Jakarta (ANTARA News) - Abdul Muis, terdakwa peledakan bom di pasar babi Mahesa, Palu, Sulawesi Tengah, mengatakan pulau jawa menjadi tempat berlatih bagi perakit bom untuk keperluan teror di Sulawesi Tengah. Abdul Muis ketika memberikan keterangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Rabu, mengatakan salah satu ahli merakit bom di Sulawesi Tengah, Icang, sempat berlatih di Jawa. "Jawanya di mana, saya kurang tahu," katanya. Icang meninggal dalam penyergapan oleh aparat pada 22 Januari 2007. Icang adalah perakit bom yang diledakan di Pasar Tentena Poso, Sulawesi Tengah, pada 28 Mei 2005. Dia juga merakit bom yang diledakkan di pasar babi Mahesa, Palu, Sulawesi Tengah pada 31 Desember 2005. Menurut penuturan Abdul Muis, Icang tidak pernah mengatakan asal bahan baku bom. Abdul Muis juga tidak pernah mengetahui siapa yang melatih Icang untuk merakit bom. Keterkaitan antara jaringan terorisme di Sulawesi Tengah dan Jawa juga pernah diungkapkan oleh terdakwa peledakan bom Tentena, Mujadid. Ketika bersaksi, Mujadid mengatakan dirinya berlindung di Jawa selama pelarian setelah meledakkan bom. Keberadaannya di Jawa dilindungi oleh sejumlah orang, di antaranya adalah seseorang yang disebut Mujadid sebagai Pak Guru, belakangan dikenal sebagai Abu Dujana. Menurut Mujadid, Abu Dujana melalui anak bawahnya sempat memerintahkan kepada Mujadid untuk tetap berada di Jawa dan tidak kembali ke Sulawesi Tengah. Mujadid tertangkap di daerah Wonosobo, Jawa Tengah, pada awal 2007. Peledakan bom di Mahesa dan Tentena terjadi menyusul konflik antaragama di Poso, Sulawesi Tengah. Abdul Muis menuturkan, sedikitnya sembilan orang tewas akibat ledakan bom di pasar babi Mahesa, Palu. Sedangkan ledakan bom di Tentena menyebabkan sedikitnya 22 orang tewas dan 40 orang luka-luka. Sebagian besar korban tewas akibat patah tulang terbuka di beberapa bagian tubuh, serta terluka akibat tusukan dan goresan benda tajam.(*)