Kabul/Peshawar, Pakistan (ANTARA News) - Utusan khusus Amerika Serikat untuk perdamaian di Afghanistan melakukan pertemuan dengan seorang pemimpin senior Taliban di Qatar pada Senin.

Kedua pihak mengadakan kembali pembicaraan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 17 tahun kendati kelompok gerilyawan itu terus menolak berurusan dengan pemerintah Kabul.

Zalmay Khalilzad, yang ditunjuk tahun lalu untuk memimpin usaha perdamaian AS, bertemu dengan Mullah Abdul Ghani Baradar, pendiri bersama Taliban dan kepala politik gerakan tersebut, untuk pertama kali di Doha. Pembicaraan diperkirakan akan berlangsung selama sedikitnya empat hari.

"Baru saja selesai makan siang dengan Mullah Baradar dan timnya. Untuk pertama kali kami bertemu. Sekarang bergerak untuk mengadakan pembicaraan," kata Khalilzad dalam cuitannya di Twitter.

Kendati pembicaraan berlangsung, perang di Afghanistan menewaskan hampir 4.000 warga sipil pada tahun 2018, yang membuatnya sebagai tahun paling mematikan bagi warga sipil Afghanistan sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai mendokumentasikan korban-korban dalam perang satu dekade lalu.

Baradar tiba di Doha pada Ahad, tetapi sumber-sumber menyatakan tidak jelas apakah ia akan menghadiri seluruh pertemuan. Para diplomat di Kabul memperkirakan bahwa pertemuan itu akan memusatkan pembahasan pada usaha mencapai gencatan senjata sebelum dimulainya musim semi dengan udara lebih hangat. Pada musim itu tahun-tahun sebelumnya, pertempuran meningkat.

Babak terakhir pembicaraan berakhir di Qatar pada Januari.

Baradar, petempur veteran dan tokoh berpengaruh dalam Taliban, dibebaskan dari penjara di Pakistan tahun lalu. Penunjukannya dipandang luas sebagai usaha baru Taliban untuk muncul dari bayang-bayang politik dan diplomatik. Pekan lalu, Taliban mengatakan Baradar telah menunjuk sebuah tim beranggota 14 orang untuk menghadiri pembicaraan dan bahwa Baradar tidak akan ke Qatar. Rencananya itu berubah pada Ahad.

Baca juga: Amerika Serikat siap berunding langsung dengan Taliban di Afghanistan
Baca juga: Taliban janjikan masa depan cerah jika AS tinggalkan Afghanistan


Sumber: Reuters
Penyunting: Mohamad Anthoni/Eliswan Azly