Petani di Gresik tolak bantuan pemugaran rumah dari pemerintah
19 Februari 2019 19:17 WIB
Kondisi rumah setelah direnovasi oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI di Jambi. Seorang petani di Gresik menolak dana bantuan renovasi rumah karena pendapatannya sudah meningkat selama tiga tahun terakhir. (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)
Gresik (ANTARA News) - Seorang petani di Desa Karangsemanding, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Bakri (69) dengan sengaja menolak bantuan pemugaran rumah dalam program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dari pemerintah daerah setempat, karena dirinya menganggap masih banyak yang lebih berhak dengan bantuan itu.
"Pak Bakri menolak bantuan program pemugaran rumah sebesar Rp15 juta dari pemerintah. Oleh karena itu dana kami kembalikan ke pemerintah," kata Camat Balongpanggang Jusuf Ansyori di Gresik, Selasa.
Ia menambahkan, total penerima bantuan pemugaran rumah bagi orang tidak mampu di wilayahnya mencapai 94 orang, dan di Desa Karangsemanding terdapat 12 orang.
"Bantuan pemugaran rumah itu merupakan pengajuan anggaran pada 2017, lalu diusulkan 2018 dan dicairkan pada 2019," kata Jusuf.
Namun di tengah perjalanan, sebutnya warga benama Bakri tersebut mengalami peningkatan ekonomi, sebab selain bekerja di lahannya, ia juga dipercaya menggarap sawah beberapa orang, juga menjadi koordinator persewaan alat-alat tani.
"Dulu rumah Bakri masuk dalam warga yang layak dibantu, namun dalam tiga tahun terakhir ekonominya naik dan rumahnya mampu diperbaiki secara mandiri, sehingga dia sengaja menolak bantuan itu dengan alasan masih banyak yang lebih layak menerima," jelasnya.
Kepala Bagian Humas Pemkab Gresik, Sutrisno mengapresiasi sikap Bakri, karena masih ada warga yang menolak bantuan karena menganggap masih banyak yang lebih berhak dibanding dirinya.
"Kami apresasi, sebab kebanyakan orang sudah kaya tapi masih minta bantuan kepada pemerintah," tambahnya.
Sutrisno mengatakan, bantuan program pemugaran rumah itu masuk dalam program Dinas Perumahan dan Permukiman Pemkab Gresik yang setiap tahun menggelontor anggaran untuk perbaikan beberapa rumah di pedesasan.
Sementara Bakri mengatakan, penolakan itu datang dari dalam hati, sebab saat ini telah mampu membangun rumah dan membeli sepeda motor.
"Mengingat masih banyak yang lebih pantas mendapatkan bantuan tersebut, maka saya tolak bantuan karena masih banyak membutuhkan daripada saya," ujarnya.
Baca juga: PUPR perbaiki 206 ribu rumah tidak layak huni
Baca juga: Ratusan keluarga Minahasa terima bantuan perbaikan perumahan
Baca juga: Warga miskin dapat program bedah rumah Baznas
"Pak Bakri menolak bantuan program pemugaran rumah sebesar Rp15 juta dari pemerintah. Oleh karena itu dana kami kembalikan ke pemerintah," kata Camat Balongpanggang Jusuf Ansyori di Gresik, Selasa.
Ia menambahkan, total penerima bantuan pemugaran rumah bagi orang tidak mampu di wilayahnya mencapai 94 orang, dan di Desa Karangsemanding terdapat 12 orang.
"Bantuan pemugaran rumah itu merupakan pengajuan anggaran pada 2017, lalu diusulkan 2018 dan dicairkan pada 2019," kata Jusuf.
Namun di tengah perjalanan, sebutnya warga benama Bakri tersebut mengalami peningkatan ekonomi, sebab selain bekerja di lahannya, ia juga dipercaya menggarap sawah beberapa orang, juga menjadi koordinator persewaan alat-alat tani.
"Dulu rumah Bakri masuk dalam warga yang layak dibantu, namun dalam tiga tahun terakhir ekonominya naik dan rumahnya mampu diperbaiki secara mandiri, sehingga dia sengaja menolak bantuan itu dengan alasan masih banyak yang lebih layak menerima," jelasnya.
Kepala Bagian Humas Pemkab Gresik, Sutrisno mengapresiasi sikap Bakri, karena masih ada warga yang menolak bantuan karena menganggap masih banyak yang lebih berhak dibanding dirinya.
"Kami apresasi, sebab kebanyakan orang sudah kaya tapi masih minta bantuan kepada pemerintah," tambahnya.
Sutrisno mengatakan, bantuan program pemugaran rumah itu masuk dalam program Dinas Perumahan dan Permukiman Pemkab Gresik yang setiap tahun menggelontor anggaran untuk perbaikan beberapa rumah di pedesasan.
Sementara Bakri mengatakan, penolakan itu datang dari dalam hati, sebab saat ini telah mampu membangun rumah dan membeli sepeda motor.
"Mengingat masih banyak yang lebih pantas mendapatkan bantuan tersebut, maka saya tolak bantuan karena masih banyak membutuhkan daripada saya," ujarnya.
Baca juga: PUPR perbaiki 206 ribu rumah tidak layak huni
Baca juga: Ratusan keluarga Minahasa terima bantuan perbaikan perumahan
Baca juga: Warga miskin dapat program bedah rumah Baznas
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: