Guru harus dorong siswa punya budaya meneliti
22 Februari 2019 20:13 WIB
Presiden Indonesia Science Project Olympiad (ISPO) Prof Dr Ir Riri Fitri Sari MSc MM (baju biru) dan Presiden Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia (OSEBI) Liliana Muliastuti (baju merah) saat melihat pameran pada pelaksanaan Festival Sains dan Budaya 2019 di Tangerang Selatan, Jumat (Indriani)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Indonesia Science Project Olympiad (ISPO) Prof Dr Ir Riri Fitri Sari MSc MM mengatakan guru harus mendorong siswa untuk memiliki budaya meneliti.
"Guru harus mendorong siswa agar memiliki budaya meneliti. Guru harus mampu mengenali apakah siswanya memiliki kemampuan meneliti," ujar Riri saat membuka Festival Sains dan Budaya (FSB) 2019 di Sekolah Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan, Banten, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa budaya meneliti merupakan bagian dari pembentukan karakter dan budaya itu mendorong anak untuk berpikir kreatif, runtut, detail serta mampu menyelesaikan masalah.
"Guru yang membantu agar anak bisa berpikir runut," jelas dia.
Selain itu, guru juga diberikan dorongan untuk mau membimbing siswa melakukan penelitian. Untuk itu perlu adanya lomba penelitian yang diselenggarakan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga swasta.
Riri juga mengungkapkan, untuk pertama kalinya, dua olimpiade disatukan dalam FSB yakni sains dan seni. Hal itu untuk meningkatkan minat siswa dalam meneliti dan mengembangkan bakat seninya.
Ia menjelaskan, khusus untuk ISPO akan diikuti 25 provinsi dengan peserta ada 120 kelompok siswa dari 112 sekolah. "Mereka adalah para finalis yang akan menampilkan proyek-proyek penelitiannya," katanya.
Tercatat ada enam cabang yang diikuti peserta yaitu lingkungan, teknologi, fisika, kimia, biologi, komputer. Dari enam cabang itu yang paling diminati adalah lingkungan karena lebih banyak bersentuhan dengan masyarakat.
Dia menambahkan, dengan adanya FSB minat siswa meneliti makin diasah, apalagi banyak jawara ISPO diikutkan dalam olimpiade serupa di Amerika, Belanda, Hongkong, Thailand, Asia Tengah, Afrika, dan Kazakhstan.
FSB 2019 yang diselenggarakan 22 Februari hingga 24 Februari itu merupakan gabungan dari ISPO dan Olimpiade seni dan Bahasa Indonesia (OSEBI). Festival itu iikuti oleh ratusan finalis siswa peneliti maupun seniman se-Indonesia.
Baca juga: Akademisi: insentif tak ciptakan budaya meneliti
Baca juga: Indonesia raih medali olimpiade sains internasional di Botswana
Baca juga: Siswa Indonesia boyong tiga emas di olimpiade sains internasional
"Guru harus mendorong siswa agar memiliki budaya meneliti. Guru harus mampu mengenali apakah siswanya memiliki kemampuan meneliti," ujar Riri saat membuka Festival Sains dan Budaya (FSB) 2019 di Sekolah Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan, Banten, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa budaya meneliti merupakan bagian dari pembentukan karakter dan budaya itu mendorong anak untuk berpikir kreatif, runtut, detail serta mampu menyelesaikan masalah.
"Guru yang membantu agar anak bisa berpikir runut," jelas dia.
Selain itu, guru juga diberikan dorongan untuk mau membimbing siswa melakukan penelitian. Untuk itu perlu adanya lomba penelitian yang diselenggarakan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga swasta.
Riri juga mengungkapkan, untuk pertama kalinya, dua olimpiade disatukan dalam FSB yakni sains dan seni. Hal itu untuk meningkatkan minat siswa dalam meneliti dan mengembangkan bakat seninya.
Ia menjelaskan, khusus untuk ISPO akan diikuti 25 provinsi dengan peserta ada 120 kelompok siswa dari 112 sekolah. "Mereka adalah para finalis yang akan menampilkan proyek-proyek penelitiannya," katanya.
Tercatat ada enam cabang yang diikuti peserta yaitu lingkungan, teknologi, fisika, kimia, biologi, komputer. Dari enam cabang itu yang paling diminati adalah lingkungan karena lebih banyak bersentuhan dengan masyarakat.
Dia menambahkan, dengan adanya FSB minat siswa meneliti makin diasah, apalagi banyak jawara ISPO diikutkan dalam olimpiade serupa di Amerika, Belanda, Hongkong, Thailand, Asia Tengah, Afrika, dan Kazakhstan.
FSB 2019 yang diselenggarakan 22 Februari hingga 24 Februari itu merupakan gabungan dari ISPO dan Olimpiade seni dan Bahasa Indonesia (OSEBI). Festival itu iikuti oleh ratusan finalis siswa peneliti maupun seniman se-Indonesia.
Baca juga: Akademisi: insentif tak ciptakan budaya meneliti
Baca juga: Indonesia raih medali olimpiade sains internasional di Botswana
Baca juga: Siswa Indonesia boyong tiga emas di olimpiade sains internasional
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: