UNICEF: 1,2 juta anak di Yaman hidup di daerah konflik
25 Februari 2019 23:54 WIB
Pengungsi dari kota pelabuhan Laut Merah Hodeidah duduk di rumah keluarga penduduk dimana mereka tinggal di pinggiran Sanaa, Yaman, Selasa (10/7/2018). Foto diambil tanggal 10 Juli 2018. (REUTERS/Khaled Abdullah)
Sana`a, Yaman (ANTARA News) - Sebanyak 1,2 juta anak tinggal di daerah konflik di Yaman --negara yang diguncang konflik, kata Dana Anak PBB (UNICEF) pada Senin.
Anak-anak "terus hidup di 31 zona konflik aktif termasuk Al-Hudaydah, Taiz, Hajjah dan Saada, di daerah yang menyaksikan kerusuhan besar yang berkaitan dengan perang," kata Geert Cappelaere, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, di dalam satu pernyataan.
"Tidak cukup perubahan yang terjadi buat anak-anak di Yaman, sejak Kesepakatan Stockholm pada 13 Desember 2018," kata pejabat itu, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam.
"Setiap hari sejak itu, sudah delapan anak tewas atau cedera. Kebanyakan anak yang meninggal tersebut sedang bermain di luar rumah bersama teman mereka atau dalam perjalanan ke atau dari sekolah," kata Cappelaere.
"Sekali lagi, UNICEF menyeru semua pihak yang berperang agar mengakhiri kekerasan di tempat bergolak dan di seluruh wilayah Yaman, melindungi warga sipil, menjaga anak-anak dari bahaya dan mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan buat anak-anak dan keluarga mereka di mana pun mereka berada di negeri itu," katanya.
Yaman telah dirongrong oleh kerusuhan sejak 2014, ketika kelompok Syiah Al-Houthi menguasai sebagian besar wilayah negeri tersebut. Krisis itu meningkat pada 2015, ketika koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan udara yang memporakporandakan, dengan tujuan membalikkan perolehan gerilyawan Al-Houthi.
Baca juga: Pihak bertikai di Yaman sepakat tarik pasukan dari Hudaidah
Penyunting: Chaidar Abdullah/Eliswan Azly
Anak-anak "terus hidup di 31 zona konflik aktif termasuk Al-Hudaydah, Taiz, Hajjah dan Saada, di daerah yang menyaksikan kerusuhan besar yang berkaitan dengan perang," kata Geert Cappelaere, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, di dalam satu pernyataan.
"Tidak cukup perubahan yang terjadi buat anak-anak di Yaman, sejak Kesepakatan Stockholm pada 13 Desember 2018," kata pejabat itu, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam.
"Setiap hari sejak itu, sudah delapan anak tewas atau cedera. Kebanyakan anak yang meninggal tersebut sedang bermain di luar rumah bersama teman mereka atau dalam perjalanan ke atau dari sekolah," kata Cappelaere.
"Sekali lagi, UNICEF menyeru semua pihak yang berperang agar mengakhiri kekerasan di tempat bergolak dan di seluruh wilayah Yaman, melindungi warga sipil, menjaga anak-anak dari bahaya dan mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan buat anak-anak dan keluarga mereka di mana pun mereka berada di negeri itu," katanya.
Yaman telah dirongrong oleh kerusuhan sejak 2014, ketika kelompok Syiah Al-Houthi menguasai sebagian besar wilayah negeri tersebut. Krisis itu meningkat pada 2015, ketika koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan udara yang memporakporandakan, dengan tujuan membalikkan perolehan gerilyawan Al-Houthi.
Baca juga: Pihak bertikai di Yaman sepakat tarik pasukan dari Hudaidah
Penyunting: Chaidar Abdullah/Eliswan Azly
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: