Cegah rabies, Dinas Peternakan Boyolali-Jateng sterilisasi hewan peliharaan
14 Februari 2019 19:58 WIB
Tim kesehatan hewan Puskeswan Mojosongo mengecek gigi hewan sapi yang di jual di Pasar Hewan Sunggingan, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (10/8/2018). Pengecekan kesehatan hewan yang dilakukan oleh tim Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) tersebut bertujuan untuk memastikan kesehatan hewan sapi yang akan digunakan sebagai hewan kurban Iduladha 2018 layak konsumsi. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc/18.
Boyolali, Jateng (ANTARA News) - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, melakukan sterilisasi hewan peliharaan masyarakat, khusus kucing dan anjing, untuk mengendalikan populasi dan mencegah penyakit hewan menular strategis (PHMS) rabies.
"Namun, kami hingga sekarang belum menemukan adanya kasus penyakit rabies di Boyolali," kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Juwaris, di Boyolali, Kamis.
Menurut Juwaris, kasus gigitan hewan peliharaan seperti anjing atau kucing sering terjadi, tetapi semuanya selalu negatif rabies. Termasuk kasus gigitan hewan kera juga penular rabies, terjadi di Desa Sendang Karanggede, juga dilaporkan negatif.
Juwaris mengatakan di Boyolali telah terjadi kasus gigitan anjing sekitar 17 kali, tetapi dari hasil pemeriksaan semuanya negatif rabies. Jika terjadi gigitan anjing ke manusia, maka anjing itu, tidak boleh dibunuh, akan diambil sampelnya, itu penyebab rabies atau tidak.
"Jika negatif rabies, korban aman. Namun, jika korban positif, maka pasien harus ada perlakuan karena nanti bisa menular," kata Juwaris.
Kendati demikian, pihaknya terus melakukan pencegahan dengan menyelenggarakan program sterilisasi bagi hewan pembawa rabies (HPR) berupa anjing dan kucing. Hal itu, karena keprihatinan terhadap populasi yang cukup banyak dan sudah tidak terkendali di Boyolali.
Menurut Juwaris kegiatan tersebut menjalin kerja sama dengan Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jateng IV serta sejumlah "petshop" di Boyolali, dan digelar di lima Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) yakni di Ngemplak, Karanggede, MOjosongo, Ampel, dan Simo.
"Kami belum bisa menghitung berapa populasi anjing dan kucing di Boyolali hingga sekarang," katanya.
Kendati demikian, pihaknya mengimbau masyarakat pemilik hewan peliharaan anjing atau kucing untuk melapor ke Disnakan. Hal ini, sebagai langkah antisipasi jika terjadi sesuatu pengobatannya akan lebih aktif.
Pihaknya mengkhawatirkan banyaknya populasi kucing liar yang ada di Boyolali. Hewan itu, akan memakan makanan sisa yang kotor bisa menularkan penyakit ke manusia seperti scabies dan jamur. Kucing yang tidak ada yang merawat diyakini akan mudah terkena penyakit.
Oleh karena itu, pihaknya berharap masyarakat dan komunitas pecinta hewan makin mengenal lebih dekat dengan Puskeswan agar peduli dengan kondisi kesehatan hewan peliharaan mereka seperti anjing dan kucing.
Baca juga: Harga sapi kurban di Boyolali mulai naik
"Namun, kami hingga sekarang belum menemukan adanya kasus penyakit rabies di Boyolali," kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Juwaris, di Boyolali, Kamis.
Menurut Juwaris, kasus gigitan hewan peliharaan seperti anjing atau kucing sering terjadi, tetapi semuanya selalu negatif rabies. Termasuk kasus gigitan hewan kera juga penular rabies, terjadi di Desa Sendang Karanggede, juga dilaporkan negatif.
Juwaris mengatakan di Boyolali telah terjadi kasus gigitan anjing sekitar 17 kali, tetapi dari hasil pemeriksaan semuanya negatif rabies. Jika terjadi gigitan anjing ke manusia, maka anjing itu, tidak boleh dibunuh, akan diambil sampelnya, itu penyebab rabies atau tidak.
"Jika negatif rabies, korban aman. Namun, jika korban positif, maka pasien harus ada perlakuan karena nanti bisa menular," kata Juwaris.
Kendati demikian, pihaknya terus melakukan pencegahan dengan menyelenggarakan program sterilisasi bagi hewan pembawa rabies (HPR) berupa anjing dan kucing. Hal itu, karena keprihatinan terhadap populasi yang cukup banyak dan sudah tidak terkendali di Boyolali.
Menurut Juwaris kegiatan tersebut menjalin kerja sama dengan Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jateng IV serta sejumlah "petshop" di Boyolali, dan digelar di lima Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) yakni di Ngemplak, Karanggede, MOjosongo, Ampel, dan Simo.
"Kami belum bisa menghitung berapa populasi anjing dan kucing di Boyolali hingga sekarang," katanya.
Kendati demikian, pihaknya mengimbau masyarakat pemilik hewan peliharaan anjing atau kucing untuk melapor ke Disnakan. Hal ini, sebagai langkah antisipasi jika terjadi sesuatu pengobatannya akan lebih aktif.
Pihaknya mengkhawatirkan banyaknya populasi kucing liar yang ada di Boyolali. Hewan itu, akan memakan makanan sisa yang kotor bisa menularkan penyakit ke manusia seperti scabies dan jamur. Kucing yang tidak ada yang merawat diyakini akan mudah terkena penyakit.
Oleh karena itu, pihaknya berharap masyarakat dan komunitas pecinta hewan makin mengenal lebih dekat dengan Puskeswan agar peduli dengan kondisi kesehatan hewan peliharaan mereka seperti anjing dan kucing.
Baca juga: Harga sapi kurban di Boyolali mulai naik
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: