Perkembangan kasus DBD terus dipantau di Papua Barat
15 Februari 2019 16:53 WIB
Warga memeriksakan kesehatan saat pengobatan massal yang diselenggarakan Pertamina dan TNI AD di Yonif Arai 752, Manokwari, Papua Barat, Kamis (21/11). Program kesehatan kesehatan oleh tim doter dari Pertamedika serta TNI AD melayani pengobatan umum gratis bagi 700 pasien, kegiatan operasi katarak, hernia, serta bibir sumbing diikuti 251 pasien yang dilaksanakan di Yonif Arai 752 dan RSUD Manokwari. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Manokwari, (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat terus memantau perkembangan kasus demam berdarah dengue (DBD) di seluruh kabupaten/kota.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Otto Parorongan di Manokwari, Jumat, mengatakan, jumlah kasus DBD di daerah tersebut sebanyak 14 kasus pada Januari 2019. Satu kasus di antaranya menyebabkan seorang wargma meninggal, yakni di Kabupaten Fakfak.
"Kita sudah melakukan penanganan. Dinas Kesehatan terutama di daerah yang terdeteksi ada penyebaran DBD masing-masing sudah bertindak cepat," katanya.
Selain fogging atau pengasapan, lanjut Otto, petugas kesehatan di setiap daerah juga mendeteksi jentik nyamuk. Ini untuk mengetahui penyebaran nyamuk penular DBD.
Ia menyebutkan, pekan depan tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat akan berangkat ke Fakfak untuk melakukan pemeriksaan mendetail penyebaran DPD di daerah itu.
Fakfak dipilih karena kabupaten ini memiliki jumlah kasus paling tinggi pada Januari 2019.
"Semua daerah menjadi prioritas, hal yang sama juga kita lakukan. Kita tidak mau kasus DBD mewabah dan menjadi kejadian luar biasa," kata Otto.
Data terbaru, ujarnya, sudah menunjukan penurunan jumlah kasus pada Februari. Dari laporan kabupaten/kota pada bulan ini tersisa 10 kasus DBD.
"Pasien yang pernah menjalani rawat inap di rumah sakit sudah pada pulang. Ya mudah-mudahan tidak ada lagi kasus baru," kata Otto.
Dia mengemukakan, di Papua Barat terdapat beberapa daerah endemis DBD, diantaranya Sorong, Kaimana, Teluk Bintuni. Dinas Kesehatan di daerah tersebut diharapkan lebih waspada dan terus memberikan penyadaran kepada masyarakat.
"Kasus ini sering muncul di musim pancaroba, khususnya bulan Januari di awal tahun seperti sekarang ini. Seperti tahun lalu juga demikian, ada beberapa kasus terjadi pada musim-musim seperti ini," katanya.
Menurutnya, masyarakat perlu mengetahui penyebab penyakit DBD serta bisa mengenali tanda dan gejalanya, sehingga mampu mencegah dan menanggulangi secara cepat.
Baca juga: Satu orang meninggal akibat DBD di Papua Barat
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Otto Parorongan di Manokwari, Jumat, mengatakan, jumlah kasus DBD di daerah tersebut sebanyak 14 kasus pada Januari 2019. Satu kasus di antaranya menyebabkan seorang wargma meninggal, yakni di Kabupaten Fakfak.
"Kita sudah melakukan penanganan. Dinas Kesehatan terutama di daerah yang terdeteksi ada penyebaran DBD masing-masing sudah bertindak cepat," katanya.
Selain fogging atau pengasapan, lanjut Otto, petugas kesehatan di setiap daerah juga mendeteksi jentik nyamuk. Ini untuk mengetahui penyebaran nyamuk penular DBD.
Ia menyebutkan, pekan depan tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat akan berangkat ke Fakfak untuk melakukan pemeriksaan mendetail penyebaran DPD di daerah itu.
Fakfak dipilih karena kabupaten ini memiliki jumlah kasus paling tinggi pada Januari 2019.
"Semua daerah menjadi prioritas, hal yang sama juga kita lakukan. Kita tidak mau kasus DBD mewabah dan menjadi kejadian luar biasa," kata Otto.
Data terbaru, ujarnya, sudah menunjukan penurunan jumlah kasus pada Februari. Dari laporan kabupaten/kota pada bulan ini tersisa 10 kasus DBD.
"Pasien yang pernah menjalani rawat inap di rumah sakit sudah pada pulang. Ya mudah-mudahan tidak ada lagi kasus baru," kata Otto.
Dia mengemukakan, di Papua Barat terdapat beberapa daerah endemis DBD, diantaranya Sorong, Kaimana, Teluk Bintuni. Dinas Kesehatan di daerah tersebut diharapkan lebih waspada dan terus memberikan penyadaran kepada masyarakat.
"Kasus ini sering muncul di musim pancaroba, khususnya bulan Januari di awal tahun seperti sekarang ini. Seperti tahun lalu juga demikian, ada beberapa kasus terjadi pada musim-musim seperti ini," katanya.
Menurutnya, masyarakat perlu mengetahui penyebab penyakit DBD serta bisa mengenali tanda dan gejalanya, sehingga mampu mencegah dan menanggulangi secara cepat.
Baca juga: Satu orang meninggal akibat DBD di Papua Barat
Pewarta: Toyiban
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: