Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai debat capres putaran kedua yang salah satunya menyoal pangan, belum menyentuh strategi peningkatan kesejahteraan petani.

"Mungkin karena ada keterbatasan waktu, hal penting yang belum disentuh adalah kesejahteraan petani. Gimana meningkatkan kesejahteraan petani itu belum dijelaskan," kata Dwi saat dihubungi Antara di Jakarta, Minggu malam.

Guru Besar IPB tersebut menjelaskan masalah impor pangan yang masih mengemuka. Impor pangan ditanyakan oleh calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto kepada capres nomor urut 01 Joko Widodo, saat debat inspiratrif segmen ke-lima.

Menurut dia, siapa pun presidennya tentu akan berhadapan dengan masalah impor pangan. Ia menyebutkan bahwa total impor 21 komoditas tanaman pangan terus mengalami peningkatan dari 18,2 juta ton pada 2014 menjadi 22 juta ton pada 2018.

Sementara itu, impor pangan tujuh komoditas utama yakni beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu, dan bawang putih, secara volume juga terus meningkat dari 21,7 juta ton pada 2014 menjadi 27,3 juta ton pada 2018.

"Impor ini menjadi salah satu masalah besar. Sudah tentu tidak bisa disalahkan sekarang, karena memang pemerintah kita memulai dari dasar impor yang sudah cukup besar," kata Dwi.

Dalam visi misinya, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo menyampaikan bahwa akan menjamin ketersediaan pangan, stok pangan dan stabilitas harga. Ia menyebutkan telah menggelontorkan Rp187 triliun dana desa dan membangun bendungan untuk mencukupi kebutuhan irigasi pertanian.

Sementara itu, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menjanjikan jika ia terpilih menjadi Presiden periode 2019-2024, ia akan menjamin pangan tersedia dalam harga terjangkau.

Ia juga menjamin bahwa produsen pangan, yakni peternak, petambak, nelayan harus mendapatkan imbalan dan penghasilan yang memadai guna meningkatkan kesejahteraan petani.

Baca juga: Pengamat harapkan capres soroti infrastruktur pembangunan pertanian
Baca juga: Pengamat: tiga isu pertanian harus dikritisi dalam debat