Magelang (ANTARA News) - Pemilu menjadi alat mengelola perbedaan agar tidak menjadi konflik, kata Ketua Kemah Budaya Edy Nasri di Magelang, Jawa Tengah, Minggu.
Ketika menyampaikan rumusan rembuk kemah budaya di Desa Tirtasari, Sawangan, Kabupaten Magelang, Edy Nasri mengatakan bahwa pemilu merupakan salah satu kegiatan kenegaraan yang rutin pada negara-negara yang menganut sistem demokrasi.
Di negara demokratis, kata dia, perbedaan, persamaan, keadilan, dan keberagaman merupakan keniscayaan.
Oleh karena itu, pemilu menjadi suatu alat untuk mengelola perbedaan agar tidak menjadi konflik. Hal ini sudah biasa dilakukan masyarakat, bukan suatu yang asing.
Dengan demikian, lanjut dia, pemilu tidak perlu disikapi dengan kecemasan atau ketakutan, tetapi hati-hati tetap diperlukan dengan menempatkan kemanusiaan di atas kepentingan politik.
Rumusan dalam rembuk kemah budaya juga menyebutkan pemilu merupakan instrumen rakyat untuk mendapatkan pemimpin yang baik untuk rakyat, bukan instrumen calon untuk mendapatkan suara dari pemilih.
"Pemilihan umum yang sehat akan menghasilkan pemimpin yang sehat pula sesuai dengan hati nurani para pemilihnya," kata Edy Nasri.
Untuk mendapatkan pemimpin yang sesuai dengan nuraninya, menurut dia, calon pemilih harus mengetahui kriteria pemimpin ideal, yakni pemimpin mempunyai integritas, cinta Indonesia, berdaya guna, tidak diskriminatif, antiintoleransi, dan sudah selesai dengan urusan sendiri.
Agar dapat menggunakan instrumen yang menentukan hajat hidup orang banyak, katanya lagi, calon pemilih harus tahu apa yang harus dilakukan, seperti mengawal proses gerakan kebudayaan, menghidupkan nilai-nilai lokal, menyinergikan sumber daya, dan upaya pendukung untuk pemenangan, menggerakkan pemilih, mengamankan hasil dan mengawal pemerintahan pasca-Pemilu 2019.
Edy Nasri mengatakan bahwa kemah budaya, mulai 16 Februari 2019 dan berakhir Minggu diikuti ratusan peserta dari perwakilan kabupaten/kota di Jawa Tengah dan perwakilan dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ia menuturkan bahwa kemah budaya menuju Indonesia bahagia ini menjadi penting karena masyarakat perlu tahu bahwa kebahagiaan ini adalah satu tujuan bersama terkait dengan Indonesia, bagaimana berperan menjaga NKRI ini.
Hasil diskusi ini, kata dia, akan bisa membangun masyarakat, peserta seluruh Jateng. Kami berharap nanti daerah-daerah lain juga bisa melakukan kegiatan seperti ini dalam bentuk apa pun.
"Kalau di sini dengan bentuk kemah budaya menuju Indonesia bahagia," katanya.
Ia berharap hasil diskusi ini bisa membangun masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya mengenai pilpres, pileg, dan pemilihan lainnya, melainkan lebih menekankan bagaimana membangun bangsa ini.
Panitia Kemah Budaya: Pemilu alat mengelola perbedaan
17 Februari 2019 19:12 WIB
ILUSTRASI (ANTARA/ferliansyah)
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Tags: