Padang (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut gempa bermagnitudo 6 hingga 7 bisa menghabiskan energi segmen megathrust Mentawai sehingga gempa besar bermagnitudo 8,8 yang tersimpan tidak jadi keluar secara bersamaan.

"Kita juga harus antisipasi skenario tersebut, karena kemungkinan terjadinya cukup besar," kata Deputi I Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Bernardus Wisnu Widjaja di Padang, Sumbar, Kamis.

Menurut dia, perbedaan kekuatan gempa dengan magnitudo 6 dan 7 dengan magnitudo 8,8 sangat besar. Jika kekuatan magnitudo 6 dan 7 mengakibatkan kerusakan ringan dan sedang, magnitudo 8,8 bisa menyebabkan kerusakan berat bahkan tsunami.

Ia menambahkan energi di segmen megatrust Mentawai awalnya mencapai magnitudo 9,3. Namun setelah cukup banyak gempa bermagnitudo 7 yang terjadi, energinya menyusut menjadi magnitudo 8,8.

Bernardus mengemukakan ancaman yang nyata dan telah diprediksi para pakar gempa itu harus dicarikan solusinya.

"Kita tahu yang berbahaya itu bukan getaran gempanya, tetapi reruntuhan bangunan yang terjadi akibat getaran itu," lanjutnya.

Solusinya perkuat bangunan yang ada di Sumbar, atau jika anggaran minimal, setidaknya sediakan meja yang kuat untuk berlindung jika gempa itu datang.

Pendapat itu didukung Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. Ia menyebut energi magnitudo 8,8 itu setara dengan 32 kali gempa magnitudo 7.

"Gempa magnitudo 6 juga mempengaruhi, tetapi tidak sebesar magnitudo 7," ujarnya.

Sumbar adalah daerah yang memiliki kerawanan bencana yang tinggi hingga dijuluki swalayan bencana.

Dari belasan jenis bencana yang ada, gempa dan tsunami adalah yang paling mendapatkan perhatian karena dikhawatirkan bisa mengakibatkan banyak korban jiwa.

Baca juga: Gempa 6,0 RS guncang Padang
Baca juga: Kepala BMKG tekankan pentingnya kearifan lokal dalam mitigasi tsunami