Menristekdikti resmikan Rumah Sakit Universitas Indonesia di Depok
13 Februari 2019 13:01 WIB
Menristekdikti RI Muhammad Nasir (kedua kanan), Rektor UI muhammad Anis (kanan) Dewan Pengawas RSUI Theodorus M Tuanakotta (kiri), dan Duta besar Jepang Ishii Masafumi (kedua kiri) bersama menekan tombol peresmian Rumah Sakit Universitas Indonesia (UI) di Depok, Jawa Barat, Rabu (13/2/19). RSUI tersebut merupakan RS Perguruan Tinggi Negeri Pertama di Indonesia yang mempunyai konsep dan rancang bangun sebagai fasilitas pelayanan kesehatan satu atap (One Stop Health Services) . (ANTARA FOTO/Kahfie Kamaru)
Depok, Jawa Barat (ANTARA News) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir meresmikan Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) di dalam kompleks kampus universitas tersebut di Depok, Rabu.
"Saya berharap RSUI bukan lagi berbicara layanan lokal dan nasional saja, tetapi harus menjadi global," katanya saat menyampaikan sambutan pada peresmian RSUI.
Dalam acara yang dihadiri oleh Rektor Universitas Indonesia Prof Muhammad Anis, Direktur RSUI dr Julianto Witjaksono, Anggota Dewan Pengawas RSUI Drs Theodorus M Tuanakotta, dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Ishii Masafumi itu dia mengatakan bahwa saat ini ada 24 rumah sakit pendidikan, termasuk 12 yang sudah beroperasi dan empat yang telah selesai secara paripurna.
RSUI merupakan rumah sakit perguruan tinggi negeri pertama di Indonesia dengan konsep dan rancang bangun fasilitas pelayanan kesehatan satu atap, mulai dari pelayanan primer, sekunder hingga unggulan.
Rumah sakit di lahan seluas 106.100 meter persegi di kompleks Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan Kampus UI Depok itu memiliki kapasitas 300 tempat tidur pada tahap pertama dan dirancang tahan gempa hingga 9,0 Skala Richter.
"Kita mengadopsi teknologi baru, di mana bantalan di setiap tiang pondasi dirancang agar bisa tahan gempa hingga 9,0 SR," kata Direktur RSUI, Julianto Witjaksono.
Ia mengatakan dengan bangunan yang tahan gempa, para pasien akan merasa aman dan nyaman ketika berada di dalam ruangan rumah sakit.
"Kami ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakat," katanya.
Universitas Indonesia menjalin kerja sama dengan Japan Internasional Cooperation (JICA) untuk membangun rumah sakit pemerintah yang berada di bawah manajemen UI pada 30 Sepetember 2013.
Julianto menjelaskan RSUI merupakan rumah sakit pendidikan kelas B yang menerapkan konsep kendali infeksi komprehensif, yang memadukan layanan paripurna terintegrasi berbasis rumah sakit primer, sekunder, dan tersier untuk pendidikan, pelayanan dan penelitian berkelas internasional.
"Pelayanan unggulan RSUI adalah neurokardiovaskular, high risk maternal dan perinatologi, infeksi topik, pelayanan promotif dan preventif lansia," katanya.
Julianto menjelaskan kapasitas rumah sakit pada awal operasi 300 tempat tidur (50 persen kelas 3) dan selanjutnya akan dikembangkan hingga kapasitasnya sampai 900 tempat tidur.
"RSUI memiliki 14 lantai dengan 250 kamar yang terdiri dari sepertiga kamar kelas satu, sepertiga kamar kelas dua dan sepertiga kamar kelas tiga mengikuti standar internasional," katanya.
Baca juga: UI bangun rumah sakit tahan gempa 9,0 SR
"Saya berharap RSUI bukan lagi berbicara layanan lokal dan nasional saja, tetapi harus menjadi global," katanya saat menyampaikan sambutan pada peresmian RSUI.
Dalam acara yang dihadiri oleh Rektor Universitas Indonesia Prof Muhammad Anis, Direktur RSUI dr Julianto Witjaksono, Anggota Dewan Pengawas RSUI Drs Theodorus M Tuanakotta, dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Ishii Masafumi itu dia mengatakan bahwa saat ini ada 24 rumah sakit pendidikan, termasuk 12 yang sudah beroperasi dan empat yang telah selesai secara paripurna.
RSUI merupakan rumah sakit perguruan tinggi negeri pertama di Indonesia dengan konsep dan rancang bangun fasilitas pelayanan kesehatan satu atap, mulai dari pelayanan primer, sekunder hingga unggulan.
Rumah sakit di lahan seluas 106.100 meter persegi di kompleks Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan Kampus UI Depok itu memiliki kapasitas 300 tempat tidur pada tahap pertama dan dirancang tahan gempa hingga 9,0 Skala Richter.
"Kita mengadopsi teknologi baru, di mana bantalan di setiap tiang pondasi dirancang agar bisa tahan gempa hingga 9,0 SR," kata Direktur RSUI, Julianto Witjaksono.
Ia mengatakan dengan bangunan yang tahan gempa, para pasien akan merasa aman dan nyaman ketika berada di dalam ruangan rumah sakit.
"Kami ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakat," katanya.
Universitas Indonesia menjalin kerja sama dengan Japan Internasional Cooperation (JICA) untuk membangun rumah sakit pemerintah yang berada di bawah manajemen UI pada 30 Sepetember 2013.
Julianto menjelaskan RSUI merupakan rumah sakit pendidikan kelas B yang menerapkan konsep kendali infeksi komprehensif, yang memadukan layanan paripurna terintegrasi berbasis rumah sakit primer, sekunder, dan tersier untuk pendidikan, pelayanan dan penelitian berkelas internasional.
"Pelayanan unggulan RSUI adalah neurokardiovaskular, high risk maternal dan perinatologi, infeksi topik, pelayanan promotif dan preventif lansia," katanya.
Julianto menjelaskan kapasitas rumah sakit pada awal operasi 300 tempat tidur (50 persen kelas 3) dan selanjutnya akan dikembangkan hingga kapasitasnya sampai 900 tempat tidur.
"RSUI memiliki 14 lantai dengan 250 kamar yang terdiri dari sepertiga kamar kelas satu, sepertiga kamar kelas dua dan sepertiga kamar kelas tiga mengikuti standar internasional," katanya.
Baca juga: UI bangun rumah sakit tahan gempa 9,0 SR
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: