Kawanan gajah yang masuk perkebunan digiring ke hutan Minas
19 Februari 2019 17:33 WIB
Arsip Foto. Gajah sumatra di kawasan permukiman penduduk di Pekanbaru, Riau. Lembaga konservasi dunia International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan gajah sumatra dalam daftar merah spesies yang terancam punah akibat kerusakan dan berkurang habitat alami, serta praktik perburuan liar dan perdagangan ilegal. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Pekanbaru (ANTARA News) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyatakan petugas masih berupaya menggiring 11 gajah liar yang memasuki kawasan perkebunan warga di pesisir Kota Pekanbaru menuju Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Syarif Kasim Minas di Kabupaten Siak.
"Jarak penggiringan ke Tahura tidak terlalu jauh, sekitar empat kilometer. Efektifnya kita giring ke sana," kata Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Riau Heru Sukmantoro kepada Antara di Pekanbaru, Selasa.
Ia mengatakan upaya penggiringan kawanan gajah liar yang dalam dua hari terakhir berada di perkebunan kelapa hibrida milik warga itu masih dilakukan dengan cara manual.
"Upaya teman-teman melakukan penggiringan dengan petasan. Kalau memang tidak efektif, baru kita turunan gajah jinak," kata Heru, menambahkan pawang gajah dilibatkan dalam upaya penggiringan menggunakan petasan.
"Kita lihat kondisinya. Kalau membandel kita turunkan gajah jinak. (Namun) biasanya berhasil dengan itu (secara manual)," jelasnya.
Heru menjelaskan 11 gajah liar yang merusak perkebunan kelapa hibrida, pisang serta tanaman ubi warga di Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, tersebut berasal dari salah satu kantong gajah yang berada di antara Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru dan Minas, Siak.
Dia memperkirakan masih ada 22 sampai 24 gajah liar yang mendiami kantong gajah tersebut. Mereka terbagi dalam dua kelompok besar.
Nah, yang masuk ke Rumbai itu kelompok 11. Mereka terus bermigrasi untuk mencari makan dan melakukan penandaan wilayah dia," katanya.
Ia mengatakan ancaman terhadap habitat gajah belakangan meningkat seiring dengan banyaknya perkebunan sawit serta permukiman warga. Area perkebunan maupun permukiman warga tempat gajah-gajah itu beberapa kali muncul merupakan area pergerakan gajah secara periodik.
Baca juga:
Kawanan gajah liar merusak kebun kelapa warga Pekanbaru
BBKSDA kesulitan evakuasi gajah liar dari permukiman pekanbaru
"Jarak penggiringan ke Tahura tidak terlalu jauh, sekitar empat kilometer. Efektifnya kita giring ke sana," kata Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Riau Heru Sukmantoro kepada Antara di Pekanbaru, Selasa.
Ia mengatakan upaya penggiringan kawanan gajah liar yang dalam dua hari terakhir berada di perkebunan kelapa hibrida milik warga itu masih dilakukan dengan cara manual.
"Upaya teman-teman melakukan penggiringan dengan petasan. Kalau memang tidak efektif, baru kita turunan gajah jinak," kata Heru, menambahkan pawang gajah dilibatkan dalam upaya penggiringan menggunakan petasan.
"Kita lihat kondisinya. Kalau membandel kita turunkan gajah jinak. (Namun) biasanya berhasil dengan itu (secara manual)," jelasnya.
Heru menjelaskan 11 gajah liar yang merusak perkebunan kelapa hibrida, pisang serta tanaman ubi warga di Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, tersebut berasal dari salah satu kantong gajah yang berada di antara Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru dan Minas, Siak.
Dia memperkirakan masih ada 22 sampai 24 gajah liar yang mendiami kantong gajah tersebut. Mereka terbagi dalam dua kelompok besar.
Nah, yang masuk ke Rumbai itu kelompok 11. Mereka terus bermigrasi untuk mencari makan dan melakukan penandaan wilayah dia," katanya.
Ia mengatakan ancaman terhadap habitat gajah belakangan meningkat seiring dengan banyaknya perkebunan sawit serta permukiman warga. Area perkebunan maupun permukiman warga tempat gajah-gajah itu beberapa kali muncul merupakan area pergerakan gajah secara periodik.
Baca juga:
Kawanan gajah liar merusak kebun kelapa warga Pekanbaru
BBKSDA kesulitan evakuasi gajah liar dari permukiman pekanbaru
Pewarta: Fazar Muhardi, Anggi Romadhoni
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: