KPAI akan awasi tempat tinggal anak pengidap HIV
15 Februari 2019 22:16 WIB
Arsip Mahasiswa dari berbagai kampus melakukan kampanye anti diskriminasi di kawasan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Dago, Bandung, Jawa Barat, Minggu (2/12/2018). Kampanye anti diskriminasi tersebut mengajak masyarakat untuk tidak memberikan stigma negatif pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj.
Jakarta (ANTARA News) - Komisi Perlindungan Anak Indonesia akan melakukan pengawasan terhadap tempat tinggal anak-anak yang mengidap HIV di Solo, Jawa Tengah.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listiarty menyebut pengawasan ini dilakukan untuk memastikan informasi kalau anak-anak tersebut tinggal di tempat yang cukup terpelosok.
“Anak-anak ini ditempatkan di sebuah rumah yang cukup jauh dari kampung tapi di dalam rumah ini, yang kita belum sempat datangi ada semacam tempat bermain. Seperti ada prosotan dan lain-lain. Mereka dijauhkan dari tempat penduduk yang lain,” ucap Retno di Jakarta, Jumat.
Dia menyebut KPAI juga tengah memikirkan akses pendidikan yang layak untuk mereka.
Menurutnya, ada opsi homeschooling, tetapi metode ini mengedepankan peran orang tua. Sementara banyak orang tua dari anak-anak ini yang sudah meninggal dunia.
“Kan kalau di sekolah itu peran sekolah dalam mendidik. Kalau homeschooling itu peran orangtua. Kalau misalnya anak ini sudah tidak ada orangtua dan tidak ada keluarga yang ingin merawat, sekarang bagaimana? Kalau anak-anak ini dikurung di rumah dan jauh dari penduduk mereka akan mengalami kesakitan,” ucap dia.
Retno pun berharap anak-anak ini bisa dibiarkan tumbuh seperti anak lain dan tidak perlu didiskriminasi.
“Dia masuk dalam sekolah, bisa belajar seperti anak yang lain dan potensi bisa dikembangkan,” ucap dia.
Sebelumnya, 14 anak yang tinggal di Yayasan Lentera ditolak untuk bersekolah di SDN Purwotomo seiring dengan penolakan yang dilakukan oleh orang tua siswa lain.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya anak-anak tersebut bersekolah di SDN Bumi, namun "pascaregrouping" sejumlah sekolah, 14 anak ini dipindahkan ke SDN Purwotomo.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listiarty menyebut pengawasan ini dilakukan untuk memastikan informasi kalau anak-anak tersebut tinggal di tempat yang cukup terpelosok.
“Anak-anak ini ditempatkan di sebuah rumah yang cukup jauh dari kampung tapi di dalam rumah ini, yang kita belum sempat datangi ada semacam tempat bermain. Seperti ada prosotan dan lain-lain. Mereka dijauhkan dari tempat penduduk yang lain,” ucap Retno di Jakarta, Jumat.
Dia menyebut KPAI juga tengah memikirkan akses pendidikan yang layak untuk mereka.
Menurutnya, ada opsi homeschooling, tetapi metode ini mengedepankan peran orang tua. Sementara banyak orang tua dari anak-anak ini yang sudah meninggal dunia.
“Kan kalau di sekolah itu peran sekolah dalam mendidik. Kalau homeschooling itu peran orangtua. Kalau misalnya anak ini sudah tidak ada orangtua dan tidak ada keluarga yang ingin merawat, sekarang bagaimana? Kalau anak-anak ini dikurung di rumah dan jauh dari penduduk mereka akan mengalami kesakitan,” ucap dia.
Retno pun berharap anak-anak ini bisa dibiarkan tumbuh seperti anak lain dan tidak perlu didiskriminasi.
“Dia masuk dalam sekolah, bisa belajar seperti anak yang lain dan potensi bisa dikembangkan,” ucap dia.
Sebelumnya, 14 anak yang tinggal di Yayasan Lentera ditolak untuk bersekolah di SDN Purwotomo seiring dengan penolakan yang dilakukan oleh orang tua siswa lain.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya anak-anak tersebut bersekolah di SDN Bumi, namun "pascaregrouping" sejumlah sekolah, 14 anak ini dipindahkan ke SDN Purwotomo.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Tags: