Pemerintah: "kondisi iklim ekstrem" sebabkan kematian ikan di Australia
23 Februari 2019 07:10 WIB
Ribuan Ikan Mati Di Ancol Petugas membersihkan bangkai ikan mati yang terapung di sepanjang Pantai Ancol, Jakarta Utara, Senin (30/11). Menurut Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta matinya ribuan ikan tersebut diperkirakan akibat fenomena alam berupa perubahan cuaca ekstrem yang menyebabkan gejolak di dalam laut sehingga ikan-ikan kekurangan oksigen. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Canberra, Australia, (ANTARA News) - "Kondisi iklim yang tidak biasa" menjadi penyebab kematian jutaan ikan di satu sungai Australia, demikian satu laporan pemerintah.
Pemerintah pada Kamis malam (21/2) mengajukan laporannya mengenai tiga kematian ikan dalam jumlah banyak di Sungai Darling, New South Wales, pada Desember dan Januari.
Laporan tersebut meliputi 20 saran bagi penanganan sistem sungai, termasuk pemantauan air dengan lebih baik.
Laporan itu, yang dikumpulkan oleh satu panel yang dipimpin oleh Profesor Rob Vertessy dari University of Melbourne, mendapati "kondisi iklim yang tidak biasa, tidak paralel dalam catatan pengamatan iklim" menjadi penyebab kematian ikan tersebut.
"Peristiwa cuaca ekstrem baru-baru ini di Lembah utara telah diperkuat oleh perubahan iklim," kata laporan itu, sebagaimana dikutip Kantor Berita China, Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat malam.
"Perubahan pada masa depan dalam sistem iklim global tampaknya akan memiliki dampak besar pada hidrologi dan ekologi Lembah Murray-Darling dan menambah besar resiko kematian ikan," katanya.
Saat menanggapi laporan itu, Menteri Pengairan David Littleproud menyampaikan komitmen bagi pekerjaan mendesak di sungai tersebut dan mengumumkan tiga juta dolar AS dana bagi penelitian mengenai ikan.
"Saya menyambut baik temuan panel independen ini dan akan memulai pekerjaan sebagai reaksi jangka pendek, termasuk membiarkan ikan bergerak lebih bebas di seluruh sistem sungai," kata Littleproud kepada wartawan di Canberra.
Laporan pemerintah itu disiarkan hanya beberapa hari setelah Australian Academy of Science menyiarkan laporannya sendiri mengenai peristiwa tersebut. Laporan itu dikumpulkan atas permintaan Partai Buruh Oposisi Australia (ALP).
Laporan tersebut mendapati irigasi hulu "yang berlebihan", kemarau dan "aliran air yang tak mencukupi" menjadi penyebab kematian ikan, yang semuanya terjadi pada 40 kilometer bentangan Sungai Darling di dekat Menindee, lebih dari 900 kilometer di sebelah barat Sydney.
"Kajian kami mengenai kematian ikan mendapati tak tersedia cukup air di sistem Darling untuk menghindari bencana yang diakibatkan," kata Craig Moritz, pemimpin panel yang bertanggung-jawab atas laporan itu, kepada wartawan pada Senin.
"Ini sebagian disebabkan oleh kemarau yang terjadi. Namun, ulasan mengenai curah hujan dan data aliran air sungai selama beberapa dasawarsa menunjuk kepada pengambilan air yang berlebih di hulu," katanya.
Penyunting: Chaidar Abdullah/Maria D. Andriana
Baca juga: Temperatur di Australia sekitar 51 derajat celcius
Baca juga: Iklim ekstrem menjadi pemicu peningkatan kelaparan global
Baca juga: Ratusan ton ikan di Waduk Cirata-Saguling mati
Baca juga: Nelayan rugi miliaran rupiah karena cuaca ekstrem
Pemerintah pada Kamis malam (21/2) mengajukan laporannya mengenai tiga kematian ikan dalam jumlah banyak di Sungai Darling, New South Wales, pada Desember dan Januari.
Laporan tersebut meliputi 20 saran bagi penanganan sistem sungai, termasuk pemantauan air dengan lebih baik.
Laporan itu, yang dikumpulkan oleh satu panel yang dipimpin oleh Profesor Rob Vertessy dari University of Melbourne, mendapati "kondisi iklim yang tidak biasa, tidak paralel dalam catatan pengamatan iklim" menjadi penyebab kematian ikan tersebut.
"Peristiwa cuaca ekstrem baru-baru ini di Lembah utara telah diperkuat oleh perubahan iklim," kata laporan itu, sebagaimana dikutip Kantor Berita China, Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat malam.
"Perubahan pada masa depan dalam sistem iklim global tampaknya akan memiliki dampak besar pada hidrologi dan ekologi Lembah Murray-Darling dan menambah besar resiko kematian ikan," katanya.
Saat menanggapi laporan itu, Menteri Pengairan David Littleproud menyampaikan komitmen bagi pekerjaan mendesak di sungai tersebut dan mengumumkan tiga juta dolar AS dana bagi penelitian mengenai ikan.
"Saya menyambut baik temuan panel independen ini dan akan memulai pekerjaan sebagai reaksi jangka pendek, termasuk membiarkan ikan bergerak lebih bebas di seluruh sistem sungai," kata Littleproud kepada wartawan di Canberra.
Laporan pemerintah itu disiarkan hanya beberapa hari setelah Australian Academy of Science menyiarkan laporannya sendiri mengenai peristiwa tersebut. Laporan itu dikumpulkan atas permintaan Partai Buruh Oposisi Australia (ALP).
Laporan tersebut mendapati irigasi hulu "yang berlebihan", kemarau dan "aliran air yang tak mencukupi" menjadi penyebab kematian ikan, yang semuanya terjadi pada 40 kilometer bentangan Sungai Darling di dekat Menindee, lebih dari 900 kilometer di sebelah barat Sydney.
"Kajian kami mengenai kematian ikan mendapati tak tersedia cukup air di sistem Darling untuk menghindari bencana yang diakibatkan," kata Craig Moritz, pemimpin panel yang bertanggung-jawab atas laporan itu, kepada wartawan pada Senin.
"Ini sebagian disebabkan oleh kemarau yang terjadi. Namun, ulasan mengenai curah hujan dan data aliran air sungai selama beberapa dasawarsa menunjuk kepada pengambilan air yang berlebih di hulu," katanya.
Penyunting: Chaidar Abdullah/Maria D. Andriana
Baca juga: Temperatur di Australia sekitar 51 derajat celcius
Baca juga: Iklim ekstrem menjadi pemicu peningkatan kelaparan global
Baca juga: Ratusan ton ikan di Waduk Cirata-Saguling mati
Baca juga: Nelayan rugi miliaran rupiah karena cuaca ekstrem
Pewarta: Antara
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019
Tags: