Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore melemah 31 poin menjadi Rp14.090 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.059 per dolar, dipicu kenaikan harga minyak mentah.

"Kenaikan harga minyak mentah menjadi sentimen negatif terhadap rupiah hari ini," kata analis pasar uang Monex Investindo Futures Faisyal di Jakarta, Kamis.

Harga minyak naik setelah eksportir utama Arab Saudi mengatakan akan memotong ekspor minyak mentah dan memangkas lebih dalam produksinya.

Selain kenaikan harga minyak, pelemahan rupiah juga masih dipicu sentimen domestik yaitu melebarnya defisit neraca transaksi berjalan.

Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan IV-2018 tercatat 9,1 miliar dolar AS atau 3,57 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Sementara itu, secara keseluruhan pada 2018, defisit neraca transaksi berjalan tercatat sebesar 2,98 persen dari PDB atau meningkat dibandingkan kinerja 2017 yang sebesar 1,6 persen PDB.

Faisyal menambahkan, investor juga masih menunggu rilis data neraca perdagangan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat (15/2/2019) serta hasil pertemuan Presiden China Xi Jinping dengan para pejabat AS, termasuk Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin.

"Jika trade balance-nya bagus, defisitnya turun, impor juga turun, serta adanya titik cerah hubungan AS dan China ke depannya setelah Trump (Presiden AS Donald Trump) menyatakan akan memperpanjang tenggat waktu, itu harusnya bisa menjadi katalis positif bagi rupiah," ujarnya.

Nilai tukar rupiah pada Kamis pagi dibuka melemah Rp14.071 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.068 per dolar AS hingga Rp14.095 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.093 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.027 per dolar AS.

Baca juga: Ekonom: Rupiah masih berpotensi menguat seiring mata uang regional