Artikel
Ikhtiar Mataram bangkitkan pariwisata pascagempa
24 Februari 2019 21:59 WIB
Sejumlah kusir "Cidomo" (angkutan tradisional Lombok ) antre untuk menaikkan penumpang di kawasan wisata Loang Baloq Kelurahan Sekarbela, Mataram, NTB. Pada hari libur para kusir Cidomo yang mangkal di kawasan tersebut mengaku pendapatan mereka meningkat karena jumlah penumpang mengalami peningkatan dari hari-hari biasa sebanyak Rp.30 ribu menjadi Rp.60 ribu per setengah hari pada hari libur. (FOTO ANTARA/Ahmad Subaidi)
Mataram (ANTARA News) - Tak jauh dari pantai yang bersebelahan dengan Kota Tua Ampenan terdapat pohon beringin yang menjulang tinggi dengan akar yang mendekap sebuah makam tua.
Konon makam yang diselimuti akar pohon beringin itu merupakan tempat dikuburkan jasad salah seorang penyebar agama Islam Maulana Syech Gaus Abdurrazak.
Makam Loang Baloq di Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, itu merupakan salah satu objek wisata religi di Kota Mataram yang ramai dikunjungi wisatawan.
Objek wisata Taman Loang Baloq yang dikeramatkan sebagian warga Lombok itu dibanjiri pengunjung terutama pada saat Idul Fitri dan Idul Adha untuk berziarah.
Tak hanya Makam Loang Baloq di Kota Mataram juga terdapat sejumlah objek wisata religi lainnya yang tidak kalah menarik, seperti Makam Bintaro dan Taman Mayura.
Namun pengelolaan objek wisata itu dinilai belum maksimal, sehingga belum mampu berkontribusi untuk menambah pendapatan asli daerah.
Objek wisata religi yang kental nilai sejarah dan memiliki berbagai keunikan itu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Mataram.
Karena itu slaah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mempercepat pemulihan sektor pariwisata di Kota Mataram pascagempa adalah memanfaatkan potensi pariwisata yang ada, termasuk objek wisata religi.
Karena itu Dinas Pariwisata Kota Mataram dituntut untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi pariwisata di kota itu untuk mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan pascagempa bumi.
Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana Mataram memiliki tiga potensi wisata yang perlu diperhatikan yakni wisata alam, buatan, dan religi. Objek wisata religi di kota ini terkesan kuarng diurus dengan baik.
Khusus pariwisata religi, Mohan menyatakan tidak terlalu berat yang penting ada penataan dan kebersihan dijaga agar pengunjung lebih nyaman.
Kondisi pariwisata religi di Kota Mataram, seperti di Makam Loang Baloq, Makam Bintaro, dan Taman Mayura, infrastrukturnya sudah bagus, namun kurang terurus.
Untuk itu, ia berharap Kepala Dinas Pariwisata yang baru dilantik awal Januari 2019, bisa secara optimal melakukan pengelolaan terhadap potensi pariwisata yang ada di kota ini.
Mohan mengakui, penataan wisata religi memang memberikan dampak pada wisata domestik akan tetapi hal itu bisa menjadi promosi pariwisata lokal potensial yang disampaikan kepada masyarakat luas dari mulut ke mulut sehingga bisa sampai ke luar daerah.
Promosi pariwisata
Di sisi lain, Mohan menilai selama ini promosi pariwisata Mataram masih bergantung pada promosi yang dilakukan Dinas Pariwisata Provinsi NTB. "Sedangkan yang dilakukan Dinas Pariwisata secara khsusus belum ada."
Oleh karena itu, dengan semangat kepala dinas yang baru, diharapkan promosi pariwisata khusus Kota Mataram bisa dilakukan sebagai salah satu upaya pemulihan pariwisata Mataram pascagempa bumi.
Wisata religi terutama di Makam Loang Baloq dan Bintaro setiap akhir pekan ramai dikujungi warga baik dari luar kota maupun dalam kota.
Puncak kunjungan peziarah ke makam yang dikeramatkan warga tersebut terjadi pada saat "Lebaran Topat", atau lebaran yang dirayakan warga Pulau Lombok seminggu setelah Idul Fitri.
Selain itu, puncak kunjungan peziarah juga terjadi saat musim haji, di mana jamaah calon haji sebelum berangkat melakukan tradisi ziarah makam.
Dalam beberapa tahun terakhir Kota Mataram menjadi tempat pelaksanaan wisata Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE), baik yang berskala nasional maupun internasional.
Namun setelah terjadi gempa beruntun pada Juli hingga Agustus 2018 yang berdampak terhadap sektor pariwisata menyebabkan kunjungan wisatawan sepi, termasuk penyelenggaraan Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran atau wisata MICE.
Karena itu Wali Kota Mataram Ahyar Abduh menyatakan dalam upaya promosi pariwisata, pemerintah kota terus menyakinkan kepada pihak-pihak pelaku wisata baik dari dalam maupun luar daerah dan luar negeri bahwa suasana Kota Mataram sudah aman dan tidak perlu ada rasa kekhawatiran.
Ia mengatakan kalau sudah ada agenda, diharap jangan dibatalkan, termasuk berbagai agenda kegiatan dari kementerian dan pemerintahan dari berbagai daerah.
Seperti halnya, kegiatan rapat kerja nasional Asosiasi Dewan Seluruh Indonesia (Adeksi) yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini, diharapkan tetap bisa berlangsung.
Ahyar mengatakan menjadi tuan rumah dalam kegiatan Adeksi ini menjadi kesempatan dan peluang emas Kota Mataram untuk menyampaikan secara langsung bahwa kondisi Mataram dan NTB pada umumnya pascagempa sudah normal.
Kegiatan itu, sebagai satu kesempatan efektif karena semua Ketua DPRD kota se-Indonsia akan hadir, sehingga mereka bisa menyampaikan sampaikan kondisi Mataram secara riil ke masyarakat.
Baca juga: Dispar: "travel advice" tidak berdampak di Mataram
Baca juga: Makam Jenderal Belanda Akan Jadi Obyek Wisata
Konon makam yang diselimuti akar pohon beringin itu merupakan tempat dikuburkan jasad salah seorang penyebar agama Islam Maulana Syech Gaus Abdurrazak.
Makam Loang Baloq di Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, itu merupakan salah satu objek wisata religi di Kota Mataram yang ramai dikunjungi wisatawan.
Objek wisata Taman Loang Baloq yang dikeramatkan sebagian warga Lombok itu dibanjiri pengunjung terutama pada saat Idul Fitri dan Idul Adha untuk berziarah.
Tak hanya Makam Loang Baloq di Kota Mataram juga terdapat sejumlah objek wisata religi lainnya yang tidak kalah menarik, seperti Makam Bintaro dan Taman Mayura.
Namun pengelolaan objek wisata itu dinilai belum maksimal, sehingga belum mampu berkontribusi untuk menambah pendapatan asli daerah.
Objek wisata religi yang kental nilai sejarah dan memiliki berbagai keunikan itu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Mataram.
Karena itu slaah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mempercepat pemulihan sektor pariwisata di Kota Mataram pascagempa adalah memanfaatkan potensi pariwisata yang ada, termasuk objek wisata religi.
Karena itu Dinas Pariwisata Kota Mataram dituntut untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi pariwisata di kota itu untuk mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan pascagempa bumi.
Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana Mataram memiliki tiga potensi wisata yang perlu diperhatikan yakni wisata alam, buatan, dan religi. Objek wisata religi di kota ini terkesan kuarng diurus dengan baik.
Khusus pariwisata religi, Mohan menyatakan tidak terlalu berat yang penting ada penataan dan kebersihan dijaga agar pengunjung lebih nyaman.
Kondisi pariwisata religi di Kota Mataram, seperti di Makam Loang Baloq, Makam Bintaro, dan Taman Mayura, infrastrukturnya sudah bagus, namun kurang terurus.
Untuk itu, ia berharap Kepala Dinas Pariwisata yang baru dilantik awal Januari 2019, bisa secara optimal melakukan pengelolaan terhadap potensi pariwisata yang ada di kota ini.
Mohan mengakui, penataan wisata religi memang memberikan dampak pada wisata domestik akan tetapi hal itu bisa menjadi promosi pariwisata lokal potensial yang disampaikan kepada masyarakat luas dari mulut ke mulut sehingga bisa sampai ke luar daerah.
Promosi pariwisata
Di sisi lain, Mohan menilai selama ini promosi pariwisata Mataram masih bergantung pada promosi yang dilakukan Dinas Pariwisata Provinsi NTB. "Sedangkan yang dilakukan Dinas Pariwisata secara khsusus belum ada."
Oleh karena itu, dengan semangat kepala dinas yang baru, diharapkan promosi pariwisata khusus Kota Mataram bisa dilakukan sebagai salah satu upaya pemulihan pariwisata Mataram pascagempa bumi.
Wisata religi terutama di Makam Loang Baloq dan Bintaro setiap akhir pekan ramai dikujungi warga baik dari luar kota maupun dalam kota.
Puncak kunjungan peziarah ke makam yang dikeramatkan warga tersebut terjadi pada saat "Lebaran Topat", atau lebaran yang dirayakan warga Pulau Lombok seminggu setelah Idul Fitri.
Selain itu, puncak kunjungan peziarah juga terjadi saat musim haji, di mana jamaah calon haji sebelum berangkat melakukan tradisi ziarah makam.
Dalam beberapa tahun terakhir Kota Mataram menjadi tempat pelaksanaan wisata Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE), baik yang berskala nasional maupun internasional.
Namun setelah terjadi gempa beruntun pada Juli hingga Agustus 2018 yang berdampak terhadap sektor pariwisata menyebabkan kunjungan wisatawan sepi, termasuk penyelenggaraan Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran atau wisata MICE.
Karena itu Wali Kota Mataram Ahyar Abduh menyatakan dalam upaya promosi pariwisata, pemerintah kota terus menyakinkan kepada pihak-pihak pelaku wisata baik dari dalam maupun luar daerah dan luar negeri bahwa suasana Kota Mataram sudah aman dan tidak perlu ada rasa kekhawatiran.
Ia mengatakan kalau sudah ada agenda, diharap jangan dibatalkan, termasuk berbagai agenda kegiatan dari kementerian dan pemerintahan dari berbagai daerah.
Seperti halnya, kegiatan rapat kerja nasional Asosiasi Dewan Seluruh Indonesia (Adeksi) yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini, diharapkan tetap bisa berlangsung.
Ahyar mengatakan menjadi tuan rumah dalam kegiatan Adeksi ini menjadi kesempatan dan peluang emas Kota Mataram untuk menyampaikan secara langsung bahwa kondisi Mataram dan NTB pada umumnya pascagempa sudah normal.
Kegiatan itu, sebagai satu kesempatan efektif karena semua Ketua DPRD kota se-Indonsia akan hadir, sehingga mereka bisa menyampaikan sampaikan kondisi Mataram secara riil ke masyarakat.
Baca juga: Dispar: "travel advice" tidak berdampak di Mataram
Baca juga: Makam Jenderal Belanda Akan Jadi Obyek Wisata
Pewarta: Masnun
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: