Alat deteksi dini gempa-tsunami di Pasaman Barat-Sumbar dicuri dan dirusak
20 Februari 2019 16:44 WIB
Sejumlah pengungsi berada dalam gudang pabrik sawit di daerah Jorong Tanjung Pangka, Nagari Lingkung Aur Hilir, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Selasa (16/10/2018). Sebanyak 14 ribu jiwa dari 11 kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat terdampak banjir dan sejumlah nagari terisolasi. ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi/ama
Simpang Empat, Sumbar (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat menyayangkan adanya oknum masyarakat yang mencuri dan merusak alat pendeteksi gempa dan tsunami (early warning system/EWS) di sejumlah titik.
"Ada tiga EWS yang rusak dan tidak berfungsi saat ini karena sejumlah peralatan alat tersebut diduga dicuri oleh masyarakat," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat, Tri Wahluyo di Simpang Empat, Rabu.
Ia mengatakan di Pasaman Barat ada enam AWS yang terpasang di wilayah pantai barat di Sasak, Pulau Panjang, Maligi, Mandiangin, Sikabau Air Bangis.
Tiga di antaranya tidak berfungsi karena rusak dan ada peralatan yang dicuri oknum masyarakat.
Ia menjelaskan tiga AWS yang tidak berfungsi itu yakni di Sasak karena akinya dicuri orang. Kemudian dua lagi di Mandiangin dan Air Bangis juga ada peralatannya yang hilang.
Terhadap yang tidak berfungsi itu, pihaknya akan memperbaiki dan melengkapi peralatannya pada 2019 ini dengan harapan agar tidak dicuri lagi.
"Sudah berulang kali kami ganti namun tetap hilang peralatan yang diganti. Tahun ini telah kami anggarkan untuk perbaikannya," ujarnya.
dMenurutnya AWS sangat penting artinya bagi masyarakat yang bersomisili di tepi pantai karena dengan adanya alat peringatan itu bisa memperingatkan masyarakat bahwa sedang ada bencana.
"Alat itu merupakan peringatan dini bagi masyarakat sehingga bisa meningkatkan kewaspadaan," katanya.
Kemudian pihaknya juga mengharapkan adanya pembangunan shelter di sejumlah titik lokasi pantai yang ada.
Sebab, wilayah pesisir pantai Pasaman Barat pada umumnya sangat terbuka dan dataran rendah. Tidak memiliki daerah perbukitan dan pegunungan.
"Hanya ada satu bukit di Air Bangis yang bisa dijadikan tempat evakuasi warga. Tempat lainnya tidak ada," katanya.
Pihaknya juga telah mengusulkan kepada pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi agar dibangunkan shelter.
"Mudah-mudahan dapat terlaksana karena jika mengharapkan dana APBD tidak sanggup karena makan biaya yang cukup besar," katanya.
Ia juga terus memberikan edukasi kepada semua lapisan masyarakat yang berdomisili di tepi pantai agar tetap waspada bencana karena bencana alam tidak bisa dipredikai kapan datangnya.
"Pasaman Barat merupakan salah satu daerah rawan bencana. Masyarakat harus tetap waspada karena bencana bisa datang kapan saja," demikian Tri Wahluyo.
Baca juga: Gempa 5,4 SR guncang Pasaman Sumbar
Baca juga: Banjir dan longsor landa sejumlah wilayah Pasaman Barat
Baca juga: Getaran gempa Mentawai cukup keras di Pasaman Barat
"Ada tiga EWS yang rusak dan tidak berfungsi saat ini karena sejumlah peralatan alat tersebut diduga dicuri oleh masyarakat," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat, Tri Wahluyo di Simpang Empat, Rabu.
Ia mengatakan di Pasaman Barat ada enam AWS yang terpasang di wilayah pantai barat di Sasak, Pulau Panjang, Maligi, Mandiangin, Sikabau Air Bangis.
Tiga di antaranya tidak berfungsi karena rusak dan ada peralatan yang dicuri oknum masyarakat.
Ia menjelaskan tiga AWS yang tidak berfungsi itu yakni di Sasak karena akinya dicuri orang. Kemudian dua lagi di Mandiangin dan Air Bangis juga ada peralatannya yang hilang.
Terhadap yang tidak berfungsi itu, pihaknya akan memperbaiki dan melengkapi peralatannya pada 2019 ini dengan harapan agar tidak dicuri lagi.
"Sudah berulang kali kami ganti namun tetap hilang peralatan yang diganti. Tahun ini telah kami anggarkan untuk perbaikannya," ujarnya.
dMenurutnya AWS sangat penting artinya bagi masyarakat yang bersomisili di tepi pantai karena dengan adanya alat peringatan itu bisa memperingatkan masyarakat bahwa sedang ada bencana.
"Alat itu merupakan peringatan dini bagi masyarakat sehingga bisa meningkatkan kewaspadaan," katanya.
Kemudian pihaknya juga mengharapkan adanya pembangunan shelter di sejumlah titik lokasi pantai yang ada.
Sebab, wilayah pesisir pantai Pasaman Barat pada umumnya sangat terbuka dan dataran rendah. Tidak memiliki daerah perbukitan dan pegunungan.
"Hanya ada satu bukit di Air Bangis yang bisa dijadikan tempat evakuasi warga. Tempat lainnya tidak ada," katanya.
Pihaknya juga telah mengusulkan kepada pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi agar dibangunkan shelter.
"Mudah-mudahan dapat terlaksana karena jika mengharapkan dana APBD tidak sanggup karena makan biaya yang cukup besar," katanya.
Ia juga terus memberikan edukasi kepada semua lapisan masyarakat yang berdomisili di tepi pantai agar tetap waspada bencana karena bencana alam tidak bisa dipredikai kapan datangnya.
"Pasaman Barat merupakan salah satu daerah rawan bencana. Masyarakat harus tetap waspada karena bencana bisa datang kapan saja," demikian Tri Wahluyo.
Baca juga: Gempa 5,4 SR guncang Pasaman Sumbar
Baca juga: Banjir dan longsor landa sejumlah wilayah Pasaman Barat
Baca juga: Getaran gempa Mentawai cukup keras di Pasaman Barat
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: