Pengamat nilai Jokowi-Prabowo belum jawab tantangan pangan masa depan
21 Februari 2019 20:37 WIB
Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Fithra Faisal, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Eriko Sotarduga, Pengamat Lingkungan Hidup dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yuyun Harmono, Juru Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ahmad Riza Patria dan Pengamat Pertanian/Pangan dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori (kiri ke kanan) dalam diskusi "Buntut Siasat Debat Kedua" di Jakarta, Kamis (21/2/2019). (ANTARA News/Ade Irma Junida)
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pertanian Khudori menilai baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto belum bisa memberi jawaban atas tantangan pangan di masa depan dalam debat capres putaran kedua, Minggu (17/2).
"Kedua pasangan saya kira belum mengelaborasi tantangan pangan ke depan seperti apa. Padahal penduduk kita ada 280 juta dengan kelas menengah yang bertambah, itu menuntut tambahan pangan yang tidak kecil," kata Khudori dalam diskusi di Jakarta, Kamis.
Selain mengenai tambahan pasokan pangan, tantangan lain yang muncul yakni penyediaan pangan yang harus mudah dan merata ke penjuru Nusantara.
"Hal itu kemarin tidak muncul saat di debat. Juga bagaimana kedua pasangan mendesain pangan ke depan di mana sumber-sumber protein dipenuhi dari dalam negeri, termasuk produksi dan stoknya tidak muncul di debat," ungkapnya.
Hal lain yang perlu jadi perhatian kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden, lanjut Khudori, adalah mengenai kesejahteraan petani di masa depan.
Menurut dia, kesejahteraan petani harus jadi perhatian. Begitu pula mengenai regenarasi petani lokal lantaran saat ini 30 persen petani memasuki usia senja.
"Petani kita di ujung senja. 30 persennya berusia 54 tahun dan sebanyak 73 persen hanya lulusan SD atau bahkan tidak lulus SD. Bagaimana kedua calon mendesain kesejahteraan petani ke depan, ini tidak muncul (di debat)," katanya.
Baca juga: Bayu Krisnamurthi: Rendahnya upah petani jadi tantangan Presiden selanjutnya
"Kedua pasangan saya kira belum mengelaborasi tantangan pangan ke depan seperti apa. Padahal penduduk kita ada 280 juta dengan kelas menengah yang bertambah, itu menuntut tambahan pangan yang tidak kecil," kata Khudori dalam diskusi di Jakarta, Kamis.
Selain mengenai tambahan pasokan pangan, tantangan lain yang muncul yakni penyediaan pangan yang harus mudah dan merata ke penjuru Nusantara.
"Hal itu kemarin tidak muncul saat di debat. Juga bagaimana kedua pasangan mendesain pangan ke depan di mana sumber-sumber protein dipenuhi dari dalam negeri, termasuk produksi dan stoknya tidak muncul di debat," ungkapnya.
Hal lain yang perlu jadi perhatian kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden, lanjut Khudori, adalah mengenai kesejahteraan petani di masa depan.
Menurut dia, kesejahteraan petani harus jadi perhatian. Begitu pula mengenai regenarasi petani lokal lantaran saat ini 30 persen petani memasuki usia senja.
"Petani kita di ujung senja. 30 persennya berusia 54 tahun dan sebanyak 73 persen hanya lulusan SD atau bahkan tidak lulus SD. Bagaimana kedua calon mendesain kesejahteraan petani ke depan, ini tidak muncul (di debat)," katanya.
Baca juga: Bayu Krisnamurthi: Rendahnya upah petani jadi tantangan Presiden selanjutnya
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: