Kesan Kalapas terhadap eks-napi terorisme Noeim Baasyir
20 Februari 2019 01:21 WIB
Narapidana kasus terorisme Noim Baasyir (tengah) keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (19/2/2019). Noim yang adik kandung (napi terorisme) Abu Bakar Baasyir itu bebas murni setelah menjalani pidana pokok selama enam tahun kurungan dengan potong tiga (3) bulan remisi tahanan, terhitung 26 Mei 2014. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/pd.
Tulungagung (ANTARA News) - Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Tulungagung Erry Taruna menyatakan, eks-narapidana kasus terorisme Noeim Baasyir meninggalkan kesan baik, meski tidak pernah mau mengikuti program kerohanian dan shalat Jumat berjamaah yang rutin digelar LP setempat.
"Dia (Noeim) selama ini aktif. Memang kalau masalah pembinaan dia tidak ikut, tetapi yang jelas kalau sosialisasi dengan rekan yang lain bagus. Dengan warga binaan lain bagus. Dia tidak menutup diri," kata Erry Taruna di Tulungagung, Jawa Timur, Selasa.
Kesan itu disampaikan Erry usai melepas napi terorisme Noeim Baasyir yang bebas murni, setelah menjalani masa hukuman selama enam tahun potong tiga bulan remisi tahanan pada Selasa pagi.
Sejumlah program pembinaan yang tidak diikuti oleh Noeim dan dua napi terorisme lain (saat ini tinggal tersisa satu napi terorisme) adalah kegiatan kerohanian, yasinan rutin dan shalat berjamaah, termasuk shalat Jumat yang digelar rutin setiap pekannya.
Kata Erry, pihaknya memang tidak terlalu memaksakan karena hal itu berkaitan dengan keyakinan dan akidah yang dianut Noeim dan napi terorisme lain.
"Kalaupun dipaksakan tapi tidak ikhlas, kan percuma," kata Erry Taruna.
Para napi terorisme tidak membuat onar dan masalah saja sudah bagus, katanya.
Apalagi selama ini Noeim dan dua napi terorisme lain terlihat nyaman dan tetap bisa berbaur dengan warga binaan lain.
Program deradikalisasi sebenarnya juga telah dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di LP Tulungagung.
Namun diakui Erry, program deradikalisasi tidak terlalu efektif. Hal itu dikarenakan program tersebut hanya dilakukan sekali atau maksimal dua kali dalam setahun. Itupun sifatnya hanya diskusi saja dan mewawancarai.
"Dari BNPT memberi nilai plus untuk (LP) Tulungagung karena selama di sini ternyata mereka sudah banyak berubah dibanding sebelumnya. Sebelumnya kan agak kaku, pendiam, susah diajak ngomong.
Begitu tahun berikutnya bisa komunikasi, imbal baliknya bagus, ditambah komunikasi yang "funny". Jadi ada bercandanya, kelakarnya ada.
"Dulu katanya, sebelum dipindah ke sini, diajak ngomong pun tidak mau ngomong. Diam saja, susah kan. Mungkin juga karena pendekatan teman-teman kami juga yang kekeluargaan, sehingga mereka menjadi lebih terbuka," kata Erry Taruna.
Erry sempat berpesan kepada Noeim agar kembali menjadi warga yang baik, bekerja dan berkarya untuk memberi manfaat kepada keluarga dan masyarakat sekitar, daerah dan negara.
"Pokoknya pesan saya jangan lagi kenal saya masuk ke dalam (LP). Kalau ketemu cukup di luar saja, jangan di dalam," katanya mengulang pesan yang sempat dia sampaikan kepada Noeim.
Selama di LP Tulungagung, Noeim ditempatkan di sel bekas tahanan anak. Dia menempati sel sendirian, tidak dicampur dengan warga binaan kasus pidana umum lainnya.
Demikian juga dengan dua napi terorisme lain, Ridwan Sungkar dan Dedi Fahrizal.
Dedi saat ini telah dipindahkan ke LP Klas I Nusakambangan karena masa hukumannya masih panjang.
Sementara Ridwan Sungkar masih bertahan di LP Klas IIB Tulungagung dan sesuai jadwal akan bebas murni menyusul Noeim pada Maret 2019.
Baca juga: Narapidana terorisme Noeim Baasyir bebas murni
"Dia (Noeim) selama ini aktif. Memang kalau masalah pembinaan dia tidak ikut, tetapi yang jelas kalau sosialisasi dengan rekan yang lain bagus. Dengan warga binaan lain bagus. Dia tidak menutup diri," kata Erry Taruna di Tulungagung, Jawa Timur, Selasa.
Kesan itu disampaikan Erry usai melepas napi terorisme Noeim Baasyir yang bebas murni, setelah menjalani masa hukuman selama enam tahun potong tiga bulan remisi tahanan pada Selasa pagi.
Sejumlah program pembinaan yang tidak diikuti oleh Noeim dan dua napi terorisme lain (saat ini tinggal tersisa satu napi terorisme) adalah kegiatan kerohanian, yasinan rutin dan shalat berjamaah, termasuk shalat Jumat yang digelar rutin setiap pekannya.
Kata Erry, pihaknya memang tidak terlalu memaksakan karena hal itu berkaitan dengan keyakinan dan akidah yang dianut Noeim dan napi terorisme lain.
"Kalaupun dipaksakan tapi tidak ikhlas, kan percuma," kata Erry Taruna.
Para napi terorisme tidak membuat onar dan masalah saja sudah bagus, katanya.
Apalagi selama ini Noeim dan dua napi terorisme lain terlihat nyaman dan tetap bisa berbaur dengan warga binaan lain.
Program deradikalisasi sebenarnya juga telah dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di LP Tulungagung.
Namun diakui Erry, program deradikalisasi tidak terlalu efektif. Hal itu dikarenakan program tersebut hanya dilakukan sekali atau maksimal dua kali dalam setahun. Itupun sifatnya hanya diskusi saja dan mewawancarai.
"Dari BNPT memberi nilai plus untuk (LP) Tulungagung karena selama di sini ternyata mereka sudah banyak berubah dibanding sebelumnya. Sebelumnya kan agak kaku, pendiam, susah diajak ngomong.
Begitu tahun berikutnya bisa komunikasi, imbal baliknya bagus, ditambah komunikasi yang "funny". Jadi ada bercandanya, kelakarnya ada.
"Dulu katanya, sebelum dipindah ke sini, diajak ngomong pun tidak mau ngomong. Diam saja, susah kan. Mungkin juga karena pendekatan teman-teman kami juga yang kekeluargaan, sehingga mereka menjadi lebih terbuka," kata Erry Taruna.
Erry sempat berpesan kepada Noeim agar kembali menjadi warga yang baik, bekerja dan berkarya untuk memberi manfaat kepada keluarga dan masyarakat sekitar, daerah dan negara.
"Pokoknya pesan saya jangan lagi kenal saya masuk ke dalam (LP). Kalau ketemu cukup di luar saja, jangan di dalam," katanya mengulang pesan yang sempat dia sampaikan kepada Noeim.
Selama di LP Tulungagung, Noeim ditempatkan di sel bekas tahanan anak. Dia menempati sel sendirian, tidak dicampur dengan warga binaan kasus pidana umum lainnya.
Demikian juga dengan dua napi terorisme lain, Ridwan Sungkar dan Dedi Fahrizal.
Dedi saat ini telah dipindahkan ke LP Klas I Nusakambangan karena masa hukumannya masih panjang.
Sementara Ridwan Sungkar masih bertahan di LP Klas IIB Tulungagung dan sesuai jadwal akan bebas murni menyusul Noeim pada Maret 2019.
Baca juga: Narapidana terorisme Noeim Baasyir bebas murni
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: