Peneliti: Indonesia perlu fokus pada adaptasi iklim
13 Februari 2019 21:17 WIB
Arsip Foto. Para petani mengikuti program Sekolah Lapang Iklim di persawahan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (15/7/2017), untuk membangun ketangguhan menghadapi risiko dan dampak perubahan iklim. (ANTARA FOTO/Jojon)
Jakarta (ANTARA News) - Peneliti dari Akademi Ilmuwan Muda Indonesia Sonny Mumbunan mengatakan saat ini Indonesia perlu fokus pada upaya-upaya adaptasi terhadap perubahan iklim mengingat kenaikan suhu mungkin datang lebih cepat dari perkiraan dan risiko perubahan iklim cenderung meningkat.
Laporan khusus Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan pemanasan global bisa mencapai 1,5 derajat Celsius antara tahun 2030 dan 2052 jika emisi gas rumah kaca terus berlanjut pada tingkat saat ini.
"Sejauh ini memang adaptasi agak terbelakang, relatif dibanding mitigasi memang adaptasi rada dianaktirikan, itu alasan mengapa adaptasi perlu difokuskan," kata Sonny dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Dari sisi penyelenggaraan negara, ia melanjutkan, pemerintah perlu merancang visi dan misi yang jelas mengenai adaptasi terhadap perubahan iklim.
Adaptasi perubahan iklim dapat dilakukan terutama di atau untuk ekosistem pesisir, seperti melalui pelestarian bakau untuk perlindungan dari dampak perubahan cuaca ekstrem.
"Siap-siap untuk impact (dampak), itu kurang lebih bilang adaptasi," kata Sonny.
Sonny juga menyebut adanya semacam pergeseran dimensi kebutuhan mendesak dari mitigasi ke adaptasi, meskipun mitigasi juga tetap perlu dijalankan.
Ia mencontohkan, fokus yang dulu lebih pada upaya mencegah banjir terjadi, sekarang bergeser ke kebutuhan untuk beradaptasi dengan pindah rumah atau membangun rumah dengan pondasi lebih tinggi agar banjir tidak masuk ke dalam rumah.
Baca juga:
AIMI-Thamrin School rekomendasikan penyelarasan rencana kebijakan iklim
Indonesia pertegas komitmen kekang perubahan iklim di KTT Iklim
Laporan khusus Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan pemanasan global bisa mencapai 1,5 derajat Celsius antara tahun 2030 dan 2052 jika emisi gas rumah kaca terus berlanjut pada tingkat saat ini.
"Sejauh ini memang adaptasi agak terbelakang, relatif dibanding mitigasi memang adaptasi rada dianaktirikan, itu alasan mengapa adaptasi perlu difokuskan," kata Sonny dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Dari sisi penyelenggaraan negara, ia melanjutkan, pemerintah perlu merancang visi dan misi yang jelas mengenai adaptasi terhadap perubahan iklim.
Adaptasi perubahan iklim dapat dilakukan terutama di atau untuk ekosistem pesisir, seperti melalui pelestarian bakau untuk perlindungan dari dampak perubahan cuaca ekstrem.
"Siap-siap untuk impact (dampak), itu kurang lebih bilang adaptasi," kata Sonny.
Sonny juga menyebut adanya semacam pergeseran dimensi kebutuhan mendesak dari mitigasi ke adaptasi, meskipun mitigasi juga tetap perlu dijalankan.
Ia mencontohkan, fokus yang dulu lebih pada upaya mencegah banjir terjadi, sekarang bergeser ke kebutuhan untuk beradaptasi dengan pindah rumah atau membangun rumah dengan pondasi lebih tinggi agar banjir tidak masuk ke dalam rumah.
Baca juga:
AIMI-Thamrin School rekomendasikan penyelarasan rencana kebijakan iklim
Indonesia pertegas komitmen kekang perubahan iklim di KTT Iklim
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: