Kemenperin sosialisasikan indikator kesiapan manufaktur terapkan Industri 4.0
19 Februari 2019 19:24 WIB
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara memberikan sambutan pada Workshop Self Assessment dengan tools INDI 4.0 di Jakarta, Selasa. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian gencar melakukan sosialiasi kepada para pelaku industri manufaktur di Indonesia mengenai indikator penilaian penerapan teknologi industri 4.0 atau Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), yang merupakan bagian dari tahap implementasi Making Indonesia 4.0.
"Melalui peta jalan Making Indonesia 4.0, kita menyatakan kesiapan memasuki era industri 4.0. Artinya, kita juga sudah punya strategi dan arah yang jelas dalam merevitalisasi manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.
Ngakan menyampaikan hal itu pada Workshop Self Assessment dengan tools INDI 4.0 di Jakarta. Kemenperin menyelenggarakan lokakarya tersebut, dengan mengundang 112 perusahaan industri yang mewakili lima sektor manufaktur yang sedang mendapat prioritas pengembangan industri 4.0.
Kelima sektor itu adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika.
“INDI 4.0 merupakan sebuah indeks acuan yang digunakan oleh industri dan pemerintah untuk mengukur tingkat kesiapan perusahaan menuju industri 4.0,” jelas Ngakan.
Bagi industri, INDI 4.0 mempunyai banyak fungsi, di antaranya sebagai acuan untuk menentukan posisi perusahaan yang kaitannya dengan industri 4.0 sehingga dapat menentukan strategi perusahaan ke depan.
Ngakan menambahkan, sejumlah negara juga sudah memiliki sistem pengukuran implementasi industri 4.0, seperti Industrie 4.0 Readiness dari VDMA Jerman dan The Singapore Smart Industry Readiness Index.
“Yang membedakan INDI 4.0 dengan indeks tersebut, adalah adanya penilaian yang disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi industri di Indonesia,” tegasnya.
"Melalui peta jalan Making Indonesia 4.0, kita menyatakan kesiapan memasuki era industri 4.0. Artinya, kita juga sudah punya strategi dan arah yang jelas dalam merevitalisasi manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.
Ngakan menyampaikan hal itu pada Workshop Self Assessment dengan tools INDI 4.0 di Jakarta. Kemenperin menyelenggarakan lokakarya tersebut, dengan mengundang 112 perusahaan industri yang mewakili lima sektor manufaktur yang sedang mendapat prioritas pengembangan industri 4.0.
Kelima sektor itu adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika.
“INDI 4.0 merupakan sebuah indeks acuan yang digunakan oleh industri dan pemerintah untuk mengukur tingkat kesiapan perusahaan menuju industri 4.0,” jelas Ngakan.
Bagi industri, INDI 4.0 mempunyai banyak fungsi, di antaranya sebagai acuan untuk menentukan posisi perusahaan yang kaitannya dengan industri 4.0 sehingga dapat menentukan strategi perusahaan ke depan.
Ngakan menambahkan, sejumlah negara juga sudah memiliki sistem pengukuran implementasi industri 4.0, seperti Industrie 4.0 Readiness dari VDMA Jerman dan The Singapore Smart Industry Readiness Index.
“Yang membedakan INDI 4.0 dengan indeks tersebut, adalah adanya penilaian yang disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi industri di Indonesia,” tegasnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: