Debat Capres
Prabowo: pola perkebunan kelapa sawit harus untungkan rakyat
17 Februari 2019 21:33 WIB
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan visi misi saat mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat kedua yang hanya diikuti capres tanpa wapresnya itu mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/pras.
Jakarta, (ANTARA News) - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menilai pola perkebunan inti rakyat (PIR) kelapa sawit harus diubah dengan lebih meningkatkan perkebunan plasma atau lahan yang dikelola oleh rakyat.
Saat ini, perbandingan pola perkebunan sebesar 20 persen plasma (dikelola oleh rakyat) dan 80 persen perkebunan inti (dikelola oleh perusahaan swasta). Prabowo menginginkan bahwa perkebunan kelapa sawit harus lebih banyak dikelola oleh rakyat.
"Kita harus lebih berani seperti Malaysia. Kita harus tingkatkan plasmanya lebih banyak sehingga rakyat lebih memiliki hak-hak atas kerja keras dan produk mereka," kata Prabowo dalam Debat Capres 2019 Putaran Kedua di Jakarta, Minggu.
Prabowo menegaskan bahwa kelapa sawit masih menjadi komoditas utama bagi pendapatan negara dan komoditas yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Ia pun mengaku sudah berdiskusi dengan para ahli dan pelaku usaha terkait implementasi B20 (penggunaan biodiesel 20 persen).
"Saya optimis kita mampu untuk swasembada di bidang energi dan kelapa sawit untuk menjadi biofuel dan meningkatkan harga petani kita karena saat ini sekarang sedang jatuh harganya," kata dia.
Dalam visi misinya, Prabowo menjanjikan jika ia terpilih menjadi Presiden periode 2019-2024, ia akan menjamin pangan tersedia dalam harga terjangkau.
Pangan menjadi salah satu aspek tolak ukur bahwa suatu negara dikatakan berhasil. Menurut dia, Indonesia dikatakan sebagai negara berhasil jika bisa memenuhi pangan sendiri serta menjamin harga pangan terjangkau.
Ia juga menjamin bahwa produsen pangan, yakni peternak, petambak, nelayan harus mendapatkan imbalan dan penghasilan yang memadai guna meningkatkan kesejahteraan petani.
Baca juga: Jokowi sebutkan Indonesia menuju energi B100
Baca juga: Prabowo nilai perlu adanya investigasi pelanggar lingkungan
Baca juga: Jokowi: 11 perusahaan diberikan sanksi denda Rp18,3 triliun
Saat ini, perbandingan pola perkebunan sebesar 20 persen plasma (dikelola oleh rakyat) dan 80 persen perkebunan inti (dikelola oleh perusahaan swasta). Prabowo menginginkan bahwa perkebunan kelapa sawit harus lebih banyak dikelola oleh rakyat.
"Kita harus lebih berani seperti Malaysia. Kita harus tingkatkan plasmanya lebih banyak sehingga rakyat lebih memiliki hak-hak atas kerja keras dan produk mereka," kata Prabowo dalam Debat Capres 2019 Putaran Kedua di Jakarta, Minggu.
Prabowo menegaskan bahwa kelapa sawit masih menjadi komoditas utama bagi pendapatan negara dan komoditas yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Ia pun mengaku sudah berdiskusi dengan para ahli dan pelaku usaha terkait implementasi B20 (penggunaan biodiesel 20 persen).
"Saya optimis kita mampu untuk swasembada di bidang energi dan kelapa sawit untuk menjadi biofuel dan meningkatkan harga petani kita karena saat ini sekarang sedang jatuh harganya," kata dia.
Dalam visi misinya, Prabowo menjanjikan jika ia terpilih menjadi Presiden periode 2019-2024, ia akan menjamin pangan tersedia dalam harga terjangkau.
Pangan menjadi salah satu aspek tolak ukur bahwa suatu negara dikatakan berhasil. Menurut dia, Indonesia dikatakan sebagai negara berhasil jika bisa memenuhi pangan sendiri serta menjamin harga pangan terjangkau.
Ia juga menjamin bahwa produsen pangan, yakni peternak, petambak, nelayan harus mendapatkan imbalan dan penghasilan yang memadai guna meningkatkan kesejahteraan petani.
Baca juga: Jokowi sebutkan Indonesia menuju energi B100
Baca juga: Prabowo nilai perlu adanya investigasi pelanggar lingkungan
Baca juga: Jokowi: 11 perusahaan diberikan sanksi denda Rp18,3 triliun
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: