IFPF targetkan ekspor furnitur 2019 tumbuh 10-15 persen
21 Februari 2019 15:33 WIB
Ketua IFPF Erie Sasmito usai menghadiri konferensi pers di Jakarta, Kamis (21/2/2019). (Antara News/Aji Cakti)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia Furniture Promotion Forum (IFPF) menargetkan pertumbuhan ekspor furnitur pada tahun ini di kisaran 10 sampai dengan 15 persen.
"Pertumbuhannya (tahun ini), saya kalau mau realistis antara 10 sampai dengan 15 persen," ujar Ketua IFPF Erie Sasmito kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Ketua IFPF tersebut menjelaskan bahwa penjualan ekspor furnitur secara keseluruhan pada tahun lalu mencapai 1,8 miliar sampai dengan dua miliar dolar AS.
"Pasar furnitur secara ekspor pada tahun ini trennya mengalami peningkatan, karena dipengaruhi faktor perang dagang antara Amerika Serikat - Tiongkok," ujar Erie.
Ketua IFPF itu juga menambahkan bahwa perang dagang antara kedua negara adidaya tersebut membuat Indonesia memiliki peluang, mengingat negara kita tidak terkena pajak akibat kebijakan "Generalized System of Preference" (GSP) dari Amerika Serikat.
"Selain itu perekonomian Amerika Serikat sendiri juga cukup kuat, jadi kita optimistis pada tahun ini pasar ekspor ke negara tersebut akan mengalami peningkatan," kata Erie usai menghadiri konferensi pers.
Ketua IFPF itu mengatakan bahwa untuk pasar ekspor furnitur di kawasan Eropa akan mengalami sedikit penurunan pada tahun ini, karena dipengaruhi beberapa faktor.
"Mungkin ada sedikit penurunan (ekspor) ke Eropa karena terdapat masalah terkait Brexit dan beberapa hal lainnya, namun untuk pasar ekspor ke Amerika Serikat diperkirakan meningkat," ujar Erie.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa ada kemajuan dalam pembahasan mengenai penerapan pemberian fasilitas kemudahan perdagangan GSP oleh Amerika Serikat.
Sebagaimana diketahui, GSP merupakan program pemerintah AS dalam rangka mendorong pembangunan ekonomi negara-negara berkembang, yaitu dengan membebaskan bea masuk ribuan produk negara-negara itu, termasuk Indonesia, ke dalam negeri Paman Sam tersebut.
Sebanyak 3.546 produk Indonesia diberikan fasilitas GSP berupa eliminasi tarif hingga 0 persen.
"Pertumbuhannya (tahun ini), saya kalau mau realistis antara 10 sampai dengan 15 persen," ujar Ketua IFPF Erie Sasmito kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Ketua IFPF tersebut menjelaskan bahwa penjualan ekspor furnitur secara keseluruhan pada tahun lalu mencapai 1,8 miliar sampai dengan dua miliar dolar AS.
"Pasar furnitur secara ekspor pada tahun ini trennya mengalami peningkatan, karena dipengaruhi faktor perang dagang antara Amerika Serikat - Tiongkok," ujar Erie.
Ketua IFPF itu juga menambahkan bahwa perang dagang antara kedua negara adidaya tersebut membuat Indonesia memiliki peluang, mengingat negara kita tidak terkena pajak akibat kebijakan "Generalized System of Preference" (GSP) dari Amerika Serikat.
"Selain itu perekonomian Amerika Serikat sendiri juga cukup kuat, jadi kita optimistis pada tahun ini pasar ekspor ke negara tersebut akan mengalami peningkatan," kata Erie usai menghadiri konferensi pers.
Ketua IFPF itu mengatakan bahwa untuk pasar ekspor furnitur di kawasan Eropa akan mengalami sedikit penurunan pada tahun ini, karena dipengaruhi beberapa faktor.
"Mungkin ada sedikit penurunan (ekspor) ke Eropa karena terdapat masalah terkait Brexit dan beberapa hal lainnya, namun untuk pasar ekspor ke Amerika Serikat diperkirakan meningkat," ujar Erie.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa ada kemajuan dalam pembahasan mengenai penerapan pemberian fasilitas kemudahan perdagangan GSP oleh Amerika Serikat.
Sebagaimana diketahui, GSP merupakan program pemerintah AS dalam rangka mendorong pembangunan ekonomi negara-negara berkembang, yaitu dengan membebaskan bea masuk ribuan produk negara-negara itu, termasuk Indonesia, ke dalam negeri Paman Sam tersebut.
Sebanyak 3.546 produk Indonesia diberikan fasilitas GSP berupa eliminasi tarif hingga 0 persen.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019
Tags: