Debat Capres
Pengamat: Janji setop impor pangan mustahil terealisasi
13 Februari 2019 17:55 WIB
Pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa saat ditemui usai diskusi di Jakarta, Rabu (13/2/2019). (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai para calon presiden tidak perlu menjanjikan penghentian impor pangan, karena mustahil terealisasi.
Saat ini, menurut dia, Indonesia masih ketergantungan impor terhadap 21 komoditas pangan.
"Siapa pun calon presiden yang mewacanakan akan stop impor, akan swasembada, itu bohong besar. Dalam kondisi seperti ini, tidak bisa dan mustahil menyetop impor pangan," katanya usai diskusi di Jakarta, Rabu.
Guru Besar IPB tersebut menjelaskan bahwa total impor 21 komoditas tanaman pangan terus mengalami peningkatan dari 18,2 juta ton pada 2014 menjadi 22 juta ton pada 2018.
Sementara itu, impor pangan untuk tujuh komoditas utama, yakni beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu, dan bawang putih, secara volume juga terus meningkat dari 21,7 juta ton pada 2014 menjadi 27,3 juta ton pada 2018.
Menurut Andreas, presiden terpilih periode 2019-2024 nantinya akan mengalami permasalahan dasar yang sama, yakni banyak komoditas yang harus diimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
Indonesia pun saat ini telah masuk pada kondisi jebakan impor (impor trap).
Contohnya, ketika impor jagung diturunkan dari 3,5 juta ton pada 2014 menjadi 1,3 juta ton pada 2016, berakibat, bahan substitusi, yakni gandum melonjak tinggi dan berdampak pada kenaikan harga pakan hingga empat kali lipat pada 2018.
Selain itu, harga beras juga pada Januari 2018 juga akan semakin melambung jika pemerintah tidak memutuskan impor beras sebesar 2,2 juta ton untuk stabilisasi harga.
"Kebijakan ke depan harus betul-betul dicermati dan diteliti karena kita sudah masuk ke impor trap itu. Ketika ada komoditas yang coba kita turunkan, pasti komoditas lain bergejolak," kata Andreas.
Namun demikian, ia tak menampik bahwa persoalan impor pangan menjadi "bola panas" yang akan dikritisi pada debat calon presiden (capres) putaran kedua.
Debat capres putaran kedua akan berlangsung pada Minggu (17/2/2019) dengan mengangkat tema soal energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Baca juga: Indef : tidak mungkin impor pangan ditiadakan
Baca juga: Masalah impor pangan diperkirakan bakal "keras" pada debat capres
Saat ini, menurut dia, Indonesia masih ketergantungan impor terhadap 21 komoditas pangan.
"Siapa pun calon presiden yang mewacanakan akan stop impor, akan swasembada, itu bohong besar. Dalam kondisi seperti ini, tidak bisa dan mustahil menyetop impor pangan," katanya usai diskusi di Jakarta, Rabu.
Guru Besar IPB tersebut menjelaskan bahwa total impor 21 komoditas tanaman pangan terus mengalami peningkatan dari 18,2 juta ton pada 2014 menjadi 22 juta ton pada 2018.
Sementara itu, impor pangan untuk tujuh komoditas utama, yakni beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu, dan bawang putih, secara volume juga terus meningkat dari 21,7 juta ton pada 2014 menjadi 27,3 juta ton pada 2018.
Menurut Andreas, presiden terpilih periode 2019-2024 nantinya akan mengalami permasalahan dasar yang sama, yakni banyak komoditas yang harus diimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
Indonesia pun saat ini telah masuk pada kondisi jebakan impor (impor trap).
Contohnya, ketika impor jagung diturunkan dari 3,5 juta ton pada 2014 menjadi 1,3 juta ton pada 2016, berakibat, bahan substitusi, yakni gandum melonjak tinggi dan berdampak pada kenaikan harga pakan hingga empat kali lipat pada 2018.
Selain itu, harga beras juga pada Januari 2018 juga akan semakin melambung jika pemerintah tidak memutuskan impor beras sebesar 2,2 juta ton untuk stabilisasi harga.
"Kebijakan ke depan harus betul-betul dicermati dan diteliti karena kita sudah masuk ke impor trap itu. Ketika ada komoditas yang coba kita turunkan, pasti komoditas lain bergejolak," kata Andreas.
Namun demikian, ia tak menampik bahwa persoalan impor pangan menjadi "bola panas" yang akan dikritisi pada debat calon presiden (capres) putaran kedua.
Debat capres putaran kedua akan berlangsung pada Minggu (17/2/2019) dengan mengangkat tema soal energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Baca juga: Indef : tidak mungkin impor pangan ditiadakan
Baca juga: Masalah impor pangan diperkirakan bakal "keras" pada debat capres
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: