Jalan Malioboro dibersihkan dengan mesin pengepel pedestrian
18 Februari 2019 17:31 WIB
Malioboro Tanpa PKL Suasana kawasan wisata Malioboro saat tanpa ada Pedagang Kali Lima (PKL), Becak dan Andong di Malioboro, Yogyakarta, Selasa (26/9/2017). Pemerintah setempat berencana akan meliburkan aktivitas pedagang kaki lima, seniman jalanan, andong, becak dan pedagang asongan di sepanjang Jalan Malioboro setiap 35 hari sekali tepatnya hari Selasa Wage guna melakukan pembersihan dan perawatan rutin kawasan Malioboro yang merupakan destinasi wisata andalan Yogyakarta. (ANTARA /Andreas Fitri Atmoko)
Yogyakarta, (ANTARA News) - Unit Pelaksana Teknis Malioboro sepertinya tidak ingin setengah-setengah dalam menangani kebersihan jalan di kawasan wisata Kota Yogyakarta itu sehingga tidak hanya dilakukan secara manual tetapi akan dimaksimalkan menggunakan mesin pengepel pedestrian.
"Akan ada dua unit mesin pengepel pedestrian yang kami beli tahun ini," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Ekwanto, di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, dengan mesin pengepel pedestrian atau "ride one scrubber dryer" yang akan dibeli tersebut memungkinkan pembersihan pedestrian bisa dilakukan lebih baik karena tidak hanya mengandalkan tenaga petugas kebersihan saja.
"Kami akan membeli mesin pengepel pedestrian seperti yang dimiliki bandara-bandara besar atau kota besar lain. Nantinya, akan ada satu petugas yang mengendarai dan mengoperasikan mesin pengepel ini," katanya.
Namun demikian, sebelum melakukan pengadaan mesin yang bernilai sekitar Rp350 juta per unit tersebut, UPT Malioboro akan melakukan studi banding ke Pemerintah Kota Surabaya yang juga memiliki mesin serupa.
"Kawasan Malioboro adalah kawasan premium karena menjadi tujuan utama wisata di Yogyakarta. Pedestrian yang ada pun bertambah seiring dengan selesaikan revitalisasi pedestrian sisi barat. Tentunya, kebersihan dan kenyamanan bagi wisatawan harus diutamakan," katanya.
Salah satu kendala yang perlu dipikirkan dalam operasional mesin tersebut, lanjut Ekwanto, adalah keberadaan "bollard" di tepi trotoar yang akan menyulitkan mesin untuk masuk ke pedestrian.
Meski demikian, ia berharap, pengadaan mesin pengepel pedestrian tersebut sudah dapat dilaksanakan pada Maret sehingga bisa segera dioperasionalkan untuk mendukung pembersihan kawasan Malioboro.
Selama ini, pembersihan kawasan Malioboro ditangani secara langsung oleh petugas kebersihan yang bernaung dibawah UPT Malioboro. "Kami memiliki kewenangan untuk pengelolaan sampah sendiri," katanya.
Selain dilakukan petugas, seluruh komunitas di kawasan Malioboro juga turut mendukung kebersihan Malioboro dengan gerakan Selasa Wage. Pada hari tersebut, seluruh pedagang kaki lima di Malioboro tidak berjualan selama 1x24 jam sehingga dapat dimanfaatkan untuk bergotong royong membersihkan Malioboro.
"Kami pun juga melakukan upaya dengan menyiapkan tempat sampah setiap beberapa meter. Terkadang, masih ada pengunjung yang membuang sampah atau puntung rokok sembarangan. Biasanya mereka membuang di sekitar pohon perindang. Tetapi, sekarang sudah jauh berkurang," katanya.
Guna memastikan lokasi pohon perindang tetap bersih dan sampah bisa dibersihkan secara mudah, maka UPT Malioboro menambah tanah di pot hingga hampir penuh agar sampah bisa diambil secara mudah. "Namun, kami juga tetap mengimbau ke pengunjung agar membuang sampah di tempat yang sudah disediakan. Ini butuh kesadaran bersama," katanya.
Baca juga: Drainase kawasan cagar budaya Malioboro direvitalisasi tahun depan
Baca juga: Malioboro kini bisa dinikmati sambil bersepeda
Baca juga: Selasa Wage signifikan kurangi sampah Malioboro
"Akan ada dua unit mesin pengepel pedestrian yang kami beli tahun ini," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Ekwanto, di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, dengan mesin pengepel pedestrian atau "ride one scrubber dryer" yang akan dibeli tersebut memungkinkan pembersihan pedestrian bisa dilakukan lebih baik karena tidak hanya mengandalkan tenaga petugas kebersihan saja.
"Kami akan membeli mesin pengepel pedestrian seperti yang dimiliki bandara-bandara besar atau kota besar lain. Nantinya, akan ada satu petugas yang mengendarai dan mengoperasikan mesin pengepel ini," katanya.
Namun demikian, sebelum melakukan pengadaan mesin yang bernilai sekitar Rp350 juta per unit tersebut, UPT Malioboro akan melakukan studi banding ke Pemerintah Kota Surabaya yang juga memiliki mesin serupa.
"Kawasan Malioboro adalah kawasan premium karena menjadi tujuan utama wisata di Yogyakarta. Pedestrian yang ada pun bertambah seiring dengan selesaikan revitalisasi pedestrian sisi barat. Tentunya, kebersihan dan kenyamanan bagi wisatawan harus diutamakan," katanya.
Salah satu kendala yang perlu dipikirkan dalam operasional mesin tersebut, lanjut Ekwanto, adalah keberadaan "bollard" di tepi trotoar yang akan menyulitkan mesin untuk masuk ke pedestrian.
Meski demikian, ia berharap, pengadaan mesin pengepel pedestrian tersebut sudah dapat dilaksanakan pada Maret sehingga bisa segera dioperasionalkan untuk mendukung pembersihan kawasan Malioboro.
Selama ini, pembersihan kawasan Malioboro ditangani secara langsung oleh petugas kebersihan yang bernaung dibawah UPT Malioboro. "Kami memiliki kewenangan untuk pengelolaan sampah sendiri," katanya.
Selain dilakukan petugas, seluruh komunitas di kawasan Malioboro juga turut mendukung kebersihan Malioboro dengan gerakan Selasa Wage. Pada hari tersebut, seluruh pedagang kaki lima di Malioboro tidak berjualan selama 1x24 jam sehingga dapat dimanfaatkan untuk bergotong royong membersihkan Malioboro.
"Kami pun juga melakukan upaya dengan menyiapkan tempat sampah setiap beberapa meter. Terkadang, masih ada pengunjung yang membuang sampah atau puntung rokok sembarangan. Biasanya mereka membuang di sekitar pohon perindang. Tetapi, sekarang sudah jauh berkurang," katanya.
Guna memastikan lokasi pohon perindang tetap bersih dan sampah bisa dibersihkan secara mudah, maka UPT Malioboro menambah tanah di pot hingga hampir penuh agar sampah bisa diambil secara mudah. "Namun, kami juga tetap mengimbau ke pengunjung agar membuang sampah di tempat yang sudah disediakan. Ini butuh kesadaran bersama," katanya.
Baca juga: Drainase kawasan cagar budaya Malioboro direvitalisasi tahun depan
Baca juga: Malioboro kini bisa dinikmati sambil bersepeda
Baca juga: Selasa Wage signifikan kurangi sampah Malioboro
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: