kondisi fisik kapal di Pelabuhan Muara Baru ke lokasi yang dinilai aman.
Kebakaran telah menghanguskan 34 kapal ikan di pelabuhan itu pada Sabtu (23/2) sore. Api berhasil dipadamkan pada Minggu (24/2) pagi.
Pihak Kepolisian telah menyatakan tidak ada korban jiwa dalam insiden itu. Untuk mengusut kebakaran ini telah diperiksa sejumlah saksi.
Baca juga: Kerugian materi kebakaran kapal Muara Baru belum bisa diperkirakan
Baca juga: Kapal terbakar di Muara Baru mulai dievakuasi
Baca juga: Polisi sebut 34 kapal terbakar di Muara Baru
Pewarta: Sri Muryono dan Ahmad Faishal Adnan
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: