Debat Capres
Pengamat: Prabowo tekankan pentingnya pembangunan pro rakyat
18 Februari 2019 13:36 WIB
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) saling memberi salam seusai debat capres 2019 disaksikan moderator di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat itu mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww. (ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY)
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Universitas Paramadina, Yandi Hermawandi, mengatakan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menekankan pentingnya pembangunan yang pro rakyat dalam debat capres kedua yang berlangsung pada Minggu malam (17/2).
"Dalam istilah lain style seperti ini disebut sebagai pembangunan yang nasionalistik," kata Yandi di Jakarta, Senin.
Secara sederhana, lanjut dia, perhatian ideologis Prabowo berada di seputar tiga hal, pertama, pentingnya meninjau ulang kebijakan impor-impor pangan karena dinilai merugikan produsen dalam negeri termasuk petani.
Kedua, kata Pendiri Nation State Institute Indonesia ini, soal utang untuk pembangunan infrastruktur.
Ketiga, keberadaan asing di sektor-sektor strategis bangsa. "Ideologi secara sederhana artinya keberpihakan," katanya.
Sementara itu, pembangunan yang dipilih capres nomor urut 01, Joko Widodo, yakni pembangunan berbasis teknologi.
"Hal ini bisa dilihat dari antusiasme Pak Jokowi ketika menjelaskan persoalan terkait revolusi 4.0," kata Yandi.
Namun, tambah dia, gagasan prmbangunan berbasis teknologi seperti ini sebenarnya tidak baru karena pernah dimiliki oleh mantan presiden BJ Habibie.
Sebelumnya, Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menegaskan bahwa saat ini pemerintah Indonesia masih belum bisa membela hak-hak petani dan menjamin harga pangan yang terjangkau.
Saat disinggung mengenai persiapan menghadapi revolusi industri 4.0, Prabowo menegaskan kecerdasan buatan dan munculnya industri robotik tentunya berdampak pada pengurangan pekerja.
Namun di atas itu semua, menurut Prabowo kesejahteraan petani harus diutamakan.
"Kita bicara industri 4.0, kita sekarang masih belum bisa membela petani-petani kita sendiri. Ini yang kita masalahkan. Kita juga belum bisa menjamin harga pangan terjangkau," kata Prabowo dalam Debat Capres 2019 Putaran Kedua di Jakarta, Minggu.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa Indonesia harus bisa menyediakan pangannya sendiri tanpa mekanisme impor.
Dalam visi misinya, Prabowo menjanjikan jika ia terpilih menjadi Presiden periode 2019-2024, ia akan menjamin pangan tersedia dalam harga terjangkau.
Pangan menjadi salah satu aspek tolak ukur bahwa suatu negara dikatakan berhasil.
Menurut dia, Indonesia dikatakan sebagai negara berhasil jika bisa memenuhi pangan sendiri serta menjamin harga pangan terjangkau.
Ia juga menjamin bahwa produsen pangan, yakni peternak, petambak, nelayan harus mendapatkan imbalan dan penghasilan yang memadai guna meningkatkan kesejahteraan petani.
"Bagus bicara industri 4.0, tapi saya lebih ingin menjamin bahwa Indonesia bisa menyediakan pangannya sendiri tanpa impor-impor dari negara mana pun," kata Prabowo.
Baca juga: Prabowo akui kinerja Jokowi
Baca juga: Prabowo nilai serangan Jokowi soal tanah biasa
"Dalam istilah lain style seperti ini disebut sebagai pembangunan yang nasionalistik," kata Yandi di Jakarta, Senin.
Secara sederhana, lanjut dia, perhatian ideologis Prabowo berada di seputar tiga hal, pertama, pentingnya meninjau ulang kebijakan impor-impor pangan karena dinilai merugikan produsen dalam negeri termasuk petani.
Kedua, kata Pendiri Nation State Institute Indonesia ini, soal utang untuk pembangunan infrastruktur.
Ketiga, keberadaan asing di sektor-sektor strategis bangsa. "Ideologi secara sederhana artinya keberpihakan," katanya.
Sementara itu, pembangunan yang dipilih capres nomor urut 01, Joko Widodo, yakni pembangunan berbasis teknologi.
"Hal ini bisa dilihat dari antusiasme Pak Jokowi ketika menjelaskan persoalan terkait revolusi 4.0," kata Yandi.
Namun, tambah dia, gagasan prmbangunan berbasis teknologi seperti ini sebenarnya tidak baru karena pernah dimiliki oleh mantan presiden BJ Habibie.
Sebelumnya, Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menegaskan bahwa saat ini pemerintah Indonesia masih belum bisa membela hak-hak petani dan menjamin harga pangan yang terjangkau.
Saat disinggung mengenai persiapan menghadapi revolusi industri 4.0, Prabowo menegaskan kecerdasan buatan dan munculnya industri robotik tentunya berdampak pada pengurangan pekerja.
Namun di atas itu semua, menurut Prabowo kesejahteraan petani harus diutamakan.
"Kita bicara industri 4.0, kita sekarang masih belum bisa membela petani-petani kita sendiri. Ini yang kita masalahkan. Kita juga belum bisa menjamin harga pangan terjangkau," kata Prabowo dalam Debat Capres 2019 Putaran Kedua di Jakarta, Minggu.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa Indonesia harus bisa menyediakan pangannya sendiri tanpa mekanisme impor.
Dalam visi misinya, Prabowo menjanjikan jika ia terpilih menjadi Presiden periode 2019-2024, ia akan menjamin pangan tersedia dalam harga terjangkau.
Pangan menjadi salah satu aspek tolak ukur bahwa suatu negara dikatakan berhasil.
Menurut dia, Indonesia dikatakan sebagai negara berhasil jika bisa memenuhi pangan sendiri serta menjamin harga pangan terjangkau.
Ia juga menjamin bahwa produsen pangan, yakni peternak, petambak, nelayan harus mendapatkan imbalan dan penghasilan yang memadai guna meningkatkan kesejahteraan petani.
"Bagus bicara industri 4.0, tapi saya lebih ingin menjamin bahwa Indonesia bisa menyediakan pangannya sendiri tanpa impor-impor dari negara mana pun," kata Prabowo.
Baca juga: Prabowo akui kinerja Jokowi
Baca juga: Prabowo nilai serangan Jokowi soal tanah biasa
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: