Jakarta (ANTARA News) - Museum MACAN mengumumkan proyek terbaru untuk Ruang Seni Anak Komisi Museum MACAN UOB, yang dibuat oleh perupa asal Malaysia Shooshie Sulaiman, salah satu nama penting dalam medan seni kontemporer Asia Tenggara.

Dalam proyek yang akan dibuka pada 1 Maret 2019 ini, Shoosie akan menggunakan karet alami sebagai material utama dalam karyanya.

"Selain memainkan peran penting dalam memori masa kecil saya, pohon karet adalah sebuah tanaman yang menghubungkan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Malaysia dan Indonesia. Lewat Main Getah/Rubberscape, saya berharap pengunjung dari berbagai usia dapat bermain, berimajinasi dan berkreasi tanpa batas," kata Shooshie dalam keterangan pers, Selasa.

Karet memiliki signifikansi secara sejarah dan wujud material, menghubungkan Indonesia, Malaysia dan negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Bertemakan Main Getah/Rubberscape, proyek komisi ini akan mengubah Ruang Seni Anak menjadi sebuah lingkungan yang merangsang panca indera melalui bentuk, tekstur dan bunyi.

Lingkungan ini akan meliputi pohon karet muda, sebuah bukit kecil yang dibentuk dari tanah yang didapatkan dari daerah setempat, juga bebunyian yang direkam dari ladang-ladang karet di Malaysia.

Karya instalasi ini akan dikombinasikan dengan berbagai aktivitas edukatif untuk anak dan orang tua, termasuk beberapa permainan tradisional: congklak (atau congkak dalam bahasa Melayu), adu biji karet (atau laga getah) dan berbagai aktivitas seni yang melibatkan stempel dari karet berdesain khusus, merangkai karet gelang dan lokakarya membuat balon dengan lateks alami yang akan diadakan setiap pekan.

"Main Getah/Rubberscape adalah sebuah instalasi imersif yang membuka ruang bagi anak-anak untuk melihat karet secara luas, sebagai sebuah materi yang telah berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dan teknologi dunia, yang juga memiliki tempat dalam sejarah Indonesia dan Asia Tenggara,” ujar Aaron Seeto, Direktur Museum MACAN.

Baca juga: Museum Macan punya kurator baru

Proyek seni ini dirancang untuk menghubungkan anak dan siswa dengan bahan alami khas Asia Tenggara melalui permainan, sembari mengenalkan mereka kepada hal-hal penting dalam kehidupan manusia, seperti keberlanjutan, ilmu pengetahuan, sejarah regional, identitas dan ingatan.

Proyek ini terlaksana melalui kerja sama museum dengan Pusat Penelitian Karet (Puslitret) yang berbasis di Bogor. Sebagai Mitra Riset Resmi dalam proyek ini, Puslitret membantu penyediaan materi utama yang digunakan dalam instalasi, juga memastikan aktivitas di dalam Ruang Seni Anak memenuhi syarat-syarat keberlanjutan dan aman bagi anak.

Main Getah/Rubberscape mengangkat dua isu penting yang fundamental bagi proses berkarya Shooshie. Pertama, sejarah Asia Tenggara – khususnya sejarah karet, yang merupakan tanaman yang penting bagi negara-negara dalam area ini, termasuk Malaysia dan Indonesia, dalam konteks sejarah ekonomi. Kedua, memori masa kecil sang perupa saat menjelajah perkebunan karet di Malaysia bersama ayahnya.

Karya-karya Shooshie mengeksplorasi tema-tema identitas dan kenangan pribadi, yang ia ekspresikan lewat berbagai medium. Banyak dari karyanya dimaksudkan untuk membuka diskusi tentang sejarah Asia Tenggara, dan mengeksplorasi hubungan antara manusia, lingkungan dan seni.

Shooshie Sulaiman lahir di Malaysia pada 1973, dan dikenal sebagai seorang perupa yang telah menampilkan karyanya di beberapa pameran dan insitusi seni terpenting di dunia, termasuk Documenta 12 (2007) di Kassel, Jerman, Asia Pacific Triennial ke-6 di Brisbane, Australia (2009), Kadist Art Foundation, Paris, Prancis (2016) dan Gwangju Biennale ke-10 (2014).

Baca juga: Tempat anti-mainstream di Jakarta ini jadi alternatif destinasi wisata

Baca juga: Jelajahi dunia Yayoi Kusama di Museum Macan