Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia Januari 2019 mencapai 15,03 miliar dolar AS atau turun 2,19 persen dibanding Desember 2018 sebesar 15,36 miliar dolar AS.

Kepala BPS Suhariyanto merinci penurunan impor dipicu oleh impor migas yang turun sebesar 16,58 persen dari 2,03 miliar dolar AS pada Desember 2018 menjadi 1,69 miliar dolar AS pada Januari 2019. Sementara itu, impor nonmigas stagnan atau turun tipis sebesar 0,004 persen menjadi 13,34 miliar dolar AS.

"Impor migas turun 16,58 persen 'month to month' baik impor minyak mentah, hasil minyak dan gas. Ketiga komponen tersebut impornya turun," kata Suhariyanto pada konferensi pers di Gedung BPS Jakarta, Jumat.

Penurunan impor migas dipicu oleh seluruh komponen migas, yakni minyak mentah 15,4 juta dolar AS (3,27 persen), hasil minyak 280,5 juta dolar (20,98 persen) dan gas 39,9 juta dolar (18,34 persen).

Ada pun jika dibandingan Januari 2018, nilai impor juga mengalami penurunan sebesar 1,83 persen dari 15,31 miliar dolar AS.

Dari sisi penggunaan barang, impor barang konsumsi mengalami penurunan sebesar 16,57 persen. Jenis barang konsumsi yang menurun impornya adalah bawang putih, apel, daging beku dan buah anggur.

"Bisa dipahami sewaktu bulan Desember 2018 kebutuhan konsumsi untuk komoditas ini memuncak karena ada persiapan libur Natal dan Tahun Baru. Setelah itu pada Januari, impor konsumsi mengalami penurunan," kata Suhariyanto.

Jenis barang modal juga mengalami penurunan impor sebesar 12,10 persen, namun bahan baku masih mengalami kenaikan 2,08 persen. Bahan baku tersebut antara lain besi dan baja, perhiasa/permata dan bahan kimia.

Penurunan impor nonmigas terbesar Januari 2019 dibanding Desember 2018 adalah golongan mesin/pesawat mekanik sebesar 212,2 juta dolar AS (8,54 persen), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan bahan kimia organik sebesar 119,5 juta dolar AS (25,44 persen).

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2019 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai 4,14 miliar dolar AS (31,02 persen), Jepang 1,37 miliar dolar AS (10,28 persen) dan Thailand 730 juta dolar AS (5,51 persen). Impor non migas dari ASEAN 18,57 persen, sementara dari Uni Eropa 8,91 persen.
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan 2018 alami defisit terbesar
Baca juga: Rupiah diprediksi melemah terbatas pasca-rilis defisit neraca perdagangan RI
Baca juga: Januari 2019 neraca perdagangan Indonesia defisit 1,16 miliar dolar