Kupang, (ANTARA News) - Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Djati Witjaksono Hadi mengatakan, kunjungan wisatawan ke Taman Nasional (TN) Komodo di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi daerah itu secara signifikan.

"Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke TN Komodo telah berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang signifikan, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat dan wilayah NTT di sekitarnya," kata Djati Witjaksono Hadi, melalui pesan singkat yang diterima di Kupang, Kamis, terkait keberadaan TN Komodo dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah itu.

Menurut dia, TN Komodo sebagai salah satu daya tarik pengunjung yang sebagian besar merupakan wisatawan mancanegara, saat ini terdapat 42 titik penyelaman (diving) dan snorkeling (selam permukaan) yang juga menjadi daya tarik kunjungan.

Tren jumlah pengunjung ke kawasan wisata itu pun terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama sejak kawasan itu ditetapkan sebagai "New 7 Wonders of Natura" pada tahun 2012.

Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan tercatat 80.626 ribu, tahun 2015 menjadi 95.410, tahun 2016 naik menjadi 107.711, tahun 2017 naik lagi menjadi 125.069 dan tahun 2018 tercatat 159.217 wisatawan.

Untuk masuk ke TN Komodo dikenakan tiket masuk wisatawan mancanegara sebesar Rp150.000, dan wisatawan nusantara sebesar Rp5.000, berdasarkan PP. 12 tahun 2014 tentang Penerimaaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Data Kementerian KLHK menunjukkan, penerimaan pungutan yang disetor oleh Balai TN Komodo kepada kas negara terus mengalami peningkatan.

Pada tahun 2014 Balai Taman Nasional Komodo menyetor pungutan untuk kas negara sebesar Rp 5,4 miliar, tahun 2015 Rp19,20 miliar, tahun 2016 Rp22,80 miliar, tahun 2017 Rp29,10 miliar, dan tahun 2018 Rp 33,16 miliar.

Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke TN Komodo telah berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang signifikan, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat dan wilayah di sekitarnya.

Rantai ekonomi berdampak pada penghidupan masyarakat pelaku wisata antara lain tour operator yang mengoperasikan 157 kapal wisata, keterlibatan 94 guide dari masyarakat lokal, tingkat hunian 1.136 kamar hotel, lahirnya empat hotel berbintang.

Ia menambahkan rantai ekonomi tersebut berpengaruh pada penghidupan 4.556 jiwa masyarakat yang tersebar di Desa Komodo (1.725 jiwa), Desa Papagaran (1.252 jiwa), dan Desa Pasir Panjang (1.579 jiwa).

"Khusus masyarakat dari Desa Komodo, sebagian besar terlibat dalam kegiatan wisata," demikian Djati Witjaksono Hadi.

Baca juga: Wapres: TN ditutup atau tidak, komodo tetap perlu makan

Baca juga: KLHK tanyakan alasan Pemda NTT akan tutup TN Komodo